Bergelut dengan kepedihan dan rasa sakit yang mendalam tidak menggetarkan setiap langkah Arnaya untuk melanjutkan hidupnya. Sudah 2 tahun dia menjadi seorang single mom untuk anaknya yang kini baru berusia 6 tahun. Ditinggal pergi untuk selamanya oleh suami terkasih memberikan ruang kepedihan dan rasa sakit mendalam yang tidak mampu untuk dijelaskan. Tidak ada yang tahu sedalam apa pedih dan sakit itu tertoreh di relung Arnaya.
Keluarga yang rukun dan harmonis tanpa cekcok harus lenyap dalam sekejap dan berpisah untuk selamanya karena ajal sudah menjemput. Laki-laki hebat yang memberikan seluruh cinta dan kasihnya pada Arnaya selama hidupnya tanpa menorehkan luka dalam kisah pernikahan mereka. Kepergian yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Arnaya terjadi 2 tahun silam ketika sang suami secara tiba-tiba tidak sadarkan diri dan tidak lama kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.
Air mata tidak mampu lagi luruh membasahi pipi chubby nya saat mengantar sang pujaan hati menuju tempat peristirahatan terakhir. Semua rasa yang dia miliki seakan menguap begitu saja dan dia tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaan itu.
Semangat dari orang-orang sekitar terus diberikan untuk Arnaya agar mampu melewati semua kepedihan dan kesakitan itu namun hal itu tidak juga dapat membuatnya memudarkan memori yang terpatri. Seakan mengerti dengan perasaan sang ibu, laki-laki kecil itu tidak pernah sedikit menyinggung ayahnya dan dia selalu berusaha membuat sang ibu tersenyum dengan setiap tingkah lucunya. Orang bilang waktu akan membuat perasaannya menjadi lebih baik namun semua itu seperti tidak berlaku pada Arnaya karena kepedihan dan sakit itu masih melekat erat dalam hatinya.Semesta seperti sedang membantu Arnaya untuk memulai kembali chapter kehidupannya setelah kepedihan dan sakit itu mengelayutinya selama setahun penuh, dia mendapatkan surat pindah tugas ke ibu kota negara awal tahun lalu. Awalnya Arnaya menolak kepindahannya dan ingin memilih menetap di tempat dia sekarang karena dia tidak ingin melupakan semua kenangan manis bersama sang pujaan. Kemudian ibunya memberikan sebuah masukkan untuk memulai bab baru didalam hidupnya di tempat yang baru agar rasa sedih dan sakitnya kian memudar. Berbekal hal itu Arnaya bersama putranya pindah ke tempat dinas nya yang baru untuk memulai kisah mereka. Kini disinilah mereka untuk melanjutkan tulisan kisah kehidupan mereka.
Hari ini adalah hari yang paling sibuk untuk semua orang setelah dua hari berlibur mengisi energi. Pagi ini rutinitas Arnaya dimulai dengan mengantar putranya -Ezaan- pergi bersekolah, setelah itu dia pergi menuju tempat kerjanya. Saat ini Arnaya bekerja di bawah salah satu kementerian sebagai staff khusus. Tiba dikantor dia segera duduk di kursi kerjanya dan melanjutkan pekerjaan di minggu kemarin yang belum selesai.
Saat jam makan siang tiba Arnaya tidak beranjak dari tempat duduknya, dia mengeluarkan kotak bekal yang telah disiapkan tadi pagi. Satu dering singkat keluar dari ponselnya muncullah pesan yang mengirimkan file foto padanya. Sebuah senyum terukir saat melihat pesan itu yang menampilkan Ezaan tersenyum bahagia sambil menikmati bekal makan siangnya."Bu, setelah makan siang kita ada rapat" Ucap seorang perempuan pada Arnaya.
"Ok, terima kasih Daniar" Balas Arnaya ramah.
"Ibu makan siang sendiri lagi?" Tanya Daniar.
"Hhmm... Ya, seperti biasa" Jawab Arnaya dengan senyum tipis.
"Ibu tidak bosan makan sendirian sejak pertama pindah kesini? Atau ada orang yang mengganggu ibu?" Runtutan pertanyaan kembali Daniar lontarkan.
"Tidak, jawaban untuk dua pertanyaanmu itu Daniar dan lebih baik sekarang kamu pergi makan siang sebelum terlambat" Jawab Arnaya kembali.
"Ah... Iya, terima kasih bu sudah mengingatkan" Balas Daniar dan bergegas pergi dari sana dan Arnaya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan rekan kerjanya itu.Melewati diskusi panjang hingga pukul 5 sore membuat orang-orang yang keluar dari ruang rapat terlihat lesu dan lelah. Mereka segera membereskan kubikel kerja masing-masing dan beranjak untuk pulang ke rumah agar dapat segera beristirahat. Arnaya selesai rapat dia langsung bergegas menuju basement mengendarai mobil untuk menjemput sang putra tercinta. Jarak kantor dan sekolah Ezaan tidak begitu jauh sehingga Arnaya dapat segera tiba di sana. Ternyata Ezaan telah menunggunya bersama guru pendampingnya, keadaan sekolah saat itu cukup lenggang dan hanya menyisakan beberapa orang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Chaya mu
ChickLitHari terus berlalu namun dirinya masih melekat erat dalam pikiranku. Engga enyah meski matahari sudah berkali-kali berganti dengan bulan dan musim terus bergulir. Hatiku belum terbiasa dengan ketidakhadirannya hingga yang dirasa hanya hampa. Ditenga...