Seminggu awal ketiga orang kampung yang miskin itu tinggal di rumah mewah milik pengusaha terkenal bernama Rini Listyowati, adalah hari-hari yang cukup melelahkan bagi mereka. Bisa dibayangkan bagaimana susahnya menyesuaikan pola hidup dari keluarga miskin yang tinggal di gubuk menjadi bagian dari keluarga kaya raya di rumah megah. Namun demikian Bu Rini sudah bertekad akan membayar hutang nyawa pada anak remaja bernama Arfan dan keluarganya itu, sehingga dengan penuh kesabaran ia pelan-pelan mengajarkan kebiasaan dan pekerjaan baru untuk mereka lakukan. Bu Rini meminta Leha dan Bude Warsih bekerja di rumah besar ini, tugas mereka mulai dari memasak, mencuci, hingga bersih-bersih rumah beserta halaman luasnya.
Tak susah bagi ketiga orang kampung itu untuk bekerja sesuai yang diinginkan oleh sang nyonya, karena pekerjaan itu pastilah jauh lebih ringan daripada aktivitas mereka di kampung. Kalau di desa mereka mencuci pakaian di sungai, disini mereka memakai mesin cuci. Membersihkan rumah juga dilakukan dengan alat-alat canggih yang mereka pelajari dalam waktu cukup singkat. Hanya perlu waktu seminggu saja bagi ketiganya untuk terbiasa menggunakan alat-alat rumah tangga modern disana.
Untuk urusan makan, Bu Rini sangat suka dengan masakan Warsih dan Leha, ia selalu teringat betapa lahap dirinya menyantap apa yang disajikan Arfan dan keluarganya saat itu, meski biasa mengkonsumsi masakan mewah, Bu Rini tetap menikmati masakan Warsih dan Leha yang ia bilang sangat terasa 'Jawa'-nya. Bu Rini memang berasal dari keluarga kaya sejak kecil, namun pembantu-pembantunya dulu juga dari Jawa Tengah, jadi ia sangat terbiasa dengan masakan tradisional. Hal itu membuat Arfan, Leha emaknya dan Warsih Budenya jadi kerasan tinggal disana. Bu Rini juga sangat menghormati mereka bertiga sampai-sampai ia katakan pada setiap relasi yang datang berkunjung bahwa mereka bertiga adalah keluarganya yang baru datang dari kampung. Bu Rini bahkan tidak sama sekali menganggap mereka pembantu rumah tangga.
"Arfan, ibu berencana melanjutkan sekolahmu yang terputus... kamu harus sekolah nak, biar pintar dan jadi orang sukses kalau sudah dewasa nanti," ungkap Bu Rini pada suatu kesempatan mereka berkumpul untuk membicarakan hidup baru di Jakarta.
Arfan tak tahu harus mengucap apa, ia yang baru berumur 18 tahun memang sudah sejak tamat SMP 2 tahun yang lalu tak lagi melanjutkan sekolah karena keadaan ekonomi yang sangat miskin. Begitu pula dengan emaknya Leha dan Bude Warsih, kedua perempuan paruhbaya itu pun terus mengucapkan terimakasih atas kebaikan Bu Rini. Sebaliknya Bu Rini juga tak pernah bosan mengatakan pada mereka kalau hal itu tak seberapa dibanding nyawanya yang telah diselamatkan oleh mereka bertiga, tak henti-henti juga Bu Rini mengucap syukur dan terimakasih.
Sebulan kemudian sejak mereka tinggal disana, ketiganya sudah dapat menyesuaikan diri dengan semua tugas dan kegiatan baru mereka di rumah itu. Masalahnya cuma satu, aktivitas seks yang sejak beberapa waktu lalu setiap hari mereka lakukan di desa sekarang sudah tak bisa mereka perbuat sebebas dahulu. Mereka masih canggung dan malu melakukannya di rumah mewah ini. Dua minggu pertama Arfan, Bude Warsih dan emaknya Leha terpaksa harus menahan nafsu untuk melakukan kebiasaan mesum itu. Namun demikian setelah mereka menyadari kalau Bu Rini pergi ke kantor pada pagi hari dan kembali ke rumah pada larut malam, mulailah mereka melakukan ritual nikmat yang sudah terlanjur mereka lakoni di desa dulu.
Lima menit saja sejak mobil Bu Rini keluar dari gerbang, Leha dan Warsih langsung menyerbu Arfan dan melampiaskan nafsu birahi terlarang mereka yang masih punya hubungan darah. Biasanya, Leha yang tak tahan pertama kali menggeluti tubuh anak kandungnya yang kian hari terasa bertambah perkasa saja.
Mereka melakukan persetubuhan segitiga itu nyaris di seluruh tempat di dalam rumah maupun di halaman belakang. Paling sering kedua perempuan itu secara bersamaan menyerbu Arfan yang masih tidur di kamarnya. Kalau sudah begitu, Arfan yang sedang benar-benar gila seks akan menyambut dengan senang hati serbuan dari dua wanita setengah baya yang merupakan ibu kandung dan budenya. Seperti biasa, 3 sampai 6 kali setelah ibu dan bude nya mengalami orgasme barulah Arfan menumpahkan pejuh kentalnya. Kadang di dalam memek, tapi sering juga kedua perempuan penuh nafsu itu bergiliran meminum cairan mani Arfan, menyedotnya sampai habis dan kering! Arfan pun dengan senang hati melakukannya. Kalau dulu ia ngentot emak dan bude nya di gubuk reot beralaskan tikar pandan, kini ia dengan gembira bisa menyalurkan syahwat di springbed bersprei putih bersih atau di kamar mandi mewah. Ketiganya benar-benar bahagia menikmati hari-hari penuh kesenangan.
Setelah puas melampiaskan birahi di pagi hari itulah baru mereka bertiga melakukan aktivitas membersihkan rumah, memasak dan mencuci pakaian. Hidup mereka benar-benar telah berubah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikmat Bersama Umi (Inc_est Warning)
FantasyNasib seseorang tiada yang tahu selain tuhan. Itulah sekira yang bisa dipetik dari perjalanan hidup tiga orang yang masih punya hubungan darah ketika di satu malam setelah habis menggeluti tubuh bude nya, Arfan berjalan pulang ke arah rumah yang ter...