maaf buat semuanya yg udah nungguin book ini. aku gabisa janji, tapi aku bakal mulai lanjutin satu persatu book-ku kalau ada waktu senggang yaa!happy reading guys!
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Nih duit" Marcal menyodorkan sejumlah lembar uang berwarna merah kepada adik sepupunya itu.Erlang menatap tak mengerti. Tapi tangannya dengan tak tau malu mengambil semua uang yang disodorkan Marcal.
"Lah, tumben? Ada apaan nih." ucapan Erlang membuat Marcal mendengus pelan.
"Lo ajakin adek gue makan di kantin, pake duit itu. Kalau lo berhasil ngajakin sekalian sirkelnya duduk di meja kita. Gue tambahin lagi nanti." perintah Marcal.
Erlang pun tersenyum girang.
"Gampang itu mah." sahut Erlang enteng.
"Yaudah sana, cepet!"
Erlang pun pergi meninggalkan Marcal sendirian di meja kantin mereka. Meja ini sudah lama menjadi hak paten geng-nya Marcal. Tak ada seorangpun yang berani duduk untuk menghabiskan waktu makan siangnya disana, kecuali mereka ingin berurusan dengan Marcal dan kawan-kawannya.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Erlang bergegas menuju kelas sepupunya itu. Kebetulan sekali ketika ia sampai, sepupunya tengah berada di kelasnya bersama dengan teman-temannya juga. Jadi Erlang tak perlu bersusah payah mencari kawan-kawan dari sepupunya itu.
'Waduh pas banget ladang duit gue ngumpul begitu' batin Erlang.
Saat memasuki kelas Jerrion, kuping Erlang agaknya risih mendengar para bisik-bisik gadis maupun laki-laki submisif yang membicarakan ketampanannya. Erlang tau kok dia ganteng, tapi kadang risih juga diomongin gitu. Tapi ya mau gimana lagi, nasib jadi orang ganteng yakan.
"Oi Jer! Sini kantin, abang Lo nraktir nih." teriak Erlang tiba-tiba membuat Jerrion dan teman-temannya agaknya sedikit terkejut.
"Hah? Tumben? Abang lagi kenapa?" tanya Jerrion sedikit heran. Bukan berarti Marcal itu pelit, ia sangat amat royal pada adiknya itu, hanya saja ini terlalu tiba-tiba. Biasanya, Marcal melakukan hal semacam ini ketika ia memenangkan balapan atau tengah merasa senang.
Erlang menggeleng pelan.
"Gatau, udahlah rejeki gaboleh ditolak."
"Kalian temen-temennya Jerri juga diajak kok, yuk gas kantin." ajak Erlang.
"Widih, serius Lang?" Kalau sudah tentang gratisan, Haegan siap jadi yang pertama untuk mendapatkannya.
"Serius lah, ayok sini buru makanya, laper gue." ujar Erlang menggebu.
"Yuk nan" ajak Jerrion pada Jenanta yang dibalas gelengan.
"Kalian aja, gue makan di kelas aja." tolak Jenanta.
"Yaelah, niat baik orang gabole ditolak gitu lah. Rejeki ini." sindiran halus Erlang berhasil mengusik hati Jenanta. Ia benar-benar merasa tersindir. Ia pun menghela napas dan memilih untuk ikut saja ketimbang mencari masalah.
Kelimanya pun bergegas menuju kantin dengan Erlang yang memandu jalan di depan, Juna-Haegan di tengah, dan Jerrion beserta Jenanta paling belakang.
Sesampainya di area kantin sekolah, Erlang sibuk mengedarkan pandangannya guna mencari meja teman-temannya berkumpul. Saat ketemu, mereka berlima pun menuju kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARUHAN [MARKMIN - NOMIN - CASMIN]
Short StoryBerawal dari balapan yang kemudian memunculkan taruhan diantara Marcal dan Lucius. Mereka menyeret lelaki manis kesayangan Sinegar- Jenanta Sinegar, ke dalam permainan penuh rasa. Jenanta pikir Marcal mencintainya, ternyata hanya sekedar bahan taru...