Bertemu Lagi

38 19 6
                                    

BAB III
Bertemu lagi

Hazika yang biasanya bersemangat, kali ini terlihat lebih bersemangat. Sebab, dia ingin segera bertemu dengan si ganteng.

Saat masuk ke kelas, dia melihat Akira sedang duduk menikmati bekalnya sambil menonton sesuatu di ponsel.

"Kenapa nggak sarapan di rumah, Ra?" tanya Hazika sambil menaruh tasnya.

"Takut telat. Kamu sendiri tumben pagi-pagi udah sampai sekolah. Ada apa?" Akira balas bertanya, karena rajinnya seorang Hazika tidak akan datang sepagi ini.

Ditanya seperti itu, Hazika hanya tersenyum lebar. "Kamu nggak jadi gila, kan?" Akira menatapnya dengan heran, agak takut melihat perubahan mendadak temannya itu.

"Nggak lah. Aku ketemu cowok ganteng banget kemarin," jawab Hazika penuh semangat.

"Di mana?"

"Di kantin."

"Waktu aku cari tempat duduk, aku lihat dia. Namanya Pradip!" Hazika bercerita dengan mata berbinar.

"Pradipta Pratama? Anak kelas 12?" tanya Akira sambil mengerutkan dahi.

Mata Hazika membelalak. "Itu nama lengkapnya?"

Akira mengangguk. "Iya, itu nama lengkapnya."

"Ganteng banget, kayak yang punya nama," ujar Hazika membayangkan wajah Pradipta.

Hazika tiba-tiba berdiri. "Udah ya, aku ke kantin dulu. Mau ketemu jodohku!"

"Eh!" Akira cepat-cepat menahan Hazika. "Emangnya Kak Pradip mau sama kamu?"

Senyum Hazika langsung pudar mendengar ucapan itu. "Bikin pesimis aja."

"Biar kamu sadar, Ka. Semua cewek di sekolah ini juga pasti pengen sama Kak Pradip," ujar Akira sambil tertawa kecil.

"Tapi yang bakal jadi jodohnya cuma aku. Aamiin." Hazika kembali tersenyum lebar. "Ayo, cepet bilang aamiin!"

"Aamiin," jawab Akira setengah hati.

Memang bukan Hazika namanya kalau tidak percaya diri. Jika kakaknya tahu, mungkin Hazika langsung disuruh pulang ke kampung.

Namun, bagi Hazika, bertemu Pradipta adalah anugerah. Laki-laki itu kini menjadi salah satu alasan Hazika betah tinggal di kota ini.

"Pokoknya aku bakal buktiin kalau Pradipta Pratama bakal jadi jodohnya Embun Hazika," katanya penuh keyakinan.

"Selamat berjuang!" Akira tertawa. Dia sebenarnya ingin Hazika mundur, tapi melihat semangatnya, Akira memilih untuk mendukung. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi lima tahun ke depan, bukan?

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

Meski terlihat memperhatikan, pikiran Pradipta sebenarnya melayang memikirkan ummanya yang sedang sakit. Dia sebenarnya ingin izin tidak masuk sekolah hari ini, tapi ummanya melarang.

"Kenapa nggak mau sekolah, Aa'? Ada Baba yang menjaga Umma."

Itulah ucapan ummanya yang membuat Pradipta akhirnya mengalah. Dia percaya pada babanya dan yakin Allah akan menjaga orang-orang yang dia sayangi.

"Pradipta Pratama!"

"Ya, Bu?" Pradipta spontan berdiri ketika namanya dipanggil.

"Maju! Kerjakan soal di papan tulis!" perintah Bu Umi, guru matematika sekaligus wali kelasnya.

"Baik, Bu."

Pradipta maju tanpa protes. Setelah membaca soal, dia bersyukur karena semalam telah mempelajarinya. Dia bisa mengerjakan soal itu dengan lancar.

"Sudah, Bu."

Bu Umi berdiri, memeriksa jawaban Pradipta, lalu tersenyum puas. "Bagus, Pradip. Silakan duduk kembali."

