Hari terus berlalu namun dirinya masih melekat erat dalam pikiranku. Engga enyah meski matahari sudah berkali-kali berganti dengan bulan dan musim terus bergulir. Hatiku belum terbiasa dengan ketidakhadirannya hingga yang dirasa hanya hampa. Ditengah kehampaan itu mereka mengulurkan tangan. Entah karena iba atau karena berada disituasi yang sama dan harus melanjutkan hidup walau tanpa rasa. Apakah pada akhirnya aku harus memilih? Aku rasa... Ini bukan saatnya dan mungkin saja nanti dia kembali padaku bukan? Ya... Tuhan mungkin saja mengembalikan dia padaku