Episode. 01

1 0 0
                                    

Terdengar suara tawa yang nyaring di tengah hutan gelap dan sunyi itu. Membuat dua gadis yang sedang terikat ketakutan.

"Lihat, langit malam. Indah, bukan?" ucap Sayaka, dengan tawa dan senyum mengerikan kepada dua gadis itu.

"Bintang gemerlapan. Aku baik hati. Karena, aku membiarkan kalian menikmati malam yang indah ini, sebelum-" Sayaka tak menyelesaikan kalimatnya, malah tertawa.

Sayaka membungkuk ke depan, "Katakanlah. Iva-san dan Kame-san. Kalian ingin mati dengan cara apa?" Dia membuka kain yang menutupi mulut salah satu gadis, membiarkannya berbicara.

Dua gadis itu gemetar, air mata membasahi wajah mereka, "Sayaka-chan, kau hanya bercanda, kan?" tanya Iva, memastikan atas situasi mengerikan ini.

Wajah Sayaka berubah jengkel, "Bercanda?" Sekejap tawanya kembali terdengar. Menutup mulut Iva lagi.

"Tidak. Tidak. Ini adalah balasan yang kalian dapatkan, karena ikut campur." Dia melotot ke arah mereka.

Nakayama Iva dan Nomura Kame. Teman sekelas Sayaka.... Lebih tepatnya seorang pembully, yang telah menindas Sayaka.

Sedangkan mereka hanya NPC, yang telah di provokasi oleh sang antagonis. Untuk menyakiti tokoh utama.

Sayaka tak suka, seorang NPC. Ikut campur dalam masalahnya, jadi malam ini. Dia akan menghabisi mereka.

Sayaka sejak beberapa menit lalu hanya mondar-mandir, memikirkan cara yang tepat untuk menyingkirkan mereka. Tanpa di curigai warga desa disitu sebagai tindak kejahatan pembunuhan.

Sebuah ide melintas di pikirannya. Sudut bibirnya tersungging, memikirkan ide gila itu. Dia segera berbalik lagi ke arah mereka berdua.

"Siap untuk pergi? Nona-nona." Mereka berdua menggeleng-geleng, hanya mampu mengeluarkan suara tangisan terendam oleh kain yang menutupi mulut mereka berdua.

"Kalian pikir, aku hanya sekedar murid pendiam yang tak mengerti apa-apa, bukan?" tanya Sayaka, memiringkan kepalanya, menatap mereka dengan cara yang mengerikan.

"Dan, dengan seenaknya kalian menginjak-injakku. Sekarang kemarilah, Kame." Sayaka meraih lengan Kame dengan kasar, memaksanya berdiri.

Kame berusaha memberontak, hanya tamparan dari Sayaka lah yang di dapatnya.

"Itu belum seberapa, dibandingkan yang telah kalian lakukan padaku."

Sayaka menahannya di tempat dengan kuat. Menatap ke bawah. Sekarang, mereka sedang berada di puncak bukit yang tinggi.

Lalu? Kira-kira bagaimana cara Sayaka memancing mereka hingga ke puncak?

Tidak. Merekalah yang sengaja mengikuti Sayaka, dua gadis itu sangat bodoh dan mudah penasaran.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Sayaka, setiap malam hari pergi ke bukit demi menatap langit malam yang indah.

Tapi, kebetulan sekali dua gadis tersebut melihat Sayaka dan malah mengikutinya.

Sadar telah di ikuti, Sayaka membuat tipuan. Dia menghilang. Lalu, tiba-tiba muncul di belakang mereka. Memukul mereka menggunakan balik kayu dan mereka pingsan.

Hingga terbangun dalam keadaan terikat, di puncak.

Kini, inilah akhir dari Nomura Kame. Tanpa menunggu kata-kata terakhir dari dia.

Sayaka mendorongnya dengan kuat. Kame menggelinding ke bawah, membentur segalanya. Baru, kayu, semak-semak bahkan duri-duri. Tubuh Kame telah mendarat di bawah.

Telah di pastikan sudah mati. Karena benturan di kepala.

Iva yang masih tersisa, sengaja membiarkannya melihat kematian sang sahabat.

"Giliranmu, Iva-san." Sayaka menarik paksa, membuatnya berdiri.

Sayaka bisa merasakan tubuh Iva gemetar hebat, air mata bercucuran. Berusaha berteriak dari balik kain penutup mulut.

"Ara-ara.... Iva-san. Kau terlalu girang akan segera bertemu Kame, ya?" ucapnya tanpa ada rasa bersalah. Tidak memberi aba-aba, Sayaka secara tiba-tiba. Langsung mendorong Iva.

Tubuhnya meluncur ke bawah, menyusul Kame.

Sayaka masih berdiri di puncak beberapa saat, memasang ekspresi puas. Bukit itu telah menjadi saksi bisu atas kejahatan Sayaka.

Dia turun, menghampiri tubuh mereka berdua. Memastikan mereka benar-benar mati.

Ternyata benar, telah mati. Kemudian, melepaskan ikatan mereka dan kain penutup mulut. Agar tidak ada yang mencurigai sebagai kasus pembunuhan.

Menghembuskan nafas pelan. Dia merasa, balas dendam kali ini kurang menyenangkan. Tak ada banyak siksaan.

メメメ

"Sayaka." Sayaka mematung di tempat, mendengar ada seseorang yang memanggilnya dari belakang, dia berpikir telah ketahuan.

Dia berbalik, menatap orang itu. Merasa lega, "Paman Ko."

Bagaimana pun tindakannya telah terlihat. Tapi, kenapa dia tidak jadi panik?

"Sayaka. Segera pulang, biarlah aku yang akan mengurus sisanya," ujar laki-laki yang di sebut paman itu. Berjalan ke samping Sayaka, mengusap rambut pendek hitamnya yang lepek.

"Sepertinya kau harus mencuci rambutmu," ujarnya lagi sambil bercanda. Seolah sedang tidak ada apapun. Sayaka menyempatkan diri untuk tertawa.

Pria itu akhirnya melihat ke arah dua mayat gadis tersebut.

"Pulanglah, Sayaka."

"Baik, Paman."

Sayaka berjalan pergi dari sana, menuju rumahnya yang tak terlalu jauh. Sesampainya di rumah, dia langsung bersih-bersih diri dan menuju kamar tidur, untuk beristirahat.

Sayaka tinggal bersama Ko, pamannya. Pria itulah yang selama ini mengurus gadis itu, setelah kematian ke dua orang tua Sayaka.

Lalu? Mengapa Ko, seperti tidak mempermasalahkan Sayaka membunuh orang? Dia tidak memarahinya atau mencoba melaporkannya.

Bahkan membahas tindak kejahatannya saja tidak pernah. Juga, Kame dan Iva bukanlah korban pertama dari Sayaka.

Sampai saat detik ini juga, Sayaka tak mengerti mengapa Paman Ko diam saja. Sudah mencoba bertanya, dia tidak pernah mau menjawab.

Sebenernya apa yang di pikirkan oleh Miyahara Ko? Terhadap keponakannya, Miyahara Sayaka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malam yang IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang