"ASTAGHFIRULLAH!!!"
Ilham yang sedang memejamkan matanya terkejut mendengar teriakan Bu Mimin. Ilham langsung beranjak dari tempat tidurnya dan buru-buru keluar dari kamar, dia menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.
Di bawah terlihat Bu Mimin yang sedang menuntun Arman untuk duduk, Ilham yang melihat itu tentu saja terkejut. Dia berlari mendekati Bu Mimin untuk memastikan apa yang terjadi.
"Astaghfirullah! Bang Arman kenapa Bu?!" tanya Ilham dengan khawatir karena melihat kondisi Arman yang terluka.
"Katanya keserempet mobil, bentar! ibu ambil obat merah sama kapas dulu," jawab Bu Mimin dengan tergesa-gesa dan berlari masuk kedalam rumahnya.
Ilham duduk di sebelah Arman, dia membantu Arman untuk melepas seragam satpamnya. Ilham meringis tatkala melihat seragam Arman yang terkena bercak darah. Ilham mengecek ternyata siku Arman berdarah, bibirnya juga terlihat mengeluarkan darah, kedua lututnya yang sama-sama mengeluarkan darah segar, dan juga dagu yang sedikit lecet. Ilham memegang kepalanya, dia merasa pusing saat melihat darah.
"Pelan-pelan Bang," ujar Ilham dengan khawatir saat akan melepaskan pakaian yang masih melekat di tubuh kekar Arman.
"Terimakasih," ujar Arman dengan lirih namun masih bisa didengar oleh Ilham.
Bu Mimin datang dengan membawa kotak P3K, setelah itu mereka berdua mengobati luka Arman dengan hati-hati. Arman sedari tadi hanya meringis menahan perih ketika kapas itu menyentuh lukanya. Di situasi seperti inipun jantungnya masih saja berdegup dengan cepat, apalagi saat tangan Ilham menyentuh perutnya.
"Aduh! perbannya abis ini," ucap Bu Mimin sambil mengobrak-abrik isi kotak P3K untuk mencari perban yang tersisa siapa tahu terselip.
"Di kamar saya ada Bu," ujar Arman dan menyerahkan kunci kamarnya kepada Ilham. Ilham yang melihat itu langsung berlari menuju kamar Arman.
Ilham membuka pintu kamar Arman dan menyalakan lampunya, dia sedikit berdecak saat melihat kamar Arman yang seperti kapal pecah, baju kotor ada dimana-mana, putung rokok berserakan walaupun tidak banyak, dan juga sampah yang belum dibuang.
Setelah menemukan perban itu, Ilham kembali menutup pintu kamar Arman dan kali ini dia tidak menguncinya untuk memudahkan Arman untuk masuk. Ilham berjalan turun dan melanjutkan mengobati luka Arman.
Dua puluh menit telah berlalu akhirnya mereka selesai mengobati Arman. Kali ini Arman hanya mengenakan celana pendek, lantaran seragamnya yang tadi di lepas untuk memudahkan akses mengobatinya.
"Terimakasih Bu Mimin," ucap Arman dengan senyumannya yang langsung membuat Ilham terpana.
'Sangat tampan,' batin Ilham.
"Iya sama-sama Man, lain kali lebih hati-hati dalam berkendara. Dari tadi perasaan Ibu itu udah enggak enak, soalnya tidak biasanya jam sebelas kamu belum pulang. Ternyata ada kejadian seperti ini," ujar Bu Mimin dengan sedih dan mengelus-elus kepala Arman, dia benar-benar sangat menyayangi Arman seperti anaknya sendiri.
Setelah berbincang-bincang ringan dengan Bu Mimin, Ilham menuntun Arman menaiki tangga dengan pelan dan hati-hati. Ilham sedikit kesusahan untuk menyeimbangkan tubuhnya lantaran tubuh Arman yang lebih besar darinya.
Ilham membukakan pintu kamar dan menuntun Arman untuk merebahkan dirinya di kasur. Ilham tidak tahan sekali melihat kondisi kamar Arman yang seperti ini, ingin sekali dirinya membersihkan kamar ini.
"Bang, maaf kalau lancang, izin membersihkan kamar Abang boleh?" tanya Ilham dengan satu tarikan nafas, akhirnya dia sudah tidak gugup lagi.
"Boleh," ujar Arman dengan nada lembutnya yang membuat Ilham merinding, baru kali ini dia mendengar suara Arman yang lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Kost-Kostan (ON GOING)
Short Story*** 10 Oktober 2024 DILARANG JIPLAK/PLAGIAT!!! -Mpreg -BoysLove Ilham Atharya adalah seorang pemuda desa yang mengadu nasib di kota besar yang bertemu dengan Arman Agung Nurcahyo yang kemudian menjadi teman satu kostnya. Tanpa disadari ternyata mere...