Aksa benar-benar merealisasikan rencananya untuk menemui Gayatri. Lelaki itu sebisa mungkin tidak menimbulkan kecurigaan Ranu karena dia belum siap menjelaskan informasi yang dia ketahui pada Ranu. Ditambah lagi dia belum punya rencana apapun untuk mengatasi masalah yang akan timbul nantinya.
Namun, Aksa tidak pernah tahu kalau sebetulnya Ranu diam-siam mengawasinya. Bukan untuk tujuan yang buruk, Ranu hanya merasa sedikit khawatir dengan Aksa yang sering bertindak gegabah dan berakhir membahayakan diri sendiri. Lagi pula, Ranu juga tidak bisa sepenuhnya percaya dengan Gayatri sekalipun gadis itu sudah sepakat kerjasama dengan Aksa.
"Mau kemana kau? Bukankah hari ini tidak ada kelas?" Ranu bertanya heran karena sepagi ini Aksa sudah berpenampilan rapi.
"Aku akan menemui Gayatri, ada yang ingin kubicarakan dengan gadis itu," sahut Aksa berkata jujur tapi tidak mengatakan tujuan aslinya dengan jelas.
Ranu mengangguk, dia tidak lagi mempertanyakan walaupun Ranu merasa sedikit penasaran. Dia hanya bisa mempercayai Aksa untuk saat ini karena kalau memang Aksa membutuhkan bantuan pasti akan meminta padanya.
"Aku akan mejelaskan semuanya padamu setelah semuanya sudah pasti dan aku sudah punya rencana yang matang. Untuk saat ini, sementara aku akan menyimpannya sendiri." Aksa berucap seolah-olah paham dengan rasa penasaran Ranu.
~
Aksa disambut tatapan kesal oleh Gayatri karena mengganggu waktu santai gadis itu. Namun, Gayatri tetap mempersilakan Aksa untuk masuk sekalipun dia merasa kesal karena Gayatri pun membutuhkan informasi dan rencana dari Aksa.
"Duduklah, aku akan ke kamar sebentar," ucap Gayatri dan pergi begitu saja.
Aksa hanya duduk diam tanpa melakukan apapun sampai Gayatri kembali. Pikiran lelaki itu masih dipenuhi dengan asumsi atas informasi yang dia dapatkan kemarin. Aksa tidak ingin mempercayai itu, hanya saja semua itu sudah sangat jelas.
"Apa yang kau pikirkan? Masih memikirkan Kanala?" tanya Gayatri penasaran karena Aksa jauh lebih diam dari biasanya.
"Tidak, kesampingkan soal Kanala. Kita harus fokus dengan informasi yang kamu dapatkan kemarin dan juga perihal keterlibatan Ayah Kanala. Saya sedikit curiga kalau sebenarnya masih banyak hal tersembunyi dari kasus ini." Aksa berusaha fokus dengan masalah yang ingin dia bahas dengan Gayatri dan mengesampingkan soal keraguannya sendiri.
Walaupun dalam hatinya Aksa masih ragu dengan asumsinya sendiri dan juga informasi yang dia peroleh, tetapi Aksa berusaha untuk mengesampingkan itu. Karena Aksa berusaha untuk bersikap adil dan sesuai dengan tujuannya sejak awal sekalipun Pak Pamudya adalah ayah dari sahabatnya.
"Kalau memang benar beliau terlibat, aku harus bagaimana?" bisik Aksa terdengar frustrasi. Lelaki itu kebingungan harus bagaimana bertindak bila semua informasi yang dia peroleh mengarah pada Pak Pamudya.
"Dia memang terlibat dan kau harus tahu, orang ini tidak seperti ayahku. Beliau jauh lebih sulit dihadapi. Jangan sampai kau salah langkah atau kau akan benar-benar hancur bersama rencanamu itu." Gayatri menjawab keraguan Aksa sekaligus memberikan peringatan untuk lelaki itu.
"Saya tahu, untuk itu saya menemuimu. Saya butuh bantuanmu untuk mencari bukti," sahut Aksa yang sudah mulai memiliki gambaran untuk rencana awalnya.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" Gayatri bertanya penasaran, gadis itu sangat menantikan rencana yang sudah terpikirkan oleh Aksa.
"Bantu saya menyusup di Kediaman Pamudya atau ke pernerbitan miliknya. Saya ingin memastikan semua informasi yang sudah kamu dapatkan dan saya susun. Saya masih ingin membuktikan sendiri semua itu," jelas Aksa dan mendapatkan tatapan tajam dari Gayatri.
Gadis itu tidak habis pikir kalau Aksa akan memiliki rencana segila ini. Sengaja mendatangi rumah musuh untuk mencari bukti secara langsung. Namun, seharusnya gayatri sudah tidak terkejut karena Aksa pernah melakukan itu.
"Kenapa aku masih saja terkejut dengan otak gilamu itu. Padahal aku pernah melihatnya secara langsung," ucap Gayatri tanpa bermaksud mencela Aksa.
Aksara terkekeh mendengar ucapan Gayatri. Mungkin memang benar, Aksa punya otak yang sedikit gila karena rencana-rencana yang dia lakukan selama ini. Untunya semua rencana Aksa itu selalu berhasil dilakukan.
"Aku tidak bisa menjamin bisa membantu rencanamu itu, tapi akan aku usahakan," ucap Gayatri menyanggupi permintaan tolong Aksa.
"Baiklah, sisanya serahkan pada saya dan Ranu. Kami yang akan mengambil alih kendali dalam rencana ini." Aksa tersenyum senang karena gayatri menyetujui rencananya.
"Ingat! Jangan libatkan Kanala. Karena aku tidak yakin dia masih sama setelah tahu perihal ayahnya," ujar Gayatri yang membuat Aksa tertegun.
"Apa maksudmu?"
"Bukan apa-apa, hanya memperingatkan. Karena kita tak tahu bagaimana sifat seseorang, bisa saja kita hanya mengenal sebagian kecil saja," ujar Gayatri semakin membuat Aksa bertanya-tanya.
Gayatri malah menyunggingkan senyum tipis saat melihat wajah kebingungan Aksa. Tetapi, bagaimanapun Gayatri memang harus memberi peringatan ini pada Aksa karena sejak awal Aksa sangat dekat dengan Kanala dan itu bukanlah hal yang baik.
Aksa mengusak rambutnya kasar, dia sama sekali tidak paham dengan ucapan Gayatri. Dia tidak paham kenapa Gayatri berbicara seperti itu soal Kanala seoleh dia tahu banyak hal yang tidak Aksa ketahui soal Kanala. Lelaki itu mulai bimbang, dia mulai ragu dengan apa yang dipercayainya perihal Kanala.
"Lupakan ucapanku. Kau akan tahu sendiri suatu saat nanti dan semoga saat itu kamu bisa mengingat kembali peringatanku." Gayatri mengibaskan tangannya di udara. Dia dengan entengnya meminta Aksa melupakan ucapan yang sudah menyita setengah dari pikiran Aksa saat ini.
"Kau! Kenapa senang sekali membuat teka-teki yang memusingkan kepala," gerutu Aksa sambil tangan kananya terangkat beriat menyentil dahi Gayatri.
"Sudahlah, lambat laun kau pasti akan tahu," ujar Gayatri sembari membuka berkas yang sejak tadi dia pangku.
Gayatri memberikan tanda dengan tinta merah untuk bagian-bagian penting yang perlu Aksa perhatikan. Karena dalam informasi tambahan kal ini ada lebih banyak informasi yang berkaitan dengan keterlibatan Pak Pamudya dalam kasus bulog.
"Berarti sejak awal saya menyelidiki kasus perihal keterlibatan Ayahmu, Pak Pamudya juga memulai untuk mengawasi saya." Aksa menyimpulkan informasi yang sudah ditandai oleh Gayatri.
"Mungkin saja," sahut Gayatri singkat.
"Baiklah, terima kasih untuk informasi yang kamu dapatkan. Saya akan bicarakan ini dengan Ranu. Mungkin lusa saya akan kembali ke sini dan meminta bantuanmu untuk yang kesekian kalinya." Aksa membereskan berkasberkas yang tercecer di meja dan memasukkan semuanya dalam tas slempang yang dia kenakan.
Aksa segera berpamitan untuk kembali ke rumah Ranu dan mendiskusikan semua yang didapatkan hari ini agar bisa segera menyusun rencan alanjutan bersama Ranu.
"Aksara, kamu memang pintar dalam menyusun rencana tapi kau terlalu baik sampai-sampai tertipu dengan penampilan luar orang lain." Gayatri berucap pelan sembari menatap punggung Aksa yang sudah berjalan menjauh dari Kediaman Ismawan.
•
•
•Rhain
23/10/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
Historical FictionAksara Bhanuwirya, si pemberani yang tak kenal rasa lelah. Bersama rekannya, Aksa menguak segala bentuk ketidakadilan kebijakan pemerintah. Menyuarakan kebobrokan negara lewat aksi demonstrasi. Lewat goresan penanya, Aksa menuliskan kritik atas demo...