16 Juli 2015

110 2 0
                                    

Halo, kamu.

Apa kabar?

Entah sudah berapa kali saya tuliskan sederet kata 'apa kabar' untuk kamu yang tak pernah tersampaikan. Tapi saya yakin, gak ada satu pun 'apa kabar' dari kamu untuk saya.

Setiap hari, yang saya rasain itu hampa. Begitu kosong sampai saya tidak bisa merasakan apapun sejak hari itu, waktu kamu memilih untuk pergi. Saya cuma pengen bilang kalau saya kangen. Saya kangen melihat tawa kamu berderai meskipun saya cuma jadi yang diketawain. Saya kangen menemukan kamu di bangku deret kedua dari belakang di dekat jendela, dan tidak pernah bergerak pergi. Saya kangen mendengar jemari kamu menari. Sudah lama sekali sejak saya duduk tidak jauh dari kamu, memperhatikan, meskipun saya tau kamu tidak akan menjatuhkan pandangan kamu ke mata saya.

Saya kangen waktu kamu berlari di koridor dan saya harus mengejar kamu tanpa sepatu dengan malu-maluinnya, demi kamu diam, demi kamu berhenti membaca satu buku itu dan yang lain berhenti tertawa. Saya kangen satu hari saya bangun telat karena semalamnya kamu membuat saya nggak bisa tidur, dan satu hari saya dateng kepagian di tengah hujan dan kamu masih menggenggam erat segelas kopi.

Saya kangen waktu kamu duduk di sebelah saya, lalu mendadak waktu berlalu sampai saya tidak sadar kalau kami tinggal berdua, dan waktu kamu duduk di seberang saya, berbicara tentang suatu masa dimana kita tak lagi bersama. Dan saya sedang merasakan itu, tapi saya tau kamu tidak. Karena 'kita' cuma ada di kepala saya.

Sedih - kadang-kadang apa yang saya kira suatu hari bisa saya genggam erat, ternyata memilih untuk melambaikan salam perpisahan. Yang saya kira suatu hari bisa saya miliki, memilih untuk memiliki orang lain.

Saya lelah menyimpan kamu dan segalanya tentang kamu di kepala saya. Saya lelah dengan mimpi-mimpi ini, yang hanya bermuara di Microsoft Word laptop saya atau goresan pena di buku tulis saya yang tak terhitung jumlahnya. Saya kira sepuluh kilometer cukup untuk melupakan kamu, tapi saya lupa, kamu selalu hidup di dalam tulisan-tulisan saya.

Saya janji suatu hari, saya akan berhenti. Berhenti menyimpan kamu. Berhenti bermimipi tentang kamu. Berhenti menulis tentang kamu.

Saya cuma gak janji kapan.

Di hidup, akan ada orang yang sesayang apapun kita sama dia, kita nggak akan pernah memiliki orang itu. Saya nggak tau yang di hidup saya, tapi sejauh ini masih kamu.

I'll wake with coffee in the morning - but you prefer two lumps of sugar and tea.

-not the sugar and tea

*
author's note
ini bukan cerita baru kok. covernya aja masih jelek banget. gue cuma............ baper.

Hepi Eid Mubarak!

Satu Halaman untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang