00. Prolog

80 33 45
                                    


kisah cinta yang bermain sampai menembus lapisan langit terdalam
-Saat Cinta Menyapa Langit-


"Doa yang melangitkan namamu belum pernah setinggi ini. Apakah kau mendengarnya, Lintang? Atau kau sengaja membiarkanku terus menunggu di ujung harapan?"
-Skyla Viyana-

"Aku melihatmu, Skyla. Tapi semakin dekat kau melangkah, semakin aku merasa perlu menjaga jarak. Entah untuk melindungimu, atau diriku sendiri."
-Lintang Samudra-

"Di depan teman-temanmu, kau ramah. Di depanku, kau selalu dingin. Apa aku tak pantas menerima senyummu, Lintang?"
-Skyla Viyana-

"Senyumku bukan untuk semua orang. Terkadang, untuk seseorang yang spesial, aku justru memilih untuk tak memperlihatkannya. Agar tak terlalu jelas terlihat betapa besar perasaanku."
-Lintang Samudra-

"Bagaimana bisa aku menyerah, kalau setiap kali aku ingin berhenti, namamu justru semakin kuat dalam doa-doaku?"
-Skyla Viyana-

"Kau selalu percaya pada doamu. Sementara aku, masih terjebak di antara rasa dan logika. Aku takut menghancurkanmu, lebih dari yang kau tahu."
-Lintang Samudra-

"Mereka bilang aku tak punya harapan, tapi aku percaya, selagi doa belum terjawab, aku masih punya kesempatan."
-Skyla Viyana-

"Aku tahu kau tak akan berhenti, tapi aku takut tak bisa memberikanmu apa yang kau harapkan. Perasaan ini rumit, jauh lebih dari yang bisa kukatakan."
-Lintang Samudra-

"Langit malam menjadi saksi doaku yang tak henti memanggil namamu. Tapi apakah hatimu juga menjadi saksi, sang samudra?"
-Skyla Viyana-

"Doa-doamu mungkin lebih kuat dari yang kau kira. Namun, bisakah aku benar-benar jadi jawabannya, tanpa melukaimu di prosesnya?"
-Lintang Samudra-

00. Prolog

Langit senja di akhir bulan Agustus mewarnai kompleks perumahan kecil di pinggiran kota. Sinar matahari yang berangsur pudar membuat bayangan pepohonan pinus di sepanjang jalan semakin panjang. Skyla Viyana menatap halaman rumahnya dari balik jendela kamar lantai dua, diam-diam memperhatikan mobil pick-up yang baru saja berhenti di depan rumah tetangga baru.

Hari itu keluarga baru sedang pindah. Kata Mama, mereka datang dari luar kota. Namun, bagi Skyla, tetangga baru bukan hal yang begitu menarik. Ia hanya berpikir, perubahan ini akan sama seperti sebelumnya—tetap ada jarak yang tak tersentuh antara rumah-rumah di kompleks ini.

Tetapi, perasaan itu berubah ketika matanya menangkap sosok laki-laki yang sedang menurunkan barang-barang dari mobil. Skyla menahan napas. Laki-laki itu tidak terlalu tinggi, tetapi cukup untuk membuatnya tampak mencolok dengan postur yang tegap dan sedikit kasar. Ia mengenakan kaus abu-abu polos, celana jeans yang sudah lusuh, dan tampak tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitarnya.

Lintang Samudra. Nama itu baru-baru ini ia dengar dari Mama. Lintang, katanya, dua tahun lebih tua dari Skyla—sebaya dengan kakaknya, Xavier, yang sekarang kuliah di luar kota. Meskipun tahu namanya, Skyla belum pernah melihat sosok Lintang secara langsung. Dan kini, di sore yang tenang ini, untuk pertama kalinya, ia menyaksikan sendiri sosok yang membuatnya sedikit terkejut.

Setiap gerakan Lintang terasa sederhana namun penuh intensitas. Tanpa banyak bicara, ia memindahkan kardus-kardus besar, satu per satu, dari belakang mobil ke dalam rumah. Sesekali, ia berhenti sejenak, menyeka keringat di dahinya, lalu melanjutkan pekerjaan tanpa jeda. Skyla tidak tahu mengapa, tetapi ada sesuatu tentang cara Lintang bergerak yang membuatnya terus memperhatikan.

Saat Cinta Menyapa LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang