Sudah dua hari sejak kejadian di kantin itu dan Widy masih berusaha untuk mencari siapa pemuda baik hati yang membantu dirinya. Widy bukan lah orang yang kekurangan relasi, namun Widy berani sumpah kalau ia dan teman-temannya sejurusan-nya tidak pernah bertemu dengan pemuda itu.
"Yang mana sih, Wid, orangnya?" Tanya Hajirin, teman sejurusan Widy yang menurut Widy adalah seorang social butterfly.
"Tuh kan, lu aja gatau. Pokoknya dia rambutnya dicat warna putih, tapi cuma sebelah."
"Lu gatau dia jurusan apa?"
"Kalo gue tau mah ga bakal susah nyarinya, tapi aneh deh masa dia ga pake atribut ospek apa-apa."
"Bukan anak FIB kali, atau anak Filsafat itu, mereka ospeknya emang ga pake atribut."
"Ah gatau deh, makasih ya, Rin."
Mungkin memang Widy tidak bisa berharap untuk bertemu dengan pemuda itu lagi, bagaimana pun ruang lingkup fakultas mereka saja besar sekali. Namun, Widy masih ingin membalas kebaikan pemuda itu.
Widy yang sedari tadi jalan beriringan dengan Hajirin mulai mempercepat langkahnya mendahului Hajirin. Karena memang tempat yang mereka tuju berbeda, Widy ingin segera ke Kantin untuk bertemu dengan teman lamanya sedangkan Hajirin entah pergi kemana.
Saat sampai di kantin, Widy mencari sosok temannya, dan tak memperlukan waktu lama untuk mencari temannya itu, karena temannya memakai kaos dengan warna yang cukup mencolok.
"Ken, sorry gue lama, biasalah tadi dosen gue kalau udah cerita suka lupa waktu."
"Santai aja, Wid, gue juga baru kelar kelas kok."
"Bentar, gue beli makan dulu ya."
Widy lalu meninggalkan Kenley seorang diri hanya untuk sekedar membeli makan lalu kembali lagi.
"Tadi gue liat lu sama si Rin, tumben banget." Memang baru kali ini sebenarnya Widy berinteraksi dengan Hajirin, karena sebenarnya mereka tidak begitu dekat. Widy tipe mahasiswa yang lebih suka menghabiskan waktunya di kantin fakultas atau lab sejarah. Sedangkan temannya yang satu itu lebih banyak menghabiskan waktunya untuk nongkrong di daerah belakang kantin.
"Tadi gue abis nanya-nanya aja ke dia. Oh ya, lu punya kenalan yang rambutnya dicat setengah ga?"
"Hah? Apaan sih, Wid."
"Serius, Ken, Gue lagi nyari orang yang waktu itu gue ceritain."
"Oh, ada tuh temen gue yang rambutnya dicat sebelah, warna putih bukan?"
"Iya, warna putih."
"Si aran itu mah, anak Filsafat."
Widy sehabis itu hanya bergumam dan melanjutkan sesi makannya yang sempat tertunda, ia bukanlah tipe orang yang bisa makan dan berbicara di waktu yang bersamaan.
Saat sedang asik asik mengunyah makanannya, Widy tersedak karena mendengar apa yang Kenley katakan.
"Lu mau gue kenalin ke orangnya, Wid?"
---
Hajirin Arafat (19)
Ilmu Sejarah'24Kenley Nathaniel Zefanya (18)
Ilmu Perpustakaan'24Aldhia Fahmi Aranda (19)
Filsafat'24---
Halo, guys!
Aku ubah umur beberapa karakter untuk kepentingan cerita ya, hehe
Btw, enjoy! :D