🍑🍑🍑
Derasnya hujan membuat malam ini menjadi sangat dingin, angin dinginnya seperti sebuah panah yang menusuk dan menembus kulit hingga ke tulang.
Tidak bisa dibohongi, Karin saat ini tengah memojokkan dirinya dipojok kamar dan menyelimuti tubuhnya dengan dua selimut yang dia dapat dari dalam lemari.
"Oh Tuhan.. Tubuhku, apa aku akan mati kedinginan disini..?" Karin masih dalam keadaan kedinginan, gadis itu lupa meletakkan ponselnya dan ingin menelepon Marcell.
Laki-laki itu tak kunjung kembali ke kamar untuk mengecek nya apakah dia baik-baik saja, apakah Karin tidak terbangun.
Karin memejamkan matanya, bibirnya gemetaran hingga giginya menimbulkan suara. Jendela nya terbuka tapi dia tidak sanggup untuk berjalan kesana dan menutupnya.
Hening, kembali hening. Karin mencoba kembali tidur dalam kondisi seperti ini, dan dia berhasil. Gadis itu mulai tidur, dengan tenang walaupun kedinginan.
Gelapnya kamar ini, Karin hampir terjatuh saat akan turun dari atas ranjang untuk mencari tempat yang hangat. Angin malam itu masuk dengan tiba-tiba saja jendela kamarnya terbuka akibat angin kencang ditambah hujan yang deras.
Tiba-tiba, Karin dikejutkan dengan suara sering ponselnya.
Drttt... Drttt...
Karin terbangun kembali, dia langsung tertuju pada cahaya ponselnya yang berada di ujung ranjang. Gadis itu juga merasakan jika hujannya tidak lagi deras, dan angin nya juga tidak lagi kencang.
Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan menarik ponselnya. Telepon tak dikenal, apakah itu adalah Marcell. Tapi laki-laki itu berkata jika nanti dia akan menyimpan nomornya sendiri di ponsel Karin.
Mungkin sudah, gadis itu pun menjawab telepon nomor tak ada namanya itu.
"Marcell?? Kamu dimana? Kenapa kamu baru telepon aku?" ucap Karin dengan khawatir dan juga kesal.
Karin tidak mendapat jawaban dari seseorang di sebrang sana. "Halo? Marcell? Ini kamu kan? Halo?" panggil Karin sekali lagi.
"Marcell? Oh ayolah, apa kamu-"
"Aku disini"
Akhirnya, laki-laki itu menjawab. Karin tersenyum lega, tapi senyumannya hilang dan alisnya mengerut. Dia merasa sesuatu yang berbeda dari Marcell.
"Ada apa dengan suaramu? Kamu tidak apa-apa kan? Suaramu lebih berat dari sebelumnya, sayang" tanya Karin mulai khawatir.
Benar, suara Marcell terdengar lebih berat dari sebelumnya. Apa yang setelah laki-laki itu perbuat dengan pita suaranya, sangat berubah seperti bukan Marcell. Tapi Karin percaya jika itu adalah Marcell.
"Sayang? Kamu dimana, aku butuh kamu.. Aku ingin kamu disampingku"
"Kamu dimana?"
Karin terkekeh pelan mendengar pertanyaan Marcell. "Sayang? Aku ada dirumah kamu, apakah kamu lupa?" jawab Karin.
"Dimana itu, aku melupakan alamatnya"
"Sayang? Aku tidak tahu pastinya tapi mungkin ini berada di jalan *****, apa kamu di luar? Ayo cepat pulang" ucap Karin merengek.
"Aku akan pulang"
"Baiklah sayang!"
Tutt
Telepon dimatikan dari Marcell, Karin langsung memasang ekspresi bingung. Ada apa dengan Marcell, kenapa dia bersikap seperti itu. "Apa aku membuat kesalahan padanya? Seperti tidak" pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐄𝐕𝐈𝐋'𝐒 𝐎𝐁𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍
Teen FictionDevan, laki-laki gila akan cinta pada pandangan pertamanya dengan Karin adalah sebuah takdir yang laki-laki itu syukuri. Tetapi tidak pada Karin yang justru mencari cara agar keluar dari hidup dan pergi sejauh-jauhnya dari Devan. Tapi tidak semudah...