Happy reading!
Jam menunjukkan pukul tiga lewat dua puluh lima menit saat Naomi memarkirkan motor maticnya di depan Rumah Sakit. Langkahnya terayun pelan memasuki gedung serba putih itu. Sesekali membenarkan topi hitamnya. Tiba di ruang IGD Naomi segera menuju salah satu bangsal lantas membuka tirai berwarna hijau itu.Alisnya mengkerut. Tidak ada siapa-siapa di sana. Naomi memanggil salah satu perawat.
"Pasien atas nama Lidia yang dirawat di sini kemana ya, sus?" Tanya Naomi.
"Bu Lidia tadi keluar sama mba Kaila." Katanya.
"Kaila?"
"Dia juga pasien di sini. Mba tunggu aja, sebentar lagi pasti kembali. Soalnya saya sudah bilang kalau jadwal periksa bu Lidia jam empat." Papar perawat itu.
Naomi membulatkan bibir. Sudah biasa jika Naomi mendengar sang nenek punya teman baru. Rumah sakit sudah seperti rumah kedua bagi Naomi dan nenek. Mereka sering bolak balik ke rumah sakit entah karena sekedar kontrol atau harus dirawat karena penyakit yang kambuh lagi. Selain itu nenek punya sifat yang ramah kepada siapapun.
Setelah mengucapkan terima kasih. Sang perawat pun kembali melanjutkan tugas. Naomi memutuskan menunggu di bangsal. Pandangan Naomi tertuju pada sebuah tas berukuran sedang, warnanya hampir pudar. Seolah menunjukkan bahwa benda itu sudah berumur cukup tua. Naomi membukanya, ada dompet, beberapa helai pakaian dan sebuah buku berwarna hitam.
"Selalu dibawa kemana-mana." gumamnya. Naomi menarik kursi, duduk dan memutuskan untuk membuka buku itu selagi menunggu nenek kembali. Meskipun sudah sering melihatnya Naomi selalu menyukai setiap kali ia membuka buku itu.
"Naomi's Journey." Eja Naomi. Senyumnya tersungging lebar. Menatap kertas berwarna kuning yang ditempeli oleh beberapa foto.
Buku itu seperti jurnal yang dibuat khusus untuk Naomi. Apapun yang terjadi pada Naomi, Nenek akan mengambil foto, mencetak, menempelkan foto itu dan menambahkan tulisan-tulisan kecil. Dari buku nenek Naomi bisa melihat sendiri bagaimana pertumbuhannya dari kecil hingga beranjak dewasa.
Naomi menyentuh salah satu foto, anak kecil berumur lima tahun yang sedang menangis, di depannya ada segelas susu. Dibawah poto itu ada tulisan Nenek.
'Hari pertama Naomi tinggal bersama Nenek'
Mata Naomi tiba-tiba berair. Ia ingat hari itu. Hari dimana sang Ibu meninggalkan Naomi. Hari dimana Naomi menangis dan merindukan ibunya. Dan hari dimana Naomi yang selalu mengharapkan ibunya kembali, bahkan hingga detik ini.
"Haelah cah ayu kok nangis? Ono opo toh?" Suara serak dengan logat Jawa kental itu berhasil membuat Naomi mendongak. Naomi segera menghapus air matanya sebelum menoleh ke sumber suara.
Nenek datang bersama seorang gadis yang Naomi yakini adalah Kaila. Gadis itu terlihat bingung dan nenek menatapnya khawatir. Tanpa kata Naomi langsung memeluk nenek yang duduk di kursi roda.
"Lama banget. Aku sampe lumutan nungguin Nina." Kata Naomi di sela pelukan. Nina adalah panggilan kepada nenek. Panggilan itu Naomi sendiri yang membuatnya.
"Yo maaf. Habisnya Nina bosen di bangsal mulu. Jadi keluar sebentar cari udara segar."
Naomi melepas pelukannya. "Kenapa ngga nungguin aku aja, sih?"
"Kamu aja pulang kuliahnya sore begini. Nanti tamannya keburu sepi." Nenek tersenyum sambil menghapus jejak air mata di kedua pipi Naomi.
"Yowes. Jangan nangis lagi. Mending kenalan sama temen baru Nina." Nenek menoleh pada Kaila. "Kaila ini Naomi cucu ku, Naomi ini Kaila." Kata wanita tua itu.
Kedua gadis itu menatap satu sama lain. Karena pada dasarnya Naomi sendiri bukan tipe diam dan pemalu. Ia sangat mudah bergaul dengan orang baru. Akhirnya Naomi tersenyum dan mengulurkan tangan terlebih dulu. "Hai. Gue Naomi. Eh, boleh lo gue, kan? Kayanya kita seumuran." Katanya ramah.
Kaila tersenyum kecil, membalas uluran tangan Naomi. "Boleh, kok. Aku Kaila."
Dimata Naomi, Kaila benar-benar definisi cantik kalem dan anggunly. Kulitnya putih bersih, sangat cocok dengan rambut hitam, panjang, lurus yang terurai. Hidung mata dan bibir itu terpahat sempurna di wajah kecilnya. Naomi pernah liat VT yang bahas tentang standar kecantikan di dunia. Cantiknya Kaila tuh tipe standarnya Korean Beauty. Kalau saja doi debut jadi idol, udah pasti masuk visual grup. Bahkan dengan wajah pucat dan piyama rumah sakit pun Kaila masih terlihat cantik.
"Thanks karena udah temenin Nina jalan-jalan. Sorry kalau nenek gue cerewet kek kaleng rombeng."
Kaila tertawa, sedangkan nenek auto bombastic side eyes sama cucunya.
"Engga kok. Nina seru banget. Dia cerita banyak tentang kamu." Kata Kaila kalem.
Naomi mengibaskan tangan depan wajah, "Ngga usah di percaya. Orang tua suka berlebihan. Hiperbola."
Obrolan ringan itu harus terhenti karena kedatangan seorang perawat. Tadinya Naomi berpikir kalau perawat itu mau periksa Nenek. Ternyata menjemput Kaila. Setelah kepergian Kaila, Naomi langsung menodong neneknya dengan pertanyaan.
"Nina. Kaila sakit apa?" Tanya Naomi polos.
Nenek tersenyum hangat. Mengusap kepala Naomi yang tertutup topi. Lalu membelai rambut pirang sang cucu.
"Kanker lambung." Jawab nenek. "Kasihan sekali dia, ndok. Dia sendirian. Ngga ada yang nemenin. Anak sebaik dia harus berjuang sendiri melawan penyakit itu." Wajah nenek berubah sendu.
Naomi mengenggam lalu mencium kedua tangan nenek. "Nina juga ngga boleh kalah, dong. Aku ngga akan biarin Nina berjuang sendirian."
Mati-matian Naomi menahan air matanya. Ia tidak ingin menangis di depan nenek. Wanita itu akan mengomel lagi.
"Walinya bu Lidia?" Perawat yang Naomi temui sebelumnya menginterupsi percakapan.
"Saya, sus." Jawab Naomi.
"Ditunggu dokter di ruangannya sekarang."
New cast unlock!Kim Minju as Mikaila Ayesha
part 2 aku edit yaa hehe!
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon
RomanceKata halcyon berasal dari cerita dalam mitologi Yunani tentang burung halcyon yang memiliki kekuatan menenangkan gelombang laut yang ganas setiap bulan Desember agar ia dapat bersarang. Seperti perairan yang tenang, halcyon berarti rasa damai atau t...