"Terima kasih, Bu."

Tak lama setelah Pradipta duduk, Bu Umi mengakhiri pelajaran lebih awal. "Materi hari ini cukup sampai di sini. Jika ada yang belum paham, bisa tanyakan ke teman atau langsung ke Ibu. Ibu akhiri, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab para siswa serentak.

Pradipta berniat menelepon babanya. Dia keluar kelas, dan segera menelepon.

"Hallo! Assalamualaikum, Ba."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Kenapa Aa'? Udah kangen sama istri Baba?"

"Baba, jangan mulai. Aku cuma khawatir sama Umma. Apa Umma sudah lebih baik?"

"Alhamdulillah, baru saja tertidur setelah minum obat. Demam Umma juga sudah menurun."

"Alhamdulillah."

Pradipta merasa lega setelah mendengar kabar ummanya.

"Aa' nggak bolos kan? Kok jam segini telepon?"

"Astaghfirullah, nggak Ba. Barusan Bu Umi ngakhiri pelajaran lebih awal."

"Syukurlah. Sana ke kantin, pasti kamu udah lapar."

"Iya Ba, aku tutup, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah menelepon, Pradipta menuju kantin. Namun, saat baru sampai pintu, tiba-tiba terdengar suara cempreng.

"Pradip ganteng!" teriak seorang gadis yang langsung menghampirinya.

"Apa?" Pradipta membalas dingin. Matanya menatap gadis itu dengan kesal. Siapa lagi kalau bukan Hazika.

"Ih! Kok gitu sama calon pacar," jawab Hazika tanpa ragu.

"Hah?" Semua yang ada di kantin terkejut mendengar ucapannya.

Pradipta menghela napas panjang. "Gue kasih tahu satu hal."

"Apa?" tanya Hazika penuh penasaran.

"Gue nggak pacaran dan nggak akan pacaran. Apalagi sama cewek yang nggak tahu malu kayak lo!"

Deg.

Ucapan itu cukup menyakitkan untuk hati kecil Hazika, tapi dia tetap berusaha tersenyum. "Iya, bukan pacar. Tapi calon istri," jawabnya mantap.

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

Sepulang sekolah, Hazika masih saja tersenyum, terlalu senang karena bisa bertemu lagi dengan Pradipta.

"Huwa! Besok harus ke kantin lagi. Kalau nggak ketemu, ya ke kelasnya," gumam Hazika.

Namun, dia teringat janji masaknya pada sang kakak. "Syukur masih jam 4," katanya lega.

Hazika segera menuju dapur untuk memasak. Tadi pagi, dia sudah membuat ayam ungkep. Sekarang tinggal menggorengnya. Untuk pendampingnya, Hazika membuat terong krispi.

Setelah semua selesai, Hazika kembali ke kamarnya untuk mandi. Sebentar lagi waktu Maghrib, dan Dewa pasti akan marah kalau dia belum mandi saat kakaknya pulang.

"Mas Dewa kalau marah nggak kayak lagi marah," gumam Hazika sambil tersenyum. Biasanya, kalau Dewa marah, dia hanya berbicara dengan nada tegas. Namun, jika benar-benar marah, dia akan mendiamkan Hazika seharian penuh, lalu kembali seperti biasa keesokan harinya.

"Mas Dewa memang beda," ujar Hazika pelan, merasa kagum pada kakaknya.

"Semoga Pradipta aku punya sifat kayak Mas Dewa. Yang nggak mudah marah, sekalinya marah. Mudah memberi maaf, aamiin," doa Hazika dengan tulus.

Note :

Hallo!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh guys!

Rumah kalian hujan nggak? Disini Alhamdulillah hujan yeeee

Sore-sore hujan-hujan, emang paling enak baca sambil nyemilkan😄

Cie cie...
Iya kamu yang udah baca sampe bab 3... Nangih ya?

Jangan lupa follow aku ya🥑

IG : @blueskynya_
Tiktok : @blueskynya

Embun Hazika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang