Sebelumnya saya minta maaf kalau part ini gak nyambung 🙏🏼
Hari Minggu yang tenang, Beomgyu menikmati waktu luangnya dengan bersantai di kamar. Ia duduk santai di atas kasur, bersandar pada dinding dengan earphone terpasang di telinga, mendengarkan lagu-lagu favoritnya. Di sebelahnya, tergeletak beberapa cemilan yang ia siapkan sebelumnya-teman setia saat menghabiskan waktu santai. Kamar yang sederhana namun nyaman itu dipenuhi dengan kehangatan sinar matahari sore yang masuk melalui jendela, menciptakan suasana yang damai.
Netranya tertuju ke sudut kamar, di mana terdapat dua benda yang sangat penting dalam hidupnya: sebuah bola basket yang sudah mulai agak kusam karena sering digunakan, dan gitar akustik kesayangannya yang terletak di samping bola itu. Beomgyu sengaja meletakkan keduanya bersebelahan-dua simbol dari dua dunia yang ia cintai. Basket dan musik.
Dia menatap kedua benda itu dengan dalam. Basket telah menjadi bagian dari hidupnya sejak lama. Bersama timnya, Beomgyu merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Setiap kali dia berada di lapangan, berlari dengan kecepatan penuh, melakukan dribble, atau menembak bola ke ring, ada rasa kebebasan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada ikatan kuat dengan rekan-rekan setimnya, ada kegembiraan dalam setiap kemenangan, dan ada pelajaran dalam setiap kekalahan.
Namun, di sisi lain, ada musik-tempat di mana Beomgyu bisa benar-benar mengekspresikan dirinya. Dengan gitar di tangannya, dia bisa menuangkan segala perasaan yang tak mampu diungkapkannya secara langsung. Melalui nada dan lirik, dia menemukan kedamaian yang tak bisa ia temukan di lapangan basket. Musik adalah dunia di mana Beomgyu bisa lebih jujur dengan dirinya sendiri, tanpa batasan atau ekspektasi dari orang lain.
Beberapa hari yang lalu, Beomgyu telah memutuskan bahwa musik adalah jalannya. Dia mengatakannya dengan tegas di hadapan teman-temannya, bahwa dia akan fokus pada musik dan meninggalkan basket sebagai prioritas utamanya. Tapi sekarang, ketika dia sendirian di kamar, tanpa tekanan dari orang lain, pikiran-pikiran itu kembali membanjiri benaknya. Keputusan yang ia buat terasa masih berputar di kepalanya, seolah belum sepenuhnya mengendap. Meskipun sudah menyatakan bahwa musik akan menjadi fokusnya, Beomgyu merasa ada sesuatu yang tidak selesai.
Dia tidak rela meninggalkan bola basket dan tim kesayangannya.
Beomgyu menatap bola basket yang diam di sudut ruangan, seakan benda itu sedang menunggu keputusan yang benar-benar pasti darinya. Ada perasaan hampa setiap kali dia berpikir bahwa suatu hari nanti, dia mungkin harus meninggalkan dunia basket untuk selamanya. Meskipun basket bukan lagi prioritas utamanya, Beomgyu tahu bahwa basket sudah mendarah daging dalam hidupnya. Setiap kenangan di lapangan, setiap sorak-sorai penonton, dan setiap keringat yang jatuh saat latihan, semuanya masih begitu hidup di dalam pikirannya.
Dengan menghela napas panjang, Beomgyu berbicara kepada dirinya sendiri, seolah sedang mencari pembenaran atas pikirannya. "Apa yang harus gue lakuin? Gue sudah bilang ke teman-teman kalau gue akan fokus pada musik... Hati kecil gue, gue nggak bisa benar-benar meninggalkan basket."
Di mana letak kesalahannya jika aku melakukan keduanya? pikir Beomgyu. Seiring dengan waktu yang berlalu, semakin jelas baginya bahwa meninggalkan salah satu dari dua hal yang ia cintai itu bukanlah hal yang mudah. Musik memberikan ruang bagi dirinya untuk mengekspresikan emosi terdalamnya, sementara basket memberikan adrenalin, kebersamaan, dan kegembiraan yang tidak bisa ia temukan di tempat lain.
Dia kembali menatap bola basket dan gitarnya. Dua benda itu terasa seolah berbicara kepadanya, meminta agar tidak dipisahkan begitu saja. Mungkin memang tidak perlu memilih salah satunya.
"Apa gue lakuin secara bersamaan ya?" gumamnya pelan. Pikiran itu mulai berputar-putar dalam benaknya. Mengapa tidak? Dia bisa menjadikan basket sebagai selingan, sesuatu yang tetap ia jalani untuk menjaga kedekatannya dengan tim, tetapi tanpa mengorbankan mimpinya di dunia musik.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Know I Love You
Novela JuvenilBeomgyu dan Avariella, dua jiwa yang dipertemukan oleh musik, mengawali perjalanan cinta mereka dari bangku sekolah hingga mencapai puncak karir gemilang. Beomgyu, kini seorang idol ternama, dan Avariella, yang menjadi produser musik sukses, menghad...