bab 4

14 12 4
                                    

2 bulan kemudian...

jena mulai latihan natal, karena natal sudah dekat, dia latihan natal setiap sabtu, jumat. jadi bisa bertemu dengan bian.

"mau pulang bareng?" tanya seorang lelaki sambil mengetik di handphone nya

"ga keberatan?" jawab jena matanya agak sedikit melotot dengan alis yg agak di angkat keatas

lelaki itu mematikan ponselnya, memasukannya kedalam saku pramuka "ga, udah ayo pulang bareng aja" ajak fabian memegang tangan jena

temen temen jena yg melihat itu pun jadi salting melihat jena dengan fabian, yg seperti sepasang kekasih. namun, ada 1 lelaki yg tidak menyukai keromantisan jena dan fabian. lelaki itu sudah 2 tahun menyukai jena, tapi takut mengunggkapkan kepada jena. lelaki itu menahan cemburu.

"dadahh" lambai jena kepada temannya.

~~~

"lah?mau kemana kita?ni bukan jalan pulang ya kocak" tanya jena dengan suara yg agak keras

fabian melihat arah spion, dia bisa melihat gadis yang duduk di jok belakangnya kebingungan, entah mengapa fabian merasa gadis ini cantik dilihat dari sisi manapun

"jalan jalan, katanya kamu mau kaya dilan milea" ucap fabian

"iya, tapi di film dilan nya ganteng, milea nya cantik. tapi ini, kamu jelek aku cantik, nanti orang mikir cewe cantik ko mau sama cowo jelek" jawab jena memutar bola mata

"yg penting kita udah kaya dilan milea romantisnya, cuma ga punya hubungan aja" ucap fabian tersenyum

"MATA LO ROMANTIS!gua lagi jelek jeleknya lo bawa jalan pas gua bedakan, lipstick an lo cm ngajak gua ngobrol di taman sekolah" ucap jena kesal, karena fabian memang seperti itu kenyataannya

"gapapa, tetap cantik menurut aku kamu mau makeup, mau bangun tidur, mau jadi gembel tetep cantik" ucapp fabian

"pasti kalau dilan milea lihat kita, mereka pasti iri dan mengakui bahwa keromantisan kita melebihi mereka" lanjutnya

"apalah, yakali minimal dibandung ya, bandung bagus, sejuk, romantis, kesannya kaya orang jaman dulu lagi pacaran" kata jena

"emm, gimana kita kapan kapan bandung date naik motor?kita keliling bandung aja gitu, romantis banget melebihi dilan milea, si dilan ga pekaan aku pekaan" ucap fabian tidak suka jena membanggakan dilan, karna menurutnya dia sudah lebih effort dari dilan.

jena senang, tapi siapa tau saja lelaki ini php "boong banget elo"

"jujur, ngapain aku bohong sama kamu?aku juga pengen ngehabisin waktu ber2 bareng kamu, entar lagi aku lulus, kita bakal jarang ketemu, jarang punya waktu, entah nanti aku sama kamu masih satu sma atau ga tapi aku tetap bakal berusaha buat nemuin kamu" kata fabian, dia berfikir banyak dari berpisah dengan temannya, sampai jena gadis kecintaanya.

"iyaa si, memang kaka mau masuk sma atau smk?" tanya jena

"aku lihat nantinya aja" ucap fabian, diangguki oleh jena

~~~

fabian menghentikan motornya di alun alun, karna tempat itu cocok untuk berduaan dengan jena.

"kita ke alun alun ngapain coba?" tanya jena

"main" jawab lelaki yg sedang membuka helm nya

mereka membeli crepes, es kelapa, sosis bakar, mereka makan ber2 di alun alun sambil duduk di dekat pohon besar. fabian menikmati makanannya sambil melihat wajah jena. cantik. fabian tidak pernah secinta ini dengan perempuan, hanya suka, dekat, tapi dia tidak mau atau tidak ada niatan pacaran dengan cewe yang dia suka. namun, saat pertama kali melihat jena dari dekat dia langsung jatuh cinta, sampai ingin berpacaran dengan jena, untuk mengungkapkan itu fabian butuh waktu takut jena nya belum mau dan berakhir asing.

"tau ga sih cewe kelas kaka sinis semua ke aku" jawab jena, lalu kembali memakan sosis bakarnya.

"kenapa sinis?" jawab fabian, matanya tidak berhenti menatapi mata coklat agak ke abuan milik jena. indah, cantik, sempurna.

"masa ya, aku mau ke kelas disinisin, apalagi sama mantan kamu ituu tuh, bilangin jangan disinis sinis banget, terus juga anak kelas sebelah kelas kamu, kan pernah dekat sama kamu, dia sama circle nya bisik bisikin aku, aku berasa banyak fans semenjak deket sama kamu" kata jena, jujur dia muak dimana mana ada saja yg sinis padanya

"itu iri, dia bukan mantan aku cuma deket doang, aku ga suka sama dia cuma dekat sebagai teman sekelas, dia aja yang baperan, berarti mau dong makin deket sama aku? bercanda tapi kalau mau serius boleh" ucap fabian, membuat jena melotot menghentikan aktivitasnya.

"APA MAKSUD YE?" jena mengencangkan suaranya

"gapapa, btw kamu pernah pacaran?" tanya fabian tiba tiba.

"atau lagi suka sama cowo?" lanjutnya lagi, dia ingin cepat cepat menyatakan perasaannya, tapi sebelum itu dia ingin bertanya dulu kepada jena.

"pacaran aku ga pernah, cuma hts doang, soalnya aku gasuka pacaran virtual, ada sih yg ga virtual tapi bukan tipe aku, kalau lagi suka sama cowo waktu itu aku ketemu cwo di warung mie ayam dekat pasar, dia ganteng, putih, tinggi, wangi, sopan, aku suka liat dalam satu kali tatap, tapi aku gatauu tentang dia samsek, mana dia pake baju koko, mama nya ukhti, gaakan mungkin ngerestuin, tp aku ga terlalu suka si" jawab jena, diangguki oleh fabian

"kalau misal, ada yang nembak kamu, terus dia udh deket sama kamu, kamu terima? terus dia baik tapi jelek, hitam, ga kaya, ga effort" tanya fabian lagi, dia sangat penasaran. dulu jena tertutup padanya, namun semakin kesini jena semakin terbuka. fabian senang.

"emm, kalau dia baik, tipe aku, ya bakal. aku terima tapi kalau ga ya aku tolak, masalah fisik gapapa, aku ga mandang fisik tapi ya jangan yang jelek jelek banget, tntng effort dia harus effort dia effort aku lebih effort, masalah kaya atau ga nya aku ga peduli, aku ga pernah ada niat kalau aku pacaran cowo aku bakal aku porotin" jawab jena, fabian tersenyum samar jena sangat bijak dan dewasa.

"kamu tipe cewe tulus, aku suka lihat kamu kamu keliatan apa adanya, aku kalau beli hadiah buat cewe suka bingung sukanya apa, aku kalau udah cinta sama cewe aku bakal effort banget, sampe waktu aku aku kasih ke dia setengah hari" ucap fabian

"iyapp, aku ga mau porotin pacar aku karna aku belum jadi istrinya, belum tanggung jawabnya, belum kewajibannya, belum haknya, ga mau minta barang mahal, karna gaada yang lebih mahal dari waktu dia. bisa ketemu dia aja aku udah syukur banget" ucap jena tersenyum, fabian menatap jena.

"𝐣𝐞𝐧 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚𝐩𝐮𝐧 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐲𝐚, 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐧𝐢 𝐮𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐢𝐧 𝐝𝐮𝐥𝐮, 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐛𝐢𝐤𝐢𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐜𝐞𝐰𝐞 𝐩𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠"





JENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang