Sudah seminggu Jisoo dan Jennie tinggal di villa keluarga yang ada di pinggir kota. Tempat yang menjadi mega proyek yang sedang dijalankan oleh suami Jennie.
Di pinggiran kota seperti ini, apalagi di daratan tinggi, hujan menjadi momok besar yang harus dihadapi Jisoo dalam menjalankan proyeknya. Walaupun hujan lebat turun, Jisoo tetap berangkat ke lokasi proyek, mengawasi semuanya. Jisoo memang mengharuskan selalu ada kemajuan dari proyeknya setiap hari, kendati hanya sebatas diskusi ringan membahas kelangsungan proyek.
Hujan lebat disertai petir sesekali yang sudah turun sejak semalam, menyebabkan beberapa akses menuju proyek terhambat karena pohon-pohon yang tumbang membuat Jisoo banyak menghabiskan waktu di tempat kerjanya. Tidak bisa menemani sang istri di villa dalam waktu lama.
Jennie mengernyit setiap kali kilat dan petir menyambar. Villa megah milik keluarganya saat ini hanya ada dirinya dan Ibu Seo---tertidur pulas setelah begadang memijat punggung Jennie, terasa sangat sepi, membuat suasana semakin mencekam dengan suara gemuruh dari luar.
Kandungan Jennie sudah menginjak usia 34 minggu. Perutnya sudah mulai turun dan bertambah berat. Wajar saja karena bayi di dalam rahimnya bertumbuh sangat baik akibat curahan kasih sayang dari Jisoo yang berlimpah.
Tubuh Jennie yang mungil dengan tinggi badan mencapai 163 cm, sejak kehamilannya memasuki usia 29 minggu, lonjakan kenaikan berat badannya tidak signifikan, Jennie mengalami penurunan berat badan. Hanya perutnya yang semakin membesar dari hari ke hari.
Dokter mengatakan Jennie harus menjaga berat tubuhnya dan bobot janinnya dalam batas normal. Jika bobot bayi masih berlebih mendekati persalinan, operasi sesar menjadi pilihan satu-satunya.
Tentu saja Jennie bersikeras menginginkan persalinannya secara vaginal birth. Dokter dibuat menyerah dengan sifat keras kepala Jennie, begitu pula dengan Jisoo yang selalu hadir di setiap pemeriksaan kandungan Jennie. Di salah satu kesempatan pemeriksaan, dokter juga menyampaikan andaikan Jennie menjelang masa persalinannya tidak ada kontraksi alami maka Jennie harus menjalani proses induksi. Sontak menambah kecemasan pada diri Jennie.
"Aaaa tidak tidak... Sepertinya kalau diinduksi lebih menyeramkan."
Jennie yang semakin sering mencari tahu seputar persalinan, kini sedang duduk di depan laptop, susu putih hangat menjadi pendamping di cuaca yang dingin ini.
"JENDUKIE, KAMU DI MANA?"
Jennie terkekeh mendengar teriakan Jisoo yang baru saja pulang kerja.
Kebiasaan lelaki itu sejak mereka tinggal berdua dengan sedikit pelayan di villa ini, ia selalu berteriak keras mencari-cari keberadaan istrinya di villa mereka sendiri.
Jennie turun dari kursinya dan berjalan perlahan sampai di ambang pintu ruang kerja sang suami.
"Lantai dua, By. Ruang kerjamu!"
Jennie tidak beranjak dari mulut pintu, menunggu Jisoo sampai datang menghampirinya.
"Sedang apa? Apa yang kamu lakukan di ruang kerjaku hum?" Tanya Jisoo begitu bertemu dengan Jennie, lelaki itu terlihat sudah berganti pakaian dan terlihat segar, sepertinya Jisoo langsung mandi setelah pulang dari kantor sebelum memutuskan mencari keberadaan istrinya.
Jisoo merangkul pinggang istrinya dan kembali berjalan ke dalam ruang kerjanya.
Jennie meminta Jisoo untuk duduk lebih dahulu baru ia duduk di atas pangkuan suaminya itu. Tangan besar Jisoo menangkup perut Jennie yang tertutup gaun tidur. Sang bayi di dalam sana seketika bergerak menendang merespon kehangatan dari sentuhan ayahnya.
"Sshh. Dia selalu excited setiap daddy-nya pulang." Ringis Jennie ketika perutnya dihujani tendangan dari dalam.
Jisoo terhenyak tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
أدب الهواةKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...