6. Pulang Saja

20 3 6
                                    

Hayes kesulitan menjemput nyenyak. Sedari tadi bergerak miring ke kanan dan kiri demi menemukan posisi yang nyaman, tetapi berujung sia-sia. Tidak sedikit pun rasa kantuk menggelayuti pelupuk mata. Alhasil Hayes berakhir terlentang. Terjaga. Menatap ruangan yang gelap gulita karena lentera mati. Bukan kerasnya ranjang kayu ini yang membuat Hayes tak bisa tidur—Hayes tidak pernah menaruh punggungnya di kasur empuk di sepanjang ia hidup, ngomong-ngomong—melainkan rasa kalut. Isi dadanya berkecamuk hebat. Hayes mengkhawatirkan hari esok. Ia mengkhawatirkan anggota regu yang tak akur; Marlon dan Dylan saja, sih. Selebihnya berusaha membaur satu sama lain meskipun Archie kelihatan terpaksa melakukannya. Hanya saja, walau hanya Marlon dan Dylan yang bersitegang, tetapi kecanggungan itu tidak luput menyandera semua orang.

Soal kesulitan tidur, tampaknya tidak hanya Hayes yang merasakannya, bisa Hayes dengar suara Archie menghela napas keras dibarengi keluhan pelan perihal ketidaknyamanan ranjangnya. Berisiknya anggota badan menggesek permukaan kayu juga terus-menerus kedengaran, berasal dari pergerakan semua orang di ruangan, khususnya ranjang bagian atas dan bawah Hayes.

Tidak tahan terkungkung gelap, Hayes memutuskan keluar kamar. Bergerak pelan ia menuruni ranjang, kemudian melangkah mengendap-endap supaya tak mengusik yang lain. Hayes ambil napas dalam-dalam setelah menutup kembali pintu. Langsung penuh seisi dadanya oleh hawa sejuk. Mendekat pada pembatas lorong yang sebatas pusarnya, Hayes lalu melipat kedua tangan di sana. Bawa tubuhnya agak condong ke depan. Begitu merunduk, dilihatnya penerangan. Ada puluhan bejana seukuran orang dewasa yang dijadikan wadah api di bawah sana. Menyala-nyala, terang, bayangannya memantul jelas di mata jernih Hayes. Dalam waktu singkat, kesadarannya melanglang buana. Jauh. Tak terarah.

"Sulit tidur?"

Hayes berjengit kecil kala satu suara tiba-tiba singgahi telinga—buyarkan lamunannya. Ia menoleh, mengernyit sesaat begitu mendapati Noah yang tahu-tahu ada di sampingnya. Hayes bahkan tidak mendengar derit pintu. Terlalu larut dalam kegamangannya. Untuk tanya Noah tadi, Hayes berikan anggukan, lantas berkata, "sepertinya banyak yang tidak bisa tidur." Hayes menoleh kanan dan kiri, lalu lempar tatap ke sepanjang lorong di seberang. Sama, di sebelah sana banyak peserta yang terjaga. Beberapa tampak asik berbincang, sisanya khusu melamun.

Noah menghirup napas dalam-dalam, penuhi seisi dada dengan dinginnya udara malam. Ia lantas mendongak, menjadikan gelap langit sebagai titik fokus. Tak ada bintang, pun eksistensi bulan. "Ngomong-ngomong," Pemuda itu menoleh demi menyatukan tatap dengan Hayes, "aku minta maaf soal Dylan. Dia protektif padaku karena alasan yang kurasa sudah kau tahu. Peristiwa Dylan menghajar beberapa pelajar yang merundungku sudah jadi cerita terkenal di angkatan kita, 'kan?"

Hayes terkekeh singkat dan kemudian meluruskan pandang, kembali fokus pada nyala api di bawah sana. "Tidak apa-apa. Aku mengerti kenapa Dylan begitu." Hayes mengangguk-angguk. "Dia hanya belajar dari pengalaman."

Sudut bibir Noah tertarik tipis. "Ya, Dylan benar-benar ambil pelajaran dari pengalaman. Sejak hari itu dia jadi maksimal dalam menjalankan perannya sebagai seorang sulung, menjaga adiknya dengan kelewat baik. Sedikit kabar buruknya adalah, aku jadi tidak punya satu pun teman karena Dylan selalu pasang tampang siap makan orang tiap aku berusaha berbaur dengan yang lain." Dia bawa tatapannya ke titik yang tengah Hayes pandangi. Bayangan api meliuk-liuk kelihatan jelas di manik mata Noah. "Tapi kali ini, jika dia terus bersikap keras pada kalian, kurasa aku perlu memukul kepalanya. Terkadang dia seperti seorang nenek yang terlalu khawatir cucunya akan mati hanya karena digigit semut—kau tau, 'kan?"

Hayes terkekeh. "Dengan wajah tegas itu agak susah membayangkan Dylan jadi seorang nenek," cibir Hayes yang kemudian dibalas Noah dengan tawa.

"Dia cukup menyenangkan jika kau sudah mengenalinya dengan baik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asgardian | NCT Dream |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang