1 hours 'prolog for korn'

62 11 5
                                    


                          

Korndanai Sriwatsombat adalah anak tunggal dari keluarga Sriwarsombat. Salah satu keluarga pengusaha sukses yang bergerak dalam bidang jasa pengiriman barang terbesar di thailand. Menjadi anak dari salah satu konglomerat thailand tidak menjadikan kebahagian hidup Korn terjamin. Mungkin itu yang dapat diutarakan sesaat setelah satu sumber kebahagiaan Korn direnggut.



Korn kecil memang terbiasa akan kemewahan fasilitas yang disediakan, semua mainan yang dia inginkan akan dengan mudah dia dapatkan. Tetapi ada satu hal yang dia anggap sebagai hal yang sangat mahal, dan sangat sulit untuk dia dapatkan, satu hal akan 'kasih sayang'. 

Kadang perusahaan besar tidak menjamin pemiliknya memiliki waktu lebih untuk keluarganya, tetapi malah sebaliknya. Sedari kecil korn terbiasa akan hal itu, melihat kedua orang tuanya harus sibuk mengurus pekerjaannya, bahkan sampai harus tidak pulang berhari-hari. 

meskipun begitu ada satu hal yang korn syukuri yaitu, meskipun kesibukan yang dimiliki kedua orang tuanya, dia masih memiliki ibu yang sangat memperhatikannya. Setiap pagi sebelum orang tuanya bekerja, ibunya akan selalu memasakkan makanan untuk korn, menyempatkan untuk menyuapinya, saat malam hari ibu juga akan membacakan cerita sebelum korn tidur, ketika hari libur akan selau mengajak korn jalan-jalan, dan selalu menemaninya bermain ketika sempat. Banyak hal menyenangkan yang korn lakukan bersama ibunya. 

hemm kalian bertanya tentang Ayahnya? Entahlah korn bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ayah menggendongnya. Ayah selalu sibuk dengan urusannya dan ibu yang selalu memberi tahu korn untuk tidak mengganggu ayah ketika ayah sedang bekerja.








Tetapi entah apa yang terjadi, sosok ibu yang dulu sangat perhatian bahkan ditengah kesibukannya mendadak berubah 180 derajat, ibu sudah tidak pernah lagi memasakkan makanan untuk korn, sudah tidak pernah membacakan cerita pengantar tidur seperti dulu, bahkan ibu lebih sering tidak pulang ke rumah. 

Korn sering kali menemukan ibunya menangis sendirian di dalam kamar. Korn juga pernah menemukan ibunya pulang larut malam dengan kondisi yang berantakan, tetapi ketika korn ingin menghampiri ibunya, korn dicegah oleh bibi yang mengurusnya. 



Sejak saat itu korn tidak pernah melihat senyum diwajah ibu, bahkan lebih sering korn melihat jejak air mata di pipi ibunya. Apakah ibu sedang sakit? Apa ibu sudah tidak sayang pada ku lagi?.

Pikiran pikiran negatif yang seharusnya tidak dipikirkan anak usia 7 tahun terus menghantuinya sepanjang hari. Dia selalu bertanya-tanya ada apa dengan keluarganya,  apa yang terjadi pada ibunya. 

Dan semuanya semakin jelas ketika suatu pagi suasana rumah menjadi begitu mencekam setelah suara teriakan keras dari bibi menggema ke seluruh ruangan . Bibi menemukan ibu sudah tidak sadarkan diri dengan tubuh bersimbah darah. Ibunya kenapa?


'ma.. mama kenapa? Mama kenapa?' tangis anak 7 tahun itu ikut berlari kesana kemari, megikuti orang-orang dewasa itu yang berusaha membawa ibunya. Ibunya kenapa? Ada apa sebenarnya? Dimana ayahnya?'

'hiks , tuan yang tenang ya, mama pasti baik-baik saja, tuan tunggu disini dulu'

'hiks, bibi mama kenapa? Papa kemana?'









