Thailand, 1871
Suara petir menggema di sekeliling area, diikut sertakan oleh kilatan petir yang seperti ingin mengenai tanah. Pada saat cahaya itu bersinar di sepanjang area, membuat yang melihatnya merasa ketakutan tanpa alasan. Mungkin karena langit berubah dari merah tua sebelum berubah menjadi hitam yang menakutkan. Di tengah malam yang seharusnya hening, karena hampir setiap rumah sudah menutup pintu dan jendelanya rapat, agar tidak terkena cipratan dari hujan yang turun masuk ke rumah mereka. Sebaliknya, digantikan oleh suara petir yang tidak ada hentinya, bagaikan badai besar yang melanda di tengah kota, suara alam yang seharusnya terdengar merdu kini berubah bagai jeritan melengking dari alam dan terasa sakit sampai banyak orang yang tidak bisa menutup matanya untuk tidur, meski waktu sudah lama berlalu.
Tidak ada bedanya dari rumah luas yang dibangun bergaya arsitektur Eropa, berlokasi di ujung Phra Nakhon, yang merupakan pusat kemakmuran Siam, bagian luar rumah dua lantai itu sama sepinya, tidak berbeda dari rumah lain yang berada di area yang sama. Mungkin hanya ada beberapa orang yang tinggal di dalamnya. Tempat dimana orang yang lain menghampiri dan di ikut sertakan oleh suara tangisan karena kesakitan dari penderitaan dari sosok yang tinggi, berbaring di kasur bertiang 4. Dengan tirai tipis yang direntangkan di tiap sisi tidak dapat menghalangi suara yang tidak jelas karena kesakitan, Kilatan dari lampu petir mengisi runagan memperlihatan wajah yang unik dan tajam, sulit untuk di temukan di Phra Nakhon. Walaupun orang itu tidak sering keluar rumah, wajah yang seperti pahatan itu masih sering dibicarakan, tapi sekarang, hampir tidak ada jejak ke tampanannya, hanya ada rasa kasihan jika orang lain melihatnya.
Tidak jauh, ayahnya yang seorang dokter terkenal, sampai banyak penduduk yang berkata jika ia adalah dokter terbaik. Ia menggunakan metode penyembukan dengan resep herbal dari kampungnya, di barat, untuk melindungi banyak nyawa pasiennya. Tetapi mengapa anak satu-satunya berbaring di ranjang besar dan menderita dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan? Bahkan ia tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk memencet sebuah tombol.
Angin bersar berhembus di dalam ruangan, walaupun jendela sudah tertutup rapat. yang membuat orang yang masih bisa berfikir itu kaget dan penasaran. tetapi, saat ia melihat kearah ranjang, orang yang tinggi yang ia liat menbuatnya tercengang. Sebelum senyum yang tertera di wajahnya ingin mengeluarkan beberapa kata dan pertanyaan dari bibir tipisnya, dia mulai memandangi orang itu. Perlahan ia menurunkan tubuhnya di ujung ranjang saat mata terang itu memandag anaknya dengan intens.
"aku akan menolongnya" Kata orang yang baru datang itu, masih belum memalingkan pandangannya ke arah tubuh tinggi diatas ranjang.
"benarkan?!" seperti mantra yang membuat seorang ayah yang membeku itu hilang, orang yang berdiri dan berdiam dalam waktu yang lama itu mulai bergerak dan bertanya dengan suara yang kencang, seperti ada cahaya harapan yang akan bersinar lagi.
"tapi kau tahu, tidak ada yang datang dengan mudah, segala sesuatu ada konsekuensinya" Pria tua yang matanya berbinar itu tiba-tiba membeku, dan sadar, saat ia melihat anaknya menderita. Sekarang ini, dia tidak punya pilihan lain selain mencoba untuk menghiagkan rasa sakit dari tubuh putranya, bahkan jika harganya itu adalah hidupnya, ayahnya akan menganggukan kepalanya tanpa berargumen.
"apa kau tidak akan menyanyakan apa yang harus ditukar?"
"aku hanya ingin dia aman.."
"bagus" senyuman keluar dari orang yang mendengar, sorot matanya seolah menebak pikiran sang ayah dengan baik "saya tidak menginginkan nyawa siapapun. Selain... seorang pengikut yang setia"
Tangan ramping orang asing itu menyentuh pipi orang yang berbaring di ranjang. Dengan mata yang bersinar dan penuh dengan keberanian, tetapi tidak bisa ditebak apa yang dipikirkannya. Ada beberaa saat terlihat kosong, tapi dalam beberapa saat, seperti ada kepuasan terselubung yang terpancar, namun itu terlalu singkat untuk dilewatkan. Sang ayah, hanya bisa melihat ke pemandangan di depannya dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti. Namun, kedatangan orang asing itu menjadi satu-satunya harapan yang bisa ia raih dan capai, seperti sebatang kayu yang melayang kearahnya saat ia sedang terapung ditengah lautan yang luas. Walaupun ia hanya bisa berdiri, sebagai seseorang yang telah membesarkan, dia tidak akan bisa menerimanya.
Dia tidak berkedip atau mengalihkan pandangannya dari orang asing itu, bahkan sedetikpun. dan tidak beberapa lama, orang di depannya mengeluarkan belati kecil dari sampingnya dan mengoreskan telapak tangannya dengan ekspresi yang tidak berbeda dari sebelumnya, orang asing itu tidak terlihat kesakitan seperti seharusnya orang-orang rasakan.
"apa.. yang akan kau lakukan?"
Setelah kalimat itu diucapkan, tangan ramping yang berlumuran darah itu menyentuh bibir sang pasien, sebelum sang ayah menghentikan aksi aneh dan seramnya, tetesan darah mengalir ke mulut yang terbuka, dan sang pasien sendiri ingin menerima cairan aneh itu yang ia tidak tahu seberapa jauh cairan itu dapat mengubah hidupnya. Dia hanya ingin keluar dari rasa sakit dan penderitaan yang seperti neraka di bumi ini.
Tubuh yang berbaring itu diam selama beberapa waktu setelah menerima darah dari orang asing, mata sang ayah terbuka lebar. Rasa senang yang muncul diawal tiba-tiba runtuh saat melihat tubuh dari orang yang berbaring diatas ranjang mulai meronta seperti terbakar, membuat sang ayah untuk memeriksa kondisinya dengan penuh prihatin, lalu mengalihkan pandangannya dengan harapan yang kini benar-benar padam dengan rasa kesal.
"Kenapa putra ku seperti ini?"
Suara gemuruh bergema, seperti ingin melempar orang yang dia kira dikirim dari surga. Tetapi tangan ramping orang asing itu terangkat yang menandakan untuk berhenti, sementara bibirnya perlahan membentuk senyuman yang dingin, suara kesakitan yang menyedihkan tiba-tiba menghilang, mengundang mata sang ayah untuk melihat ke arah pria yang sedang tidur, dadanya berdenyut, tetapi sebelum ia mengeluarkan kata-kata kasar seperti yang di inginkannya, mata sang anak yang tertutup rapat itu tiba-tiba terbuka, menampilkan sepasang mata yang menyampaikan arti yang berbeda.
Salah satu orang.. menunjukan tatapan yang mengagetkan sebelum akhirnya berubah menjadi tatapan haus, tetapi yang satunya... menampilkan kepuasan yang jelas.
Orang yang berkata akan menyelamatkan hidupnya menatap ke arah sepasang mata tajam yang muncul di kegelapan, hanya diterangi oleh cahaya lentera badi. Sekarang api itu menyala lebih terang, merah seperti tetesan darah yang tadi diberikan. Itu sangat aneh dan menakutkan,tetapi itu membuat kepuasan dan membuat senyuman muncul di bibirnya, sang tuan rumah sedikit sadar akan hal itu, dia juga melihat kedua mata putranya berubah dan tidak berbeda dari orang asing yang datang ke rumahnya..
Karena itu adalah... mata dari orang yang haus.
sama seperti itu!
**********************************************
Kerasa bedanya translate di tunwalai/meb/ dan translate langsung dari novel ternyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Suci
RomanceTranslate kasar novel My Golden Blood yang akan diperankan oleh JossGawin,