chapter 8

7 0 0
                                    

Suasana di ruang meeting hari ini terasa aneh. Tia merasa atmosfernya jauh lebih dingin dari biasanya. Dia melirik ke Jay yang tengah sibuk membahas proyek dengan Sunghoon, sementara Gebrin terfokus pada laptopnya. Jarak di antara mereka tampak lebih jauh dari biasanya, seolah ada sesuatu yang terjadi.

"Kenapa duduknya pada jauh-jauhan?" gumam Tia pelan tak terdengar.

"Tumben," desisnya lagi.

"Geb, tadi gue udah kirim beberapa desain booth buat job fair nanti. Coba lo cek," ujar Sunghoon. Gebrin hanya mengacungkan jempol tanpa sepatah kata, wajahnya datar.

Tia reflek menatap Jay, yang juga terlihat kebingungan. Biasanya, Gebrin dan Sunghoon paling ribut dalam diskusi, namun hari ini sepi. Terlalu sepi.

"Oiya, Geb, lo bisa survei ditemenin Sunghoon kalau—" belum selesai Jay bicara, Gebrin sudah menyela dengan suara lembut tapi tegas, "Gue sendiri aja." Senyum kecilnya tampak dipaksakan.

Sunghoon menghela napas berat. Setelah kejadian kemarin, segalanya terasa begitu canggung di antara mereka.

Bagus, sesuai dugaan lo, Hoon. batin Sunghoon.

"Gue temenin, ya, Geb?" Tia menawarkan diri dengan antusias, berusaha mencairkan suasana.

"Lo nggak sibuk? Kalau nggak, sih, boleh."

Jay yang polos ikut bertanya, "Kenapa nggak sama Sunghoon aja?"

Tia tahu, meski Jay sadar ada yang salah, ia kadang tak terlalu peka terhadap hal-hal kecil. Kecuali kalau sudah menyangkut Tia, tentu saja.

"Nggak usah, dia bisa ngurus sendiri," kata Sunghoon dingin, lalu bangkit, membawa laptop dan tumblernya. "Gue balik ke tempat duluan, thanks semua." Dia berlalu tanpa menunggu jawaban, meninggalkan ketiganya.

"Jadi, kita survei kapan, nih, Geb?" tanya Tia.

"Lo beneran ga sibuk? bukannya harus ngajuin surat perizinan? Gue sendiri aja, deh," jawab Gebrin dengan nada lelah. setelah keduanya sampai pada meja masing masing.

"Gampang, gue temenin aja. udah ngajuin perijinan kok tinggal tunggu Surat balasannya."

"Besok aja, ya? Gue capek banget kalo hari ini" ucap Gebrin akhirnya. Dia memang tampak benar-benar kelelahan. Tia tahu betul, temannya itu sedang tidak dalam mood yang baik. Banyak pekerjaan, revisi yang belum selesai, ditambah lagi kegiatan ekstra semalam membuat temannya itu benar benar lelah.

Namun, bukan Tia namanya kalau tidak ceplas-ceplos. "Lo diapain sama Sunghoon?"

Gebrin tertegun sejenak, kaget mendengar pertanyaannya "Kalau nanya jangan bikin ambigu, please." yang ditanya mencoba tersenyum,

"Ya abis, terakhir kali gue tinggal kemarin, lo sama Sunghoon—" Tia mengintrogasi dengan tatapan penasaran.

Belum selesai Tia bicara, Gebrin langsung menyela dengan nada sarkastik, "Lo yang kemana sama Jay? Ngambil snack lama banget. Ngambilnya di Bandung, ya?" Gebrin mencoba melontarkan lelucon untuk mengalihkan perhatian, meski ia benar-benar ingin tahu.

Tia tertawa kecil, "Gue pulang semalem karena ada Sunwoo di sana." Nama mantan kekasihnya disebut dengan santai, alasan yang cukup ampuh untuk mengakhiri percakapan yang bisa berpotensi membuat temannya curiga

"Anjing? Seriusan?" Gebrin terbelalak.

Tia mengangguk pelan. "Iya."

Gebrin mengusap kepala Tia sambil terkekeh. "Bagus. Lo harus langsung cabut kalo ketemu anomali menyeramkan satu itu, pinter, Ti."

Tia hanya cengengesan, merasa lega bisa mengalihkan perhatian Gebrin dengan topik lain.

Waktu pulang kerja tiba. Biasanya, Sunghoon akan mengajak Gebrin pulang bareng, atau minimal berpamitan. Tapi kali ini, dia langsung keluar begitu saja tanpa berkata apa-apa. Gebrin hanya menatap kosong, tak memberikan reaksi. Tia yang memperhatikan, bertanya pelan, "Lo nggak balik bareng Sunghoon?"

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang