33. Saat Luka Bicara

471 93 10
                                    

Jennie baru saja pulang dari rumah sakit setelah menjalani jadwal operasi yang padat. Syukurlah Joohyun memintanya pulang lebih awal. Ketika sampai di rumah, ia melihat si kembar sedang asyik menyusu pada Jessica. Jennie mendekat, penasaran mengapa di usia yang seharusnya sudah tidak lagi menyusu, mereka masih begitu tergantung pada ASI.

"Bagi dong" canda Jennie sambil mendekati mereka. Chaelisa segera melindungi sumber nutrisi mereka, tidak membiarkan Jennie merebut bagian mereka.

"Mommy jangan kasih mereka uyyu lagi. Lihat tuh, tubuh Mommy jadi tambah kurus karena disedot terus" celetuk Jennie, yang membuat audiens di sekitar tertawa kecil. Tubuh Jessica memang selalu mungil dari dulu.

"Kayaknya enak, gimana sih rasanya?" tanya Jennie iseng.

"Cobalah kalau penasaran" saran Minyoung.

"Geser dikit. Aku belum dapet" Jennie menarik tubuh Chaeyoung ke belakang agar bisa mengambil tempat. Ia menatap dada ibunya sebentar sebelum menyesapnya.

"Nini, geli ah" ucap Jessica merasa sedikit tidak nyaman. Jennie mengulum dan merasakan ASI tersebut mengalir ke tenggorokannya, manis seperti susu almond.

"Cudah!" ucap Chaeyoung menarik rambut Jennie, yang malah tertawa geli.

Jennie belum selesai, ia kemudian menarik Lisa ke belakang dan mengambil tempatnya. Kali ini, Lisa membiarkannya sebentar, tapi tidak lama kemudian menarik rambut Jennie untuk bertukar lagi. Jennie, yang sudah kecanduan dengan rasa manis itu, menyeka bibirnya yang belepotan ASI dan kembali mendekat, tapi tak mendapat tempat kosong.

Ketika Jennie mulai mengganggu lagi, Chaelisa yang kesal akhirnya menggigit dada Jessica.

"Yak! Jangan bertengkar!" hardik Jessica, membuat ketiganya terdiam. "Jennie, kamu sudah besar. Dewasa dikit, jangan kekanak-kanakan. Ngalah sama adik-adikmu"

Jennie akhirnya mundur dan membiarkan Chaelisa melanjutkan menyusu. Dia heran mengapa Jessica tiba-tiba menyebutnya kekanak-kanakan. Namun, Jisoo membisikkan di telinganya,

"Mommy PMS, makanya mood-nya jelek"

Jennie baru menyadari perubahan sikap Jessica sejak siang. Ia pun tiba-tiba berubah jadi lebih pendiam. Sorenya, Jennie memutuskan untuk pulang lebih cepat.

"Mau kemana?" tanya Jessica.

"Pulang" jawab Jennie singkat.

"Kok buru-buru? Makan malam dulu di sini" kata Jessica. Jennie merasa ingin menangis, ini pertama kalinya Jessica memarahinya, tapi dia berusaha menahan.

"Sudah, jangan dimasukin ke hati ucapan Mommy tadi. Dia memang begitu" ucap Jisoo mencoba menenangkan Jennie.

Jessica, menyadari kesalahannya, segera menarik tangan Jennie dan memeluknya erat.

"Maaf ya, Mommy kelepasan marah gara-gara mereka menggigitnya tadi karena kesal kamu ganggu terus"

"Anniya, aku memang kekanak-kanakan" sahut Jennie, melepas pelukan ibunya. "Aku harus balik ke rumah sakit dulu" pamitnya, meninggalkan Jessica yang merasa bersalah.

Setelah Jennie meninggalkan mansion dengan rasa campur aduk, dia berjalan perlahan menuju mobilnya. Air mata yang tadinya hanya menggantung di sudut matanya kini mulai jatuh perlahan. Dia merasa bersalah, bukan hanya karena mengganggu si kembar dan Jessica, tapi juga karena dia merasa seperti tidak pernah bisa menjadi anak yang dewasa. Kata-kata Jessica tadi terus terngiang di kepalanya.

Di perjalanan menuju rumah sakit, Jennie mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu Jessica tidak bermaksud menyakitinya, namun hati kecilnya tetap terasa nyeri. Sesampainya di rumah sakit, Jennie langsung menuju ruang istirahat dokter. Dia duduk di sana, menatap kosong ke arah jendela yang menghadap ke taman rumah sakit.

Trouble Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang