1. Marlon & Hayes

588 42 12
                                    

Sejak kecil, Marlon menyadari Ozias memberikan perlakuan berbeda pada kedua putranya. Kasih sayang sang penguasa Shadivoria itu tidak pernah tercurah seimbang kepada Killian dan Marlon. Apa yang si sulung inginkan, Ozias berikan tanpa banyak keluhan. Sementara mau Marlon sering kali berbuah penolakan halus, atau iya pun dikabulkan tapi terlebih dahulu Marlon harus penuhi beragam syarat. Ya, setimpang demikian perbedaan yang Ozias suguhkan—ketidakadilan yang sudah menjadi rahasia umum bagi orang-orang istana. Selama ini Marlon sanggup menahan diri untuk tidak protes, berlagak baik-baik saja, sampai kemudian secarik kertas tipis mendarat di genggamannya sore ini.

"Sepertinya Ozias benar-benar tidak ingin aku pergi ke Hargrave," gumam Marlon dengan dahi mengerut dalam. Wajahnya memerah, indikasi amarah tengah menggelegak di kepalanya. Di dekat bingkai jendela yang suguhkan pemandangan jurang dan perbukitan di seberangnya, Marlon sekali lagi melarikan tatapan pada keringnya tinta yang tergores di atas kertas, hanya untuk membuat kekecewaan semakin kuat mencengkeram dada. "Orang-orang payah ini ...." Lelaki itu menghela napas, lalu angkat tatapan dari enam gores nama yang menjelma malapetaka. Fokus Marlon jatuh pada kegelapan yang menyelimuti dasar jurang—pemandangan kelam yang kontras dengan cantiknya lembayung di cakrawala. Padahal sore ini indah seperti biasa, tetapi Marlon merasa langit baru saja runtuh menimpanya.

"Marlon."

Dari balik bahu Marlon, suara Edith terdengar. Lelaki berusia tiga puluh tahun itu merupakan prajurit yang ditugasi menjaga Marlon. Edith telah membersamai Marlon sejak Marlon berusia sepuluh tahun. Bagi Marlon, alih-alih Killian, justru Edith-lah yang terasa seperti kakak lelakinya. Edith lebih bisa mengayomi. Ah, sejak awal memang hanya status yang saudara, interaksi di antara Marlon dan Killian tidak mencerminkan persaudaraan. Marlon tak membenci Killian, hanya malas bersinggungan. Killian pun demikian. Mereka hanya kompak dalam urusan saling mendiamkan.

Panggilan dari Edith, Marlon abaikan. Ia lebih suka mendengarkan desau angin dan merasakan sensasi sejuk yang menabrak wajahnya. Helaian hitam yang jatuh berantakan tutupi keningnya bergoyang dengan lembut.

Mendapatkan pengabaian tersebut, Edith pun mengambil langkah ke sisi Marlon. Ikut memandangi matahari di ujung perbukitan yang merosot perlahan ke peraduannya. Ada tujuh menara menjulang tinggi di wilayah inti kerajaan Shadivoria, dan menara Utara di mana kamar Marlon berada adalah menara dengan pemandangan paling memikat mata. Dari jendela besar ini, Edith bisa melihat jurang dengan kedalaman tidak terhingga. Orang-orang bilang butuh lumayan banyak waktu bagi sebuah batu yang dilempar dari atas untuk bisa sampai ke dasar jurang. Marlon sering bilang ia ingin mencari tahu kebenarannya dengan melemparkan diri sendiri—diucap sambil tertawa-tawa, tetapi Edith rasa Marlon serius. Kemudian di seberangnya, ada bukit-bukit hijau yang berdiri angkuh dalam deretan kurang teratur. Ketika mendung, puncaknya hilang tertelan awan.

Kastil kerajaan Shadivoria terletak di puncak bukit berbatu yang berundak. Menuruni satu undakan, hutan lebat yang lembap membentang, kemudian di bagian paling bawah merupakan pemukiman rakyat—persis di pesisir pantai. Letak wilayah inti Shadivoria menguntungkan dari segi keamanan. Di bagian belakang kastil, jurang jadi benteng alami yang melindungi kastil dari serangan musuh. Sementara dari depan, lautan yang membentang juga membuat lawan berpikir ribuan kali untuk menyerang terang-terangan.

Dari belasan kerajaan di Solandia, Shadivoria menjadi yang paling kuat dominasinya. Lembah Orinshire yang menyembunyikan setumpuk logam mulia membuat roda ekonomi di kerajaan ini berputar amat lancar. Kekayaan sebuah kerajaan selaras dengan kekuatan suara pemimpinnya. Makin kaya, makin nyaring suaranya di telinga para pemimpin kerajaan lain. Shadivoria, sejak beratus tahun lalu berada di puncak kejayaannya.

Asgardian | NCT Dream |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang