Aksa menjalankan rencananya satu per satu. Mulai dari menyebarkan berita perihal kebijakan yang baru hingga keterlibatan Pamudya dalam kasus yang sudah terselesaikan kemarin. Aksa benar-benar berniat untuk menghancurkan Pamudya, dia sama sekali tidak memberi jeda dalam menjalankan rencananya.
"Aksa, saya rasa sudah cukup kau menerbitkan artikel. Saya dengar SIUPP penerbitan milik Pamudya dan beberapa surat kabar lain dicabut. Itu artinya rencanamu berhasil." Ranu menepuk pundak Aksa pelan.
Aksa mendongak dan tersenyum, tetapi sepertinya Aksa tak berniat untuk berhenti. Aksa justru sudah mempersiapkan rencana selanjutnya, dia berniat mendatangi Pamudya karena Aksa baru saja menemukan bahwa Pamudya terlibat dalam kasus daftar hitam para jurnalis dalam Peristiwa Malari kala itu. Aksa berniat menuntut penjelasan dari Pamudya perihal kasus itu, kasus yang membuat ayahnya ikut terseret dan terkena imbasnya.
"Aku akan tetap melanjutkan rencanaku, tetapi mungkin kali ini aku perlu membujukmu agar setuju." Aksa berdiri dan berhadapan langsung dengan Ranu.
Ranu hanya bisa menatap Aksa dalam diam, dia masih belum memahami maksud perkataan Aksa barusan. Terkadang pemikiran Aksa memang sulit ditebak, banyak ide tak terduga dalam pikiran Aksa yang tidak Ranu pahami.
"Aku akan mendatangi Pamudya, aku ingin mencari tahu perihal keterlibatannya dalam kasus daftar hitam pemerintah. Mengapa dia bisa lolos begitu saja sedangkan ayah kita tidak." Aksa menjelaskan rencananya. Namun, tentu saja mendapatkan penolakan dari Ranu.
"Kenapa kau selalu saja mempunyai ide gila seperti ini?" Ranu sepertinya sudah sangat lelah menghadapi Aksa. Berkali-kali Ranu harus bermain dengan ide gila Aksa. Namun, untuk kali ini Ranu memilih untuk menentang Aksa.
"Lalu apa lagi yang bisa kulakukan? Kita sudah sejauh ini, tidak mungkin kita mundur dan mengalah begitu saja. Aku harus menemukan semua kejanggalan itu dan membalas perbuatan mereka semua." Aksa masih tetap bersikeras dengan pendapatnya. Lelaki itu sama sekali tidak goyah dan balik menantang Ranu.
"Tenangkan pikiranmu, kita masih bisa memikirkan cara lain tanpa harus mengambil resiko seperti itu. Ingat Aksa, namamu sudah dikenali banyak orang. Sekali lagi kau berulah, maka mereka akan langsung menargetkanmu karena kau bukan hanya sekadar menguak soal kasus korupsi yang terjadi saat ini, tetapi kau juga membahas masalah yang sudah lalu. Bahkan kau berhasil membuat Pamudya terkena dampak dari pencabutan SIUPP. Kau sudah terlalu jauh, Aksa."
Aksa bergeming, lelaki itu masih menatap Ranu dengan sorot mata yang masih sama. Lelaki itu sama sekali tak berniat menyanggah ucapan Ranu, dia membiarkan Ranu berbicara semaunya karena pada akhirnya ucapan Ranu itu sia-sia belaka. Aksa tetap akan melanjutkan rencananya dengan atau tanpa Ranu sekalipun.
"Jika kau tak setuju, kau boleh pergi. Toh, aku bisa melanjutkan sendiri rencanaku tanpa bantuanmu. Aku berterima kasih atas bantuanmu selama ini, selanjutnya kau tak perlu lagi membantuku," ucap Aksa tanpa menatap Ranu dan pergi begitu saja.
"Aksara Bhanuwirya!" geram Ranu tertahan. Entah kenapa Ranu sedikit terpancing karena tindakan Aksa barusan. Namun, Ranu berusaha menahan amarahnya dan mencoba berpikir jernih.
Ranu harus memikirkan cara lain bila Aksa benar-benar mendatangi Pak Pamudya. Ranu tidak ingin kejadian saat di Kediaman Ismawan kembali terulang, karena kalau sampai itu terjadi Ranu tidak yakin kalau mereka akan selamat.
~
Sejak kejadian tempo hari, hubungan Ranu dan Aksa menjadi renggang. Sikap Aksa sedikit berubah terhadap Ranu, lelaki itu selalu menghindari Ranu dan berusaha untuk tidak berada dalam satu ruangan dengan Ranu. Entah apa maksud Aksa bertindak seperti itu.
"Ada apa dengan kalian?" Sagara yang menyadari keanehan kakaknya dan Ranu menyuarakan keheranannya.
"Kenapa tindakan kalian sangat bertolak belakang? Padahal setahuku kalian akan satu pemikiran setiap kali memiliki rencana, tapi mengapa kali ini rasanya berbeda. Seperti ada jurang yang dalam diantara kalian." Kali ini Gayatri yang menyuarakan keheranannya atas perilaku Aksa dan Ranu.
"Diamlah dan selesaikan pekerjaanmu. Aku akan keluar sebentar." Aksa beranjak dan melangkahkan kaki keluar rumah.
Tatapan Ranu tak lepas dari Aksa, lelaki itu secara samar memberi kode pada Satya untuk mengikuti Aksa. Sekalipun Ranu tidak setuju dengan rencana Aksa, tetapi dia tetap mengawasi Aksa dan siap memberi bantuan pada kawannya itu hanya saja tidak secara terang-terangan.
Ranu tetap menyelesaikan pekerjaannya menulis dan menerbitkan artikel sesuai dengan permintaan Aksa. Dia bekerja sama dengan Gayatri karena gadis itu yang memiliki akses dengan bebas untuk menerbitkan artikel dalam surat kabar harian tanpa dicurigai oleh pemerintah. Sedangkann Ranu sendiri mulai menyusun rencana untuk mengekspos semua keterlibatan Pamudya. Dia berniat menggunakan rumor yang sedang ramai saat ini untuk menghasut rakyat melakukan aksi dengan tuntutan pencabutan jabatan Pamudya dalam keanggotaan CSIS.
"Sagara, tolong carikan saya informasi terkait kebijakan yang diambil pemerintah terkait investasi asing. Saya berniat sedikit memprovokasi masyarakat terkait kebijakan baru itu," ucap Ranu yang langsung dilaksanakan oleh Sagara dengan cepat.
Sedangkan Ranu sendiri memilih untuk menyusul Aksa yang sengaja menyendiri di bekas markas komunnitas setelah mendapatkan laporan dari Satya.
"Satya itu asistenku, tapi mengapa sekarang dia selalu mengikuti perintahmmu?" Gayatri sempat-sempatnya memprotes Ranu perkara Satya yang lebih mematuhhi perintah Ranu ketimbang perintah Gayatri.
Ranu mengendikan bahu dan berlalu begitu saja karena menemui Aksa jauh lebih penting ketimbang meladeni Gayatri. Ranu harus secepat mungkin berbaikan dengan Aksa dan mendiskusikan ulang rencana mereka karena akan sangat berbahaya bila Kanala mengetahui perihal hubungan Aksa dan Ranu yang sekarang.
"Untuk apa kamu mengikutiku?" Aksa langsung melontarkan pertanyaan saat melihat Ranu yang berdiri di ambang pintu.
"Untuk berdamai, saya berniat mendiskusikan beberapa hal denganmu." Ranu memilih untuk mengalah karena mereka tidak mungkin terus bermusuhan bila ingin rencana mereka berjalan lancar.
Aksa mengulum senyum, dia merasa menang karena berhasil membuat Ranu mau mengikuti rencananya. Itu berarti Aksa tidak perlu repot-repot memikirkan hal lain karena Ranu pasti sudah mempersiapkannya. Namun, Aksa tetap duduk diam ditempatnya tanpa berniat mendekat.
Ranu berniat mendekati Aksa, tetapi baru dua langkah Aksa langsung memintanya untuk berhenti. Lelaki itu memberikan kode pada Ranu lewat lirikan mata bahwa ada seseorang yang sedang mengupinng pembicaraan mereka.
"Saya hanya ingin memperingatkanmu, semua rencanamu itu tak akan berhasil karena Pamudya jauh lebih kuat darimu, dia akan dengan mudah memanipulasi semua informasi yang kau punya dan membuatmu menjadi kembing hitam untuk semua perbuatannya." Ranu mengalihkan pembicaraan, dia berbicara seolah-olah sedang meremehkan rencana Aksa agar orang yang menguping pembicaraan mereka tertipu.
Aksa tertawa pelan dan bertepuk tangan sembari melangkah mendekati Ranu, dia sedikit merasa lucu karena Ranu tiba-tiba berbicara seperti itu. Padahal dengan Ranu pergi begitu saja sudah cukup karena jika sesuai dengan perkiraan Aksa, saat Ranu pergi maka orang yang menguping di luar markas akan masuk dan menemui Aksa.
Aksa mendekatkan wajahnya ke wajah Ranu dan berbisik, "Kita bicarakan nanti, aku ingin bermain dengan orang itu sebentar."
•
•
•Rhain
03/11/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA [END]
Historical FictionAksara Bhanuwirya, si pemberani yang tak kenal rasa lelah. Bersama rekannya, Aksa menguak segala bentuk ketidakadilan kebijakan pemerintah. Menyuarakan kebobrokan negara lewat aksi demonstrasi. Lewat goresan penanya, Aksa menuliskan kritik atas demo...