Semenjak hari itu, korn sudah tidak bisa melihat ibunya lagi, tidak bisa memeluk dan merasakan kasih sayang cinta ibunya lagi. Hilang, cintanya sudah hilang?!. 

Lagi-lagi korn tidak mengerti, ada apa ini? Kenapa ibunya bisa berbuat seperti itu, apakah dia benar-benar sudah tidak mencintai korn lagi?


Dirumah duka, bahkan setelah rumah duka, korn tidak melihat ayahnya, hanya Tn.Nawat sekretaris ayahnya yang datang dan ikut menemani hari terakhir ibunya. Kemana ayahnya pergi, apakah sesibuk itu sampai tidak bisa menghadiri upacara terakhir istrinya






Hari-hari pun berlalu, bulan pun berlalu. Korn semakin tidak mengerti bagaimana kondisi dirinya sekarang, hatinya kosong. Apakah wajar anak seusianya mengalami rasa kehilangan yang begitu kehilangan? Setelah kematian ibunya, ayahnya bahkan tidak melihatnya.



Satu tahun sudah berlalu, hari-hari korn berusaha lalui dengan baik, dia masih sering berkunjung ke makam ibunya untuk menceritakan bagaimana harinya di sekolah. Dia selalu bercerita jika dia mendapatkan teman baru dan bagaimana dia dihukum oleh gurunya karena ketahuan mengerjai anak perempuan dikelasnya. 

Kenakalan-kenakalan kecil selalu korn lakukan, selain untuk menghibur dirinya dia juga senang ketika ibu guru akan datang dan memarahinya. Menurutnya menyenangkan ketika melihat wajah ibu guru yang marah karena ulahnya, karena itu mirip dengan ibunya.



Hari itu sepulang korn dari makam ibunya, korn melihat mobil ayahnya sudah terparkir dihalaman rumah, aneh jarang sekali ayahnya pulang sore hari. Korn melangkahkan kakinya, ke dalam rumah. Ketika kakinya sampai di depan pintu utama, korn mendengar suara ayahnya, yang terdengar seperti sedang bermain dengan anak kecil. suara itu juga diiringi dengan suara tawa dari seorang wanita. Korn melanjutkan langkahnya, diruang tamu korn melihat ayah tengah menggendong seorang bayi berusia 2 tahun yang tengah memegang bola kecil ditangannya, disebelah ayahnya ada wanita seusia ibunya tengah tertawa melihat kearah ayahnya.





Korn melanjutkan hidup dengan perubahan besar dalam keluarganya, sekarang dia bukan lagi anak tunggal keluarga Sriwatsombat, sekarang dia harus menjadi anak sulung keluarga Sriwatsombat. Bukan sesuatu yang buruk bagi korn, korn sangat menerima kehadiran adiknya. Walaupun waktu itu korn tidak mengerti bagaimana bisa tiba-tiba ayahnya memiliki anak lain selain dia dan menjadikannya seorang kakak, yang jelas korn sangat menyayangi adiknya.


Tetapi seiring dengan bertambahnya usia, akhirnya dia sampai dititik dimana dia paham tentang apa yang terjadi pada keluarganya dulu, apa yang terjadi pada ibunya, dan apa yang terjadi pada ayahnya. Setelah mengetahui kebenaran tersebut, manusiawi jika rasa kecewa itu muncul kembali. Mengetahui siapa adik dan ibu tirinya, mengetahui tindakan ayahnya, rasa marah itu wajar. Tapi korn tidak mau egois dan menutup mata, dia tau hal itu adalah salah, dan hal itu yang membuat dia berpisah dengan ibunya. tapi dia tidak mengungkiri bahwa dia sangat menyayangi adiknya, perilaku ayahnya juga perlahan mulai berubah lebih baik kepada korn. Dia tidak bisa membiarkan rasa kecewanya mendominasi dan membuatnya membenci keluarganya, yang bisa dia lakukan sekarang adalah memaafkan kondisi yang ada dan melanjutkan hidup sebagaimana jalannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Time 4 HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang