18

177 50 5
                                    


.
.
.
.


🏺🏺🏺

.
.
.
.
















Beberapa tahun berlalu....

Jiyoon mencoba mendaftar beasiswa di Universitas negeri dikota. Tujuannya ya karena ia ingin kuliah, didesa gak ada Universitas maka mau tak mau ya harus ke kota. Dan sekalian jika ia bisa menemukan ibunya itu adalah suatu keberuntungan, pasalnya dia tidak tau dikota mana ibunya tinggal saat ini.

Jiyoon sibuk mengotak atik layar dilaptopnya disaksikan Yoongi dari luar kamar.

"Kelihatan serius. Jadi ambil beasiswa?"

"Iya" Jawab singkat Jiyoon.

"Ayah senang kau bisa kuliah tapi ayah gak rela kau harus pergi sendiri ke kota. Ayah takut kau terjerumus kedunia remaja yang nakal dan kau lupa pulang seperti-"

"Ibu tidak lupa pulang ayah. Kau yang mengusirnya" Ketus Jiyoon tanpa sadar.

"Ya. Aku tau"

Jiyoon menengok kemuka ayahnya yang berubah.

"Oh, maafkan aku ayah. Aku tidak bermaksud"

"Iya iya.. Ayah mengerti. Sudah sana lakukan tugasmu, ayah mau ke kebun sebentar lagi"

Yoongi beranjak pergi meninggalkan Jiyoon dikamarnya.

Yoongi berjalan keluar rumah bersamaan dengan Yoonji juga mengeluarkan sepedanya yang ia dapat dari kakeknya. Ia mau mengayuhnya membawa ke sekolah.

"Yoonjiah"  Panggil Yoongi dan Yoonji pun berjalan mendekati ayahnya.

"Kau sudah bawa uang?"

Yoonji mengangguk lalu meraih tangan ayahnya dan pamitan pergi kesekolah. Yoongi sedih melihat anak bungsunya itu seperti tak pernah semangat semenjak kejadian ribut2 bertahun-tahun silam. Ia merasa bersalah pula, andai dia tak mengusir Jimin dulu pasti Yoonji masih ceria karena bisa melihat ibunya. Yoongi sering menyalahkan dirinya sendiri semenjak itu, apalagi ketika ada acara hari ibu disekolah Yoonji selalu absen, ia tak pernah ikutan datang kesekolah dengan alasan sakit. Bukan sakit badannya melainkan sakit hatinya.

Tentang Jisoo walau ia tak mau tau juga tapi Yoongi merasa bersalah telah melibatkannya waktu itu hingga berdampak pada Yoonji. Setelah itu Yoongi tak pernah melihat Jisoo, karena kata paman Kim Jisoo menikah dan pindah keluar desa beberapa tahun terakhir. Kabarnya ia juga sakit hati pada Yoongi karena di php.








.






Semalaman Jiyoon sibuk di depan laptopnya, ia belajar agar ia bisa keterima beasiswa di kota, minggu ini akan ada seleksi ujian lewat online. Jadi dia berharap bisa lulus. Hari ini pun juga, sekarang waktu menunjukkan pukul 6 sore dia masih sibuk saja tanpa memperhatikan sekitar.

Sedikit perhatian untuk cucunya sang kakek membawa gelas berisi susu. Gak tau kenapa padahal Jiyoon sudah besar kakeknya masih saja suka ngasih susu atau permen.

Kletak

Sebuah gelas mug mendarat di meja.

"Serius sekali cucuku"

"Oh, kakek. Aku mau mengejar impianku, jadi harus serius"

"Kamu kayak ayahmu" Jiyoon tersenyum mendengar ucapan sang kakek. Maksudnya kegigihannya yang mirip, kayak ayahnya dulu ngejar ibunya. Haha.. Sedikit tersenyum mendengar kakeknya bercerita pada Jiyoon tanpa diketahui Yoongi.

Aku Tidak Lupa DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang