Bristol, Inggris
Alice Judd duduk di kursi kesukaannya di ruang tengah sambil menunggu kepulangan suaminya, Peter Lewis. Ia melihat jam di dinding. Pukul dua belas malam.
Alice menghela napas, kemudian ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Ia menoleh dan mendapati anak perempuannya yang sudah hampir menginjak umur dua tahun.
"Earth, darling, kenapa bangun, sayang?" tanya Alice kemudian mengangkat gadis kecil itu duduk di pangkuannya.
"Ayo tidur, mommy!", rengek Earth dengan nada sedih. Alice mengelus-elus rambut pirang Earth Lewis yang didapatkannya dari gen Peter.
"Mommy sedang menunggu ayahmu, baby", ucap Alice lembut.
Earth hanya diam, Alice menghela napas. Memang harus ia akui, bahwa yang dapat ia bayangkan adalah pemikiran yang menakutkan terjadi berulang-ulang. Tapi ia mencoba mengenyahkannya. Tidak mungkin Peter kembali memaksanya untuk menandatangani surat cerai itu.
Alice menggendong Earth ke kamarnya, kemudian menaruh tubuh mungilnya di tempat tidur.
"Sing, Mommy! Sing!" Earth bersemangat mengatakan itu. Mata indahnya mendadak berkilauan.
Alice tersenyum, kemudian ia menyanyikan lagu untuk Earth.
Earth tersenyum ketika mendengar suara ibunya yang begitu indah dan lembut. kemudian ia menutup matanya perlahan.
Tidak butuh waktu lama Earth sudah mulai tertidur. "Good night, my baby" suara Alice setengah berbisik.
Alice mengecup kening Earth, mengambil selimut, dan menutupi tubuhnya, dan berbaring disebelah putri semata wayangnya. Baru saja ia hendak memejamkan mata, pintu terbuka dengan dentuman keras. Alice menutupi Earth dengan selimut. Laki-laki itu pulang. Oh, membawa Julia. Brengsek.
"Ikut aku!", kata Peter mencekal lengan Alice kasar membuat isterinya itu terkejut.
"Apa yang akan kau lakukan, Pete?"
Tidak ada jawaban sama sekali dari bibir Peter, pria itu terus menyeretnya ke dalam kamar mandi. Sedangkan perempuan jalang gila itu berada di dalam kamar Earth dan mengunci pintu. Sepanjang perjalanan Alice berusaha menebak apa yang terjadi, ia bisa melihat kemarahan Peter tapi untuk menerka alasan kemarahan pria itu tidak ada satu ide pun yang muncul.
Peter menghempaskan Alice saat masuk ke kamar mandi, hampir membuat dirinya terjerembab ke lantai. Tak lupa laki-laki itu membanting pintu. Tatapannya begitu nyalang ketika berbalik menghadap Alice.
"Sudah cukup kau berbuat seenaknya sendiri disini!", bentak Peter.
"Apa maksudmu?", tanya Alice tergagap.
"Bukankah kau selalu menghabiskan uangku untuk bersenang-senang!' gertak Peter menghampiri Alice.
Alice yang merasa situasinya tidak baik berjalan mundur menjauhi Peter, sambil membisu ia menggelengkan kepala karena ia benar-benar tidak tahu apa penyebab kemarahan suaminya itu.
Melihat Alice menjauhinya, Peter langsung menyergap Alice, mencengkram rambutnya yang tergerai dan menariknya hingga wanita itu berteriak kesakitan. Tak sampai disitu, Peter menyeret paksa Alice menuju Bathtub dan tanpa ampun membenamkan kepala Alice ke dalam air.
Teriakan Alice langsung terputus saat ia merasakan hidung dan mulutnya di penuhi air. Ia berusaha meronta agar terlepas dari cengkraman Peter. Saat oksigen di paru-parunya kian menipis, ia merasakan tarikan di kepalanya untuk keluar dari air tapi hal itu tidak membuatnya lega sama sekali karena sebelum satu tarikan napas terpenuhi Peter kembali menenggelamkannya di bathtub lagi.
Tubuh Alice telah lemah saat kelima kalinya Peter menenggelamkan dirinya dengan kasar ke dalam air, ia terisak lemah menatap suaminya yang kini berada di depannya tanpa melepas cengkraman di rambutnya.
"Apa kau telah ingat apa kesalahanmu?", tanya Peter penuh ancaman.
Alice menggeleng sambil sesenggukan karena ia benar-benar tidak merasa berbuat apa-apa selama Peter sibuk bekerja. Peter mengencangkan tarikannya hingga kepala Alice tengadah menatapnya.
"Apa kau ingat telah berselingkuh dengan pria lain dibelakangku!!" bentak Peter tidak bisa menahan amarahnya lagi, dia mengeluarkan selembar foto dari balik sakunya.
Alice terhenyak.
"Hmm, tak bisa berkelit rupanya."
Foto itu menunjukkan seorang wanita duduk dipangku oleh pria asing. Wanita itu... Itu wajah Alice. Tapi itu bukan Alice!
"Pete, itu bukan ak..."
Belum selesai Alice menjelaskan Peter kembali membenamkannya dalam air dan menyeret paksa tubuh lemah Alice menuju ruang tengah dan mendorongnya hingga menghantam dinding. Setelah puas menyiksa Alice, Peter menekan Alice untuk menandatangani surat perceraian mereka.
Alice berusaha menelan ludahnya ditengah tekanan berat ini, Peter akan menghancurkannya tanpa mau mendengarkannya sama sekali. Dia bahkan tidak lagi berpikir dan tak dipedulikan tangis dan erangan kesakitan Alice yang Peter sadari. Laki-laki itu telah memilih untuk menjadi buta, dan membiarkan dirinya tenggelam oleh perempuan jalang bernama Julia itu.
***
YOU ARE READING
The Secret
RomanceLouis Carlton Blacher berada pada urutan ketujuh dalam garis suksesi tahta dan keenam belas wilayah persemakmuran Inggris. Dunianya rapi, disiplin dan benar-benar mampu membeli segalanya, namun memiliki hobi aneh yang menantang. Mencuri mahakarya se...