Bagi Hinata, Naruto Uzumaki adalah pria matang idaman yang sejak kecil sudah ia bayangkan akan menjadi suaminya kelak. Pria itu adalah tipe idealnya selama ini, sosok yang ia cari-cari dari sekian pria yang ia temui. Pria yang hadir untuk membuat hi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. .
NARUTO SERING KALI dianggap mendapatkan banyak tuntutan dari keluarganya, ketika lebih memilih mengejar studi S3-nya dibandingkan sedikit saja mengistirahatkan diri untuk berfoya-foya bersama temannya. Tidak, Naruto tidak demikian. Keluarganya tidak termasuk ke dalam keluarga yang sangat akademis, meski memasuki jajaran keluarga yang terpandang terutama di USA. Alih-alih mengikuti Sang Ayah untuk tenggelam dalam bisnisnya, Naruto nyaman dengan dunianya sebagai salah seorang pendidik. Berkecimpung di dunia pendidikan baginya adalah sebuah pilihan tanpa paksaan, atau bahkan tanpa tuntutan keluarga yang mengikat. Ia seseorang yang cukup senang untuk menyendiri dan membaca buku sejak dulu, oleh sebab itu hingar-bingar menjadi Putra seorang konglomerat tak serta merta menjadi bagian dari kehidupannya, meski ia bisa melakukannya kapan saja.
Hal itu, tak membuat Minato Uzumaki diam saja, Naruto tak tersentuh bahkan oleh keluarganya sendiri. Minato memberikan kebebasan, meski bisnisnya harus beralih ke anak kedua. Sebab Naruto tak tertarik harta orangtua, pria itu bisa mendapatkan uang dengan mudah melalui caranya sendiri.
Derita Minato memiliki anak jenius adalah, Putranya menjadi pembangkang dan tak ingin mendengarkan berbagai sarannya untuk menjalani hidup, termasuk itu; PERNIKAHAN.
"C'mon. Tak satupun kau menuruti keinginan Dad. Bahkan untuk yang satu ini."
Naruto memijat pelipisnya. "Dad, aku menyukai sesuatu yang masuk akal, perjodohan bagiku adalah tindakan paling konyol dan melibatkanku pada perjanjian seumur hidup."
"Tetapi selama ini kau menjalani hidup sesuai keinginanmu, Dad tak pernah melarang apapun yang menjadi pilihanmu. Tak iba kah dirimu kepada Pria yang selama ini membuatmu lahir ke dunia?"
Naruto menatap Minato. Ayahnya yang kali ini tak bisa lagi menerima penolakannya. Perlu digaris bawahi, Ayahnya ini gila bisnis dan tak pernah merasa cukup dengan kekayaannya, jika suatu negara miskin dilelang, mungkin sang Ayah akan tertarik membelinya. Orang-orang bisa kembali menjadi bodoh ketika hanya tertarik dengan keuntungan dan terus-menerus melakukan perkembangbiakan dengan uang. Bisnis bagi sang Ayah adalah candu kehidupan, dimana ada kesempatan, sang Ayah mengambilnya meski itu mengorbankan kebebasan anak-anaknya.