Kata mereka ada takdir yang bisa diubah dan ada takdir yang tidak pernah bisa diubah.Kematian, kelahiran, dan pasangan hidup adalah takdir yang ditentukan tuhan. Lalu apa yang bisa diubah? Lagi, kata mereka nasib bisa diubah. Baik dengan kerja keras manusia dan doa mereka.
Lantas, aku masih berdiri disini.
Dingin, sangat dingin.Salju yang perlahan menumpuk di pipiku seolah membuat kulitku merona. Di depan pintu kayu yang terlihat biasa saja, namun dimataku terlihat sangat mengerikan. Ini akan jadi pintu kayu yang sama dengan rumah-rumah yang kutempati sebelumnya. Sebuah neraka yang terbungkus dinding kayu.
"Liam... Apa yang kau lakukan? Angkat tumpukan tas itu, dan bawa itu ke kamar mu." Ucap pak tua itu, ya...ayahku.
Aku mengangguk dan mengangkat tumpukan tas berdebu, langkah demi langkah menaiki anak tangga yang berdenyit setiap kali kuletakkan kaki.
Tiba. Sebuah kamar yang tidak begitu luas. Dinding putih yang suram dan beberapa furnitur kayu terlihat klasik.
Jam yang terpaku di dinding itu tidak bergerak lagi. Seakan memberikan persamaan pada kehidupanku, akan waktu yang terpaku pada dinding suram.
"Jangan hanya melamun. Kau sudah mengurus berkas mu?? Jangan sampai merepotkan paman Grey lagi." Ayahku masuk begitu saja dan meletakkan sepotong roti setengah gosong diatas meja.
"mm... Dan... Bagaimana pekerjaan mu disini?" Tanyaku berusaha terlihat peduli.
"Kalau bukan karena ibumu yang keras kepala dan boros, aku pasti sudah bisa mendapat jabatan sebagai kepala kantor."
"Boros.... Toh, ibu hanya menghabiskan uangnya untuk keperluan rumah. Tidak seperti dia menghabiskan uang itu untuk riasan dan tas tas mahal."
"Dan ya itu lagi, kau membela nya lagi. Pagi ini harusnya cerah, jangan bicarakan wanita tua itu, aku mulai muak." Dia mulai mengetik beberapa kata di teleponnya, menggerutu sendiri dan terkekeh begitu bodoh.
"Tidakkah ayah berpikir..... Lebih baik jika mengakhiri hubungan kalian, jika kalian memang sangat membenci satu sama lain..."
"Ahaha... Maksudmu perceraian?? Kau pikir mudah mengurus perceraian di zaman seperti ini?? Apa lagi itu semua pada akhirnya membutuhkan uang. Cuihh! Persetan wanita itu."
Daripada membuat keributan patetik di hari ini, aku lebih memilih mengabaikan dia dan pergi untuk membeli beberapa buah kaleng dan makanan ringan di supermarket yang letaknya tiga gang dari sini.
••••
Musim dingin di London, dari kejauhan beberapa meter aku bisa melihat wajah-wajah yang memerah karena dinginnya salju.
Mataku sibuk memperhatikan pantulan biru abu-abu pada danau yang bersinar karena pantulan serpihan-serpihan salju. Tenang dan dalam, bulu mata yang basah ini berkilap sekejap terkena biasan cahaya pagi.
"Brugghhh!!....!!"
Kami terjatuh.
Pria itu menabrakku. Dia sedikit merintih dan melirik ke arahku. Aku hanya duduk terdiam di tanah yang dipenuhi salju. "A-ah...aku...aku minta maaf..." Ucapnya dengan suara setengah serak dan embusan napas yang terlihat panas. Baru kusadari, ia membawa sebuah kanvas besar bersamanya dengan terburu-buru, dan tidak sengaja menabrakku.Aku berusaha berdiri dan memperhatikannya, rambutnya terlihat lembut dan agak panjang dengan potongan wolf cut pria yang agak berantakan. Matanya sayup dengan kantung mata agak tebal, bibirnya memerah karena dinginnya udara. Bola matanya hitam pekat seperti rambutnya.
Aku mendekatinya dan memperbaiki kanvas nya yang terjatuh dan penuh salju. Lalu mendekatinya sementara dia masih berusaha berdiri.
"Kau baik-baik saja?"
Aku menjulurkan tanganku berniat membantunya. Ia mengangkat wajahnya dan memperlihatkan bulu matanya yang lentik padaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/379861519-288-k622019.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BL ] The Dawn In You
Romance🐥[ BL STORY ]🐥NEW (on going) Dia memelukku, mengacak rambutku dan mengatakan hal-hal yang begitu manis. Di sebuah ruangan yang hangat, dipenuhi kanvas dan aroma kopi. Setiap orang punya mimpi buruk mereka. Namun beberapa dari mereka memiliki mimpi...