16. Kereta

502 78 19
                                    

Wajib follow, vote, dan komen, sebelum membaca!







Entahlah, meski terlihat ganjal. Tapi, gue harap, Landak bisa lupain gue dan beneran bisa bahagia sama Ina. Toh, akhirnya gue juga bisa terlepas dari bayang-bayangnya dia sekarang.

(Author: Apa itu bahagia, Ki? ... ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ)

"Hah, niat hiling malah sinting, kamu sih!" Gue gigit pipinya Nene memberinya hukuman kecil perