11.🧸

17.3K 1.2K 68
                                    

Vote vote vote (⁠づ⁠。⁠◕⁠‿⁠‿⁠◕⁠。⁠)⁠づ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote vote vote (⁠づ⁠。⁠◕⁠‿⁠‿⁠◕⁠。⁠)⁠づ

.

.

.

Chia mengusap perutnya yang terus berbunyi, dia lapar. Ingin pergi keluar tapi dia merasa takut dengan kakak nya. Menghela nafasnya panjang dengan badannya yang ia guling guling kan kekiri dan kekanan.

Cklek

Suara pintu kamar mandi yang terbuka mengambil perhatian Chia. Menatap pemuda tinggi itu dengan pandangan binar, anjay surga dunia cuy!! Pekiknya heboh dalam hati. Saat ini, Felio hanya mengenakan celana pendek tanpa atasan. Berjalan kearah Chia dengan tangannya yang setia mengelap rambutnya yang basah.

"Kenapa?" Heran Felio saat mendapatkan tatapan binar dari si mungil.

"Tampan!! Kotak-kotak, kelen!!" Seru Chia semangat. Menyodorkan kedua jari jempolnya pada Felio yang terlihat tersenyum kecil.

"Kenapa belum tidur?"

"Chia lapal, tidak dengal suala pelut Chia kah?!" Adunya dengan menepuk-nepuk perutnya.

Alis Felio terangkat sebelah, "kau belum makan?" Tangannya heran, bukankah seharusnya Chia sudah makan satu jam lalu?

Chia menggeleng kecil, "Chia belum makanya lapal."

"Baiklah, mari makan dan tidur setelah nya." Berjalan kearah walk in closet untuk memakai bajunya.

"Mau kemana? Tadi katanya mau makan."

"Abang mau pakai baju."

.
.
.

Chia duduk tenang diatas sofa bersama sang kakak, Amanda dan Felio. Memakan makanan nya dengan khidmat, apalagi sekarang dia sedang disuapi oleh orang tampan, rasanya semakin mantap.

"Mau tambah blokoli Chia." Tangan mungilnya ingin mengambil satu potong brokoli, namun tertahan akibat genggaman tangan dari sang kakak. "Kotor." Ujar Amanda yang membuat Chia mengangguk mengerti.

"Mau blokoli Chia." Kembali mengulang ucapannya tadi saat melihat sang kakak hanya diam. Brokoli adalah makanan kesukaannya, aneh memang, ketika yang lain lebih suka ayam, daging maupun telur, tapi dia lebih suka pada sayur putih lucu ini.

"Tunggu sebentar." Felio berdiri dan melangkah menuju dapur untuk mengambilkan pesanan Chia.

Sambil menunggu, Chia mengambil segelas susu hangat di atas meja dan meminum nya. Ah, dia jadi mengingat rasa susu di dalam dot tadi pagi.

"Ayo makan lagi." Felio datang dengan membawa satu piring brokoli pesanan Chia, sangat banyak hingga memenuhi piring besar itu.

Chia menggeleng, "halus campul campul. Ada nasi, ayam sama blokoli banyak-banyak!" Serunya saat melihat sang kakak hanya menaruh nasi dan brokoli pada sendoknya.

Felio menghela nafas panjang, menaruh suwiran ayam dan brokoli yang ia perbanyak. "Sudah, sekarang buka mulutnya." Perintah Felio yang menaruh sendok di depan mulut Chia.

"Aaaa.. nyum~ nyum~" makan dengan mengeluarkan suara lirih itu terasa sangat menyenangkan. Ini seakan sedang menghayati betapa nikmatnya makanan ini.

"Sekalang telul campul nasi campul blokoli!"

"Telus blokoli sama nasi."

"Telus blokoli sama ayam sama nasi lagi."

Seruan demi seruan Chia keluarkan saat nasi di dalam mulutnya telah tertelan. Chia seakan sedang memberikan arahan pada anak muridnya yang belum mengerti apapun.

"Sudah habis. Minum air dan susu, setelah nya tidur siang!" Amanda mengambil alih, Felio pergi ke dapur untuk menaruh piring bekas makan Chia.

Chia mengangguk dan mulai meminum air dan susu vanilla miliknya. "Chia mau tidul sendili di kamal." Saat kakinya ingin menyentuh lantai, tiba-tiba saja tubuhnya melayang yang ternyata penyebabnya adalah sang kakak yang menggendong nya. Mendengus sebal saat lagi-lagi dirinya kembali di gendong.

"Kakak tau, jika ingin menggunakan kaki, jangan berlari lagi." Datar Amanda.

Chia menatap Amanda heran, kenapa kakak satunya ini juga ikut-ikutan posesif dan dingin. Bukankah seharusnya kakak nya ini manja, lembut dan baik hati? Tapi dia tidak terlalu memperdulikan itu, yang terpenting sekarang adalah dia sudah merasakan kasih sayang, seperti impian nya dulu.

"Mau potong kaki Chia?" Bukankah ini yang dimaksud kakak nya?

Amanda tersenyum miring, "hm, potong hingga si mungil ini tidak memiliki kaki lagi."

Mendengar itu, Chia langsung saja melotot. Astaga, bagaimana kondisinya nanti jika kakinya benar-benar akan di potong. Dia tidak ingin buntung! Tidak bisa berjalan. Membayangkan nya saja sudah mampu membuat nya takut setengah mati, apalagi benar-benar terjadi.

"Chia tidak mau buntung.." lirih Chia dengan memandang kearah kakinya.

Amanda membuka pintu kamar Chia dengan pelan. Mulai masuk dan merebahkan tubuh mungil itu pada kasur. "Tidur!"

"Kelual sana."

"Kakak bilang tidur."

"Ck, Chia tidul kalo kakak pelgi!"

"Jangan berbohong, kakak akan diam disini." Amanda mulai duduk di tepi kasur dan membuang kucing kecil itu agar tidur di bawah. "Jangan tidur bersama kucing, mereka kotor!" Mengelus rambut halus Chia dengan lembut.

Chia menghela nafas panjang, gagal sudah rencana nya sekarang. Padahal dia ingin bermain ponsel dan menanyakan banyak hal pada sistem nya.

"Tidur adek!"

Chia langsung saja menurut, menutup matanya rapat. "Chia sudah tidul, pelgi san__" belum sempat menyelesaikan ucapannya, mulutnya sudah sumpal oleh benda kenyal milik bayi.

"Tidur!"

Chia mengumpat dalam hati. Menyesap pacifier nya dengan kuat untuk menyalurkan rasa kesalnya terhadap sang kakak.

Chia yang awalnya hanya ingin pura-pura, malah kebablasan dan tertidur sungguhan.

Amanda yang melihat terkekeh lucu. Mulai mencium pipi bulat yang bergerak itu dengan gemas. Hah, aroma Chia begitu menenangkan. Aroma susu vanilla begitu melekat pada Chia, benar-benar bayi.

.
.
.

Keknya aku bakalan up lumayan cepat lagi deh sekarang, soalnya udah ada bibit-bibit pencerahan... Tapi, beda lagi ama book baru aku, mungkin ya... Gityu🙃💐

Little Figuran [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang