Mar.1

5 2 0
                                    

Di pagi yang cerah itu, seorang wanita tampak sibuk di dapur, dikelilingi oleh alat-alat masak yang sudah siap digunakan. Dengan penuh perhatian, ta mulai memotong sayuran segar yang akan dimasaknya, gerakannya begitu lincah dan terampil seakan sudah hafal setiap detail dari rutinitas ini.

Wanita itu adalah Mama Agasa, seorang ibu yang selalu sigap mempersiapkan sarapan untuk keluarga tercintanya.

Pagi ini, ia memasak dua hidangan favorit keluarganya udang pedas manis yang disukai oleh Agasa, anaknya, dan sayur sop hangat kesukaan Papa Agasa, suaminya.

Setelah selesai memasak, Mama Agasa menata hidangan dengan rapi di meja makan. Ketika waktu sarapan tiba, ketiganya duduk bersama, menikmati makanan dengan tenang. Suasana di meja makan begitu damai, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring, seakan menjadi irama lembut di pagi itu. Mereka tidak banyak berbicara, namun kehangatan keluarga terasa dari setiap suapan yang diambil.

Usai sarapan, tanpa menunggu lama, Mama Agasa langsung beranjak dari kursinya untuk membersihkan meja dan mencuci piring. Agasa, meskipun masih duduk di bangku sekolah dasar, dengan sukarela membantu ibunya membereskan meja makan.

Sementara itu, Papa Agasa mulai mempersiapkan barang-barang yang akan mereka bawa untuk perjalanan ke luar kota. Koper-koper yang telah ditata sejak malam sebelumnya satu per satu dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

Selesai membereskan dapur, Mama Agasa mendekati suaminya yang sedang sibuk di halaman. "Yang, ada yang kurang lagi nggak kira-kira?" tanyanya sambil memeriksa keadaan sekitar

Papa Agasa menoleh sejenak dan mengangguk kecil, "Kayaknya udah semua deh, Yang. Semua barang udah masuk."

Dengan anggukan kecil, Mama Agasa memastikan, "Baiklah, kalau begitu aku panggil Agasa dulu ya biar dia masuk ke mobil."

"Ya, Yang, aku juga udah siap," jawab Papa Agasa sambil menutup pintu bagasi mobil.

Tak lama kemudian, Mama Agasa memanggil Agasa, dan mereka bertiga masuk ke dalam mobil. Agasa duduk di kursi belakang, bersiap untuk diantar ke rumah Tante Manda.

Sebelum Papa dan Mama Agasa memulai perjalanan ke luar kota, mereka akan menitipkan Agasa di rumah tantenya untuk beberapa hari.

Dengan segala persiapan yang matang, mobil mereka pun melaju perlahan meninggalkan halaman rumah, membawa kehangatan pagi dan rencana perjalanan yang telah direncanakan dengan baik

Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Agasa dan keluarganya tiba di rumah tantenya, Tante Manda. Perasaan Agasa dipenuhi oleh kegembiraan yang tak tertahankan la sudah tak sabar untuk segera bertemu dan tinggal bersama tantenya selama beberapa hari ke depan. Begitu mobil berhenti, tanpa menunggu lebih lama, Agasa langsung melompat keluar dari kendaraan.

Dengan langkah kecilnya yang penuh semangat, ia berlari cepat menuju Tante Manda, dan seketika itu juga, ia memeluk erat tubuh tantenya. Senyum bahagia tergambar jelas di wajahnya, tak hanya di wajah Agasa, tetapi juga di wajah orang-orang yang ada di sekitarnya. Suasana pun dipenuhi dengan kehangatan dan kebahagiaan.

Sementara itu, orang tua Agasa berjalan mengikuti dari belakang, membawa tas dan perlengkapan yang akan digunakan Agasa selama tinggal di rumah tantenya Mereka tersenyum melihat keceriaan anak mereka.

Setelah semua perlengkapan diturunkan dari mobil, mama Agasa pun menghampiri Tante Manda. "Dek, kami titip Agasa ya. Kami harus keluar kota beberapa hari untuk mengurus pembukaan cabang baru di luar pulau," ujar mama Agasa dengan nada sedikit cemas namun penuh kepercayaan kepada adiknya. Tante Manda menjawab dengan senyum manis yang menenangkan, "Iya, kak. Tenang saja, aku akan menjaga Agasa dengan baik"

Tak lama kemudian, mama Agasa berjongkok di depan Agasa, menatap mata anaknya dengan penuh kasih sayang sambil mengelus lembut kepala Agasa yang rambutnya lebat. "Kakak Agasa, jadi anak yang mandiri, ya. Jangan sering-sering merepotkan Tante Manda," ucapnya lembut namun tegas. Mendengar itu, Agasa dengan ceria dan penuh percaya diri menjawab, "Siap, Ma! Agasa kan anak yang mandiri," sambil membuat gerakan hormat dengan tangan di dekat alis, seperti seorang prajurit kecil yang patuh. Mama Agasa tersenyum gemas melihat tingkah lucu anaknya dan tak bisa menahan diri untuk sedikit mengacak rambut Agasa sambil berkata, "Pintarnya anak Mama dan Papa."

Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, mama Agasa berdiri dan berpamitan kepada Tante Manda "Dek, kami pamit dulu, ya. Kalau tidak berangkat sekarang, takutnya perjalanan jadi terhambat karena macet," katanya dengan nada penuh pertimbangan. "Hati-hati di jalan, Kak! Semoga semuanya lancar," jawab Tante Manda sambil memberikan doa dan harapan terbaik untuk perjalanan kakaknya.

Papa dan mama Agasa kemudian masuk kembali ke dalam mobil, namun sebelum pergi, mereka membuka kaca jendela mobil, sehingga Agasa masih bisa melihat wajah kedua orang tuanya yang melambaikan tangan dari dalam mobil.

Agasa yang saat itu berada dalam gendongan Tante Manda, juga ikut melambaikan tangan dengan senyum lebar di wajahnya. Namun, seiring dengan semakin menjauhnya mobil orang tuanya, perasaan di hati Agasa mulai berubah. Ada rasa sedih yang perlahan-lahan muncul, membuat senyumnya memudar Matanya mulai berkaca-kaca saat ia melihat mobil kedua orang tuanya semakin jauh, hingga akhirnya menghilang di balik tikungan di persimpangan jalan. Tak mampu menahan perasaan rindunya yang tiba-tiba muncul, air mata Agasa pun perlahan mengalir di pipinya, meskipun ia tahu dirinya akan baik-baik saja bersama Tante Manda.

Jangan menjauh, Aku rabun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang