Satu

0 0 0
                                    

Satu persatu siswa mulai memasuki gerbang sekolah. Beberapa dari mereka dengan riang bercanda dan tertawa bersama temannya, ada pula yang terlihat masih mengantuk dengan sesekali menguap sambil berjalan pelan.

Di sisi gerbang terlihat beberapa siswa dengan pakaian yang tidak rapi berdiri berbaris. Seorang guru berdiri di sana untuk memeriksa kerapian pakaian para siswa. Guru itu tampak melirik jam di pergelangan tangannya, sudah pukul 07:30. Dia pun lalu mulai menutup gerbang.

"Pak, tunggu dulu pak." Seorang gadis berlari dan memegang pintu gerbang yang belum tertutup sempurna.

"Kamu ini tidak ada kapok-kapoknya ya, tiap hari terlambat terus."

"Tapi ini kan saya udah tepat waktu pak hehe." Gadis itu cengengesan melihat tampang kesal gurunya.

"Yaudah sana berbaris."

"Loh kok saya disuruh baris di sana sih pak? Kan saya nggak terlambat."

"Kamu masih nanya? Lihat tuh penampilan kamu. Siswi mana yang penampilannya seperti itu Fania?" Guru itu mulai frustasi dengan tingkah muridnya yang satu ini. Gadis yang bernama Fania itu pun lalu ikut berbaris bersama para anak nakal dengan penampilan urakan.

Fania sudah tak asing lagi dengan guru BK itu, namanya pak Agus. Hampir setiap hari mereka berurusan karena Fania yang selalu terlambat dan tidak rapi. Seperti hari ini, gadis itu malah datang ke sekolah dengan rambut pirang.

~

Fania baru memasuki kelas setelah jam pelajaran kedua dimulai. Dia pun hanya duduk dikursinya sambil memperhatikan penjelasan guru dengan malas. Sebenarnya ia sangat ingin tidur sekarang, tapi dia tak ingin dihukum lagi. Lebih baik menunggu jam istirahat.

Sebenarnya Fania sangat menyukai pelajaran ini, matematika. Tapi ia hanya sedang malas belajar. Jika sudah mood ia akan belajar sendiri materi yang tadi dijelaskan oleh gurunya di buku paket.

Setelah penjelasan panjang lebar dan diberi contoh soal, mereka pun diberikan tugas untuk dikerjakan yang berada di akhir bab. Guru itu pun meninggalkan kelas setelah bel istirahat berbunyi.

"Lo mau kemana Fan?" Tanya Andin, teman sebangku Fania saat melihatnya berdiri.

"Mau tidur."

"Hah?" Andin tak paham dengan maksud temannya ini.

"Gue mau ke UKS, di sini berisik."

Andin tak habis pikir dengan Fania, setiap hari hanya itu yang dilakukannya. Tak menyimak dan mengantuk saat jam pelajaran lalu tidur setelah jam istirahat.

Fania berjalan santai ke arah UKS, menurutnya itulah tempat yang paling nyaman untuk tidur karena di sana hening dan tidak akan ada yang mengganggunya.

Saat membuka pintu UKS Fania melihat seorang siswa laki-laki dengan seragam olahraga sedang diobati. Mereka sejenak saling menatap lalu masing-masing mengalihkan pandangannya.

"Kamu kenapa lagi Fania?" Tanya penjaga UKS basa-basi. Sebenarnya dia tau betul apa yang akan dilakukan gadis itu, hampir setiap hari dia datang ke sini dengan alasan sama.

"Saya pusing nih Bu, pengen istirahat bentar di sini. Soalnya di kelas berisik banget." Dengan santai Fania berjalan ke arah brangkar kosong lalu berbaring.

"Sudah selesai, lain kali hati-hati ya Rifky." Fania masih mendengar percakapan antara penjaga UKS dan siswa tersebut.

"Iya Bu terima kasih, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

~

"Lo nggak apa-apa kan Rif?" Sahabat Rifky bertanya khawatir saat melihatnya memasuki kelas. Iya terus memperhatikan plester yang menempel di lengan Rifky.

"Nggak apa-apa Bar, cuman tergores doang. Lebay amat lu." Saat bermain basket tadi, Rifky sempat terjatuh dan lengannya berdarah.

"Yeeee orang khawatir malah dibilang lebay." Akbar mendorong kepala sahabatnya dengan telunjuk. "Kantin yuk. Laper nih gue."

"Lagian kenapa Lo nggak ke kantin dari tadi?"

"Gue kan sahabat setia. Gue nungguin Lo lah."

Rifky hanya memutar bola matanya malas dengan tingkah Akbar yang menurutnya sangat lebay. Mereka pun lalu berjalan bersama ke kantin. Sebelum ke kelas tadi, Rifky sudah mengganti baju olahraganya dengan seragam putih abu-abu.

Saat sedang makan, terdengar suara tawa yang berisik dari sekumpulan anak laki-laki yang duduk di bangku yang tidak jauh dari Rifky. Dia adalah Raga dan teman-temannya. Mereka adalah sekelompok pembuat onar di sekolah, Mereka sering membolos dan sering mengganggu murid lain. Ya mereka tidak sampai memukul sih, mereka hanya sering menghina orang lain.

Seperti halnya saat ini, saat sudah duduk di kantin mereka akan menyuruh orang lain untuk membelikannya makanan. Tentu saja saja menggunakan uang mereka sendiri. Bagi Raga, tidak ada gunanya menyuruh orang lain untuk membayar makanannya saat uangnya sendiri lebih banyak.

Salah seorang dari mereka sekelas dengan Rifky. Di tak punya teman di kelasnya karena jarang masuk ke kelas, dia selalu kemana-mana bersama geng nya.

~

Sementara itu Fania yang benar-benar tertidur di UKS baru terbangun oleh suara bel masuk. Iya pun lalu beranjak ke toilet untuk membasuh wajahnya sebelum kembali ke kelas.

"Hai Ndin." Sapanya kepada Andin setelah duduk di bangkunya.

"Seger amat tuh muka. Lo beneran tidur ya?"

"Lo pikir gue bercanda tadi." Fania sibuk mengeluarkan bukunya sedangkan Andin masih melongo melihat tingkah Fania.

Meskipun sering terlambat dan berpenampilan urakan di sekolah, Fania tak pernah main-main dengan nilai nya. Dia hanya ingin menikmati hidupnya sekarang tanpa harus mengorbankan masa depannya.

Saat guru sudah masuk dan memulai pelajaran, Fania dengan serius mulai mendengarkan materi yang dibacakan. Dia dengan semangat mencatat hal-hal yang penting ke dalam buku catatannya.

Hingga tak terasa, bel pulang akhirnya berbunyi membuat seluruh siswa bersemangat untuk mengemas bukunya.

"Yah, kok cepet banget sih pulangnya." Keluh Fania.

"Heh sok banget sih lu. Biasanya juga Lo yang paling semangat buat pulang."

"Hehe yaudah yuk pulang." Fania mengambil tasnya lalu berdiri.

"Tuh kan Lo udah selesai. Gue aja belum selesai masukin buku gue." Andin dengan tergesa-gesa memasukkan buku dan pulpennya. Fania hanya tertawa sambil terus berjalan ke arah pintu.

"Lo naik apa ke sini tadi?" Tanya Andin setelah mereka hampir sampai di parkiran.

"Gue bareng Vito."

Andin memutar bola matanya malas. "Siapa lagi itu?"

"Anak SMA sebelah." Jawab Fania santai.

Andin menggeleng tak percaya. Pasalnya Minggu lalu Fania menyebut nama cowok lain dan sekarang lain lagi.

"Yaudah gue duluan ya. Nih katanya udah di depan." Fania melambaikan tangannya lalu berjalan ke arah gerbang meninggalkan Andin yang masih melongo.

Sementara di sudut lain parkiran, di tempat parkir khusus sepeda terlihat Rifky dengan santai mengeluarkan sepedanya. Hanya ada beberapa sepeda di sana, itu pun milik siswa yang rumahnya dekat dari sekolah. Akbar sudah lebih dulu pulang dengan motornya.

"Lu ngapain sih, naik sepeda Mulu? Nggak capek apa?" Ledek geng Raga yang sedang berkumpul di parkiran saat Rifky lewat di depan mereka.

"Atau mungkin dia nggak sanggup buat beli motor." Ucapan itu membuat mereka tertawa bersama.

Rifky hanya menggeleng melihat mereka. Hampir setiap hari mereka menanyakan hal yang sama.

"Nggak ada ruginya juga kan buat kalian." Balas Rifky singkat lalu lanjut mengayuh sepeda.

"Yeeee gitu doang marah." Teriak Raga lalu tertawa lagi.

Rifky yang tak mau ambil pusing hanya melanjutkan perjalanannya.
Di luar gerbang terlihat Fania yang menghampiri seorang siswa dengan seragam berbeda yang sedang duduk di atas motornya. Rifky dengan santai mengayuh sepedanya sambil memperhatikan pemandangan sekitar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Goresan Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang