1. Pertemuan Pertama

1 2 0
                                    

The night we meet.
.
.
.
.
.
.

"Diana, akhirnya kau mendapat job baru!. Diana, bangun Diana!, kau mendapat job baru." Aulia mengetuk pintu kamar Diana dengan sangat bersemangat. Sesekali ia akan melompat kecil, menunjukkan betapa bahagianya dia.

"Kenapa Lia?, kau mengganggu tidurku." Tanya Diana yang masih setengah sadar, jujur ia masih sangat mengantuk.

"Kau mendapat job baru!." Aulia langsung memeluk Diana.

Dan perkataannya itu sukses membuat Diana membuka matanya lebar-lebar.

"Benarkah?!, apa itu?, Drama atau Film?." Diana melepas pelukan mereka. Lalu menatap Aulia penuh harap.

Sedangkan Aulia yang mendengar itu seketika melunturkan senyumnya.

"Bukan, bukan Drama atau Film. Tapi variety show." Jawabnya lirih.

"Tunggu-, variety show?." Diana mengerutkan dahinya, bingung.

"Iya." Aulia menganggukkan kepalanya. "Hanya mereka yang mau menerima proposal yang ku kirimkan."

"Variety show apa?." Tanya Diana lagi.

"Komedi." Aulia menundukkan kepalanya, sungguh ia tidak berani menatap Diana saat ini.

"Kau bercanda?, kenapa kau mengirim proposal kepada mereka?. Aku ini aktris Lia. Kau meremehkanku?." Diana memijat pangkal hidungnya, sungguh ia tidak habis pikir dengan pemikiran unik menajernya ini.

"Bukan begitu, aku sama sekali tidak meremehkanmu Diana. Aku hanya bingung harus mengirim proposal kemana lagi. Jadi aku memutuskan untuk mengirim proposal kepada mereka." Aulia kembali menatap Diana. "Kau tau Malvin?, aktor yang dulu juga sama terkenalnya denganmu. Dia juga ada di sana."

"Malvin?."

"Iya, Malvin yang dulu pernah menjadi lawan mainmu. Kau mau kan?. Aku mohon, hanya untuk sementara saja Diana. Aku janji, secepatnya aku akan mencari job baru untukmu."

"Baiklah, aku mau."

Aulia berbinar mendengar itu. "Akhirnya, terimakasih Diana." Ia kembali memeluk Diana dengan sangat erat.

"Tapi janji, hanya untuk sementara Lia." Ucap Diana penuh penekanan.

"Iya aku janji."

Mereka lalu berpelukan erat bak teletubies.

*****

Keesokan harinya, saat ini Diana dan Aulia sedang dalam perjalanan menuju gedung yang merupakan tempat syuting Variety show itu.

"Sudah lama aku tidak merasakan gugup seperti ini." Gumam Diana.

Aulia yang sedang mengemudi pun dapat mendengar gumaman itu. Ia melirik Diana yang duduk di sampingnya.

"Kau gugup?." Tanya Aulia.

"Ti-tidak!. Aku ini aktris profesional, aku sudah terbiasa berada di depan kamera."

Aulia tersenyum kecil mendengar itu.

"Benarkah?, tetapi kakimu mengatakan hal sebaliknya." Aulia melirik kaki Diana yang sedari tadi bergerak. Ciri khas jika Diana gugup.

Mendengar itu Diana segera menghentikan gerakan kakinya.

"Kau tidak bisa membohogiku Diana. Aku sudah bekerja bersama mu selama 10 tahun kalau kau lupa."

Diana hanya diam, tidak menanggapi ucapan Aulia. Sedangkan Aulia menyunggingkan senyum kemenangannya karena berhasil membuat Diana  mati kutu.

Setelah menempuh perjalan yang cukup melelahkan. Aulia dan Diana saat ini sudah berada di fitting room. Diana tengah sibuk di rias sedemikian rupa. Sedangkan Aulia hanya diam dan memperhatikan.

Hingga salah satu crew menghampirinya. 

"Aulia kau diminta untuk menemui sutradara."

"Baiklah, kau pergi lah dahulu, nanti aku menyusul."

Setelah memastikan crew itu pergi, Aulia berjalan mendekati Diana.

"Aku akan menemui sutradara dahulu."

Setelah mengatakan itu Aulia berjalan keluar dari fitting room. Menuju ruang dimana para sutradara berada. Sesekali bertegur sapa dengan crew yang dikenalnya. Atau hanya melempar senyum, sebagai ramah-tamah.

Saat hendak memasuki ruangan sutradara, ia mendengar percakapan antara sutradara dan seseorang. Aulia pun memilih untuk tetap berdiri di depan pintu. Enggan mengganggu pembicaraan itu, atau lebih tepatnya ingin menguping percakapan itu.

"Apa maksudmu pak?."

"Kau sudah mengerti apa maksudku. Mulai minggu depan Malvin tidak akan tampil di Variety Show ini lagi."

Malvin?, apakah yang sedang berbicara dengan sutradara itu manajer Malvin?.

"Tapi kenapa?."

"Karena sudah ada yang menggantikannya."

"Siapa?."

"Leon, aktor baru yang sedang naik daun."

"Tapi kontrak antara Malvin dan acara ini berakhirnya 5 bulan lagi. Kau tidak bisa menghentikannya begitu saja pak."

"Aku tau, maka dari itu nanti aku akan mengirimkan uang penaltinya."

"Tidak aku tidak mau. Aku mohon biarkan Malvin di sini sampai kontraknya habis."

Sedangkan Aulia yang sedari tadi menguping kini  berusaha keras mencerna, maksud dari  percakapan mereka.

Jika manajer Malvin sampai memohon seperti itu. Berarti Malvin juga sedang sepi job seperti Diana bukan?. Aulia melebarkan senyumnya saat menyadari itu. Bagus, berita ini sangat bagus.

Aulia hendak kembali membuka pintu saat percakapan itu sudah terhenti, tetapi pintu tersebut terlebih dahulu dibuka dari dalam. Menampakkan pria muda yang kini menatapnya terkejut. Oh atau lebih tepatnya, sangat terkejut.

"Kau manajernya Malvin?." Tanya Aulia.

Langit menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa?."

Aulia mengulurkan salah satu telapak tangannya. "Perkenalkan aku Aulia, manajernya Diana Zee."

Langit mengerutkan dahinya mendengar itu. Diana Zee?, ia sepertinya pernah mendengar nama itu. Tanpa ragu ia menyambut uluran tangan itu. "Langit."

Aulia pun melepaskan jabatan tangan mereka. "Bisa berbicara sebentar?."

*****

OUR ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang