1.

811 14 0
                                    

" Kamu seharusnya belajar dari kesalahan kamu yang kemarin. Papa itu sudah amanahin kamu buat kontrol perusahaan. Kenapa malah bolos? Rapat juga ngga, seenggaknya kamu kasih kabar "

Amuk Amar pada Alaric yang tengah memakan bubur pesanannya. Ia menatap lauk dihadapannya dengan pandangan datar. Makanan yang dibuat oleh wanita yang menjadi ibu tirinya itu memang tidak pernah ia sentuh. Ia malas melihatnya, dan benci berada disituasi sekarang ini.

" Hm. " Gumamnya dan Amar semakin naik pitam mendengarnya. Ditambah semalam Alaric mabuk dan membuat ulah di klub malam, ucap orang yang mengadukan kelakuan anaknya.

" Ngga enak ya kalo pulang ngga mabuk? Kamu itu selalu aja bikin ulah. Terus apa ini? Mama kamu bahkan udah bangun pagi buat bikinin sarapan dan kamu lebih pilih beli? " Tunjuknya pada keresek yang ada diatas meja makan. Ia begitu geram karena makanan istrinya terbuang sia-sia.

Alaric benar-benar tidak menghargainya.

" Pengen makanan luar aja Pah. Semuanya serba diatur, aku udah turutin semua yang Papa mau " Ia masih terus menyuapkan bubur kedalam mulutnya. Bingung harus bereaksi apa pada papanya yang tidak mengerti keadaannya.

Papanya selalu saja tidak melihat usahanya. Di usianya yang sekarang ia sudah mampu membangun agensi model juga mengontrak bintang iklan ternama. Belum lagi propertinya yang tersebar dipenjuru negeri ini. Apa salahnya bersenang-senang sedikit? Lagipula ia hanya melepas penat.

" Karena kelakuan kamu makin hari itu bikin Papa sakit kepala. Kalo nurut Papa ngga akan sebegininya ke kamu " Nayra datang tergopoh-gopoh sambil menahan bahu suaminya. Alaric meliriknya dengan sinis. Ia benci Nayra.

" Mas, udah. Kalian juga ada rapat pagi ini " Tegurnya dengan lembut. Alarix berdiri hingga kursi makan berdecit, ia meraih tas kerjanya sambil mendumel.

" Ck! Bikin ngga nafsu makan aja " Amar berdiri hendak menarik tubuhnya namun Nayra menahannya dengan cepat.

" Alaric! Yang sopan kamu! " Istrinya hanya bisa menatap kepergian Alaric dengan sedih. Apa ia berbuat salah lagi? Pria itu berlalu begitu saja tanpa menoleh pada kedua orangtuanya.

Amar sudah tidak nafsu makan lagi. Ia menyuruh istrinya untuk memasukkannya kedalam kotak bekal saja agar ia bisa sarapan dimobil dan juga untuk siang. Nayra dengan patuh menurutinya dan kembali dengan dua kotak bekal ditangannya.

Amar meraih semangka dan memakannya dengan kesal. Alaric benar-benar menyulut emosinya.

" Mas, Alaric cuma butuh waktu " Ucap Nayra lembut sambil memasukkan lauknya. Amar menatapnya dengan penuh kasih sayang, bagaimana ia tidak mencintai istrinya ini. Selain cantik, seksi dan pandai memuaskannya, Nayra juga pengertian dan mampu mengendalikan emosinya.

" Sayang, apa kita pindah aja? " Tanyanya sambil memeluknya dari belakang. Kecupan ringan Amar berikan pada leher jenjangnya.

" Dan bikin Alaric makin jauh sama kamu. Kalian itu cuma butuh ngobrol berdua, biar sama-sama ngerti perasaan masing-masing Mas. Kalian terlalu sibuk sama bisnis "

Sahutnya dan Amar mengiyakannya dengan cepat. Mereka sangat kurang komunikasi, kalaupun ia hanya membahas bisnis. Amar yang menjadi orangtua tunggal sejak Amar kecil memang agak kesulitan maka dari itu ia dibantu oleh Ibunya untuk mengurus Alaric.

Kasih sayang yang melimpah ruah dan cenderung mudah mendapat apa yang diinginkan membuat Alaric semena-mena. Ia hanya takut anaknya salah pergaulan apalagi dunia bisnis sangat kejam dan penuh mafia.

" Kamu bener sayang, aku hampir ngga pernah ngobrol berdua sama Alaric " Nayra tersenyum, ia mengecup bibir suaminya singkat membuat Amar tersenyum.

" Aku keatas dulu ambilin tas kamu "

Menggoda Ibu TirikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang