07.15 am Morning.
"Jane apa kau tidak ingin kuliah?, Nak" tanya Alana Ibunda Jane yang masih fokus memotong batang sayur langsung dari pohon menggunakan gunting khusus.
Jane terperangah mendengar ucapan sang ibu "Ibu" Jane menoleh ke arah sanga Ibu sambil tersenyum "Jane sangat ingin sekali berkuliah ,Tapi Jane tidak ingin membuat ibu kepikiran dengan soal biaya,Jane tak apa tidak kuliah Jane senang membantu Ibu seperti ini" ujar Jane dengan sangat tulus hampir meneteskan air mata tapi langsung ia tahan.
Alana tersenyum dengan paksa "Maafkan Ibu dan Ayah Jane,karena masalah ekonomi kami kau jadi tidak bisa kuliah karena masalah Ekonomi Keluarga kita" Alana berujar sambil mengelus lembut surai rambut panjang Jane sambil menahan air mata yang hendak terjatuh.
"Jangan meminta maaf Ibu,Doakan saja semoga suatu saat nanti Jane menjadi orang sukses because if we want to get something it requires process, Mom." Jane Memeluk sang Ibu dengan erat sampai tak sadar air mata keduanya menetes.
Alana merasa tersentuh dengan ucapan sang Putri Semata Wayangnya Jane tumbuh menjadi anak yang Pintar dan Dewasa selain Cantik ia juga pandai dalam segala hal tidak kenal yang Namanya Pantang Menyerah.
"Ibu janji. Jane, Ibu akan membahagiakan kamu, Nak."
"Maafkan Ibu"
Pagi Hari ini Jane bersama Ibunya sedang berkebun di belakang Rumah mereka, Penghasilan mereka selama ini dengan cara seperti ini.
Menanam berbagai sayuran dan Menjualnya ke Swalayan terdekat.
"Apa Ayah sudah pergi mengantar sayur yang kemarin, Bu?" Jane menoleh sebentar lalu Melanjutkan kegiatannya.
Alana tersenyum lalu menanggapi sang Putri "Yes, your Father left early in the morning,untuk membawa sayuran yang kau petik kemarin."
Jane berhenti sejenak dan Mendekati sang Ibu "Kasian Ayah setiap pagi harus mengantar sepagi itu hem Mom,can i deliver these vegetables tomorrow?? Supaya Ayah bisa ber istirahat."
Alana sedikit terkejut dengan ucapan Jane lalu menolehkan kepalanya untuk menatap ke arah Jane "Apa kau yakin Jane?."
Sejujurnya Jane merasa sedikit Ragu melakukan itu sebab tidak terbiasa pergi sejauh itu dan Jane tidak terlalu tau betul jalan setiap sudut Desa itu. Walau ia Lahir disana tapi ia tidak pernah sekalipun jauh dari lingkungan Rumahnya.
Setelah berpikir sejenak Jane pun menjawab "Semoga saja Aku yakin Bu, Sesekali aku membantu Ayah,kasian jika Ayah terus bangun pagi hanya untuk mengantarkan semua Sayuran ini."
Sang Ibu pun tersenyum, dia Bangga mempunya Anak Gadis seperti Jane yang selalu cekatan membantu Orang Tuanya.
"Yasudah nanti Ibu bantu bilang pada Ayah but promise Mother, Jane, you have to take care of yourself."
"Iya Ibu, Siap laksanakan" Jane berucap dengan gaya Hormat ala Tentara.
Mereka pun melanjutkan kegiatan itu yang sempat tertunda dan sesekali Jane melirik ke arah sang Ibunda.
"Apa aku akan berani?" Oloknya dalam batin
•••
Kini Jane sedang berjalan cukup santai di sekitar perkarangan Rumahnya sambil memakan cemilan yang ia beli tadi bersama dengan Teman masa Kecilnya Tessa.
"Tessa,Apa kau tau dimana tempat biasa orang mengantar hasil panen mereka? Soalnya besok Aku bilang kepada Ibuku untuk mengantar semua sayuran hasil panen tadi ke Swalayan menggantikan Ayahku."
YOU ARE READING
𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑 𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑𝐃𝐈𝐓.
FantasyMemang barang bisa dibeli dengan uang bahkan manusia saja bisa dibeli kan dengan uang, tapi satu yang tidak bisa dibeli dengan uang yakni Caranya Menghargai karena hal itu hanya kita yang bisa melakukannya terkadang jika kita ingin melakukan sesuatu...