03: Kebetulan Yang Tidak Menyenangkan

162 64 8
                                        

🎶Arcade🎶
[Duncan Laurence]

Natan berbaring diranjang dalam kamarnya, menatap sendu langit-langit atap kamar tersebut, memikirkan kejadian ketika Ia sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah sore tadi.

Dari dalam mobil yang dikendarainya, Ia melihat sepasang cewek dan cowok sedang berjalan di trotoar pinggir jalan sedang mengobrol bergandengan tangan saling tertawa bersama.

"Sesek banget dada Gue, bangsat...." ucapnya pelan memegang dada nya.

.....

Pagi hari kembali terjadi, Murid-murid SMA Nusantara mulai berdatangan dari berbagai teritori memasuki gedung sekolah.

Natan berjalan menyusuri koridor menuju tempat yang disebut ruang guru----tempat para guru berada.

Ia dipanggil ke sana karena hendak diperkenalkan kepada guru olahraga yang baru untuk sementara menggantikan guru olahraga sebelumnya yang pindah ke sekolah lain.

Natan tiba diambang pintu ruangan yang telah ditujunya, kemudian mengetuk pintu tersebut beberapa kali, tak lama kemudian dari dalam seseorang membuka pintu itu, Natan dipersilahkan masuk, kemudian dipersilahkan duduk di sofa.

Natan hanyut dalam pikirannya setelah melihat seseorang yang membukakan pintu tadi, Ia merasa mengenali seseorang itu, mungkin pernah melihatnya. "Dia kan...." gumam Natan pelan setelah menyadari sesuatu.

"Natan, ya?" bariton seseorang mengintrupsi Natan yang sedang sibuk dalam pikirannya, Ia menoleh, melihat seseorang lelaki yang sudah duduk di depannya, sembari membawa teh di kedua tangannya, yang kemudian diletakkan di atas meja untuk dirinya dan Natan.

"Saya, Ryan Daniel.... panggil saja Daniel, Saya guru olahraga yang baru di sekolah ini, saya juga yang akan mengatur setiap jadwal renang kamu untuk sekarang" ucap Lelaki yang mungkin berusia 20an menyodorkan tangannya kepada Natan sembari tersenyum ramah.

Natan menjabat tangan sang guru muda itu, mengangguk singkat juga tersenyum tipis.

Setelah mengobrol selama beberapa waktu, Natan sudah berjalan kembali menyusuri koridor sekolah menuju ke kelas.

"Gak mungkin" gumamnya. "Tapi mata Gue nggak buta, anjing!" masih bergumam kepada diri sendiri. "Argh..." Natan mengusap-usap rambut dengan kasar----gusar. Sepanjang jalannya menuju kelas, Ia terus memirkan sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya.

.....

"Ngapain anjir?!" Gion menghampiri Natan yang sedang duduk di atas tembok pembatas rooftop gedung sekolah.

Tak merespon, Natan masih dengan posisinya, duduk di atas tembok pembatas menghadap luar, menatap sendu sekitar sekolahnya.

"Lesu amat muka Loe dari kemarin?" Gion duduk di samping sang Kawan. "Tan?" lanjut nya mengernyitkan dahi menatap bingung Natan.

"Hm" jawab Natan tak bersemangat.

"Loe kenapa sih?! Gue nggak bisa diginiin"

Natan mendelik tajam, menatap jengah Gion yang sedang menatapnya.
"Lebay Loe anjir!" Natan menyenggol badan Gion kasar.

"Haha, nah... gitu dong!" Gion tersenyum senang mendapat respon seperti itu dari sang kawan.

Gion menyedarkan pandangan ke lingkungan sekolah di bawah rooftop.
"Tan, itu cewek cantik yang belum Gue tau namanya yang sekelas sama kita ngapain celingukan gitu" Gion menunjuk Kadita.

Kadita berjalan di area sekolah menuju taman yang Ia tuju, sembari mengedarkan pandangan ke sekitar karena itu masih jam pelajaran, untungnya sepi.

Kadita berdiri di pohon besar yang rindang di taman tersebut, berkutat dengan ponselnya.

The Girl is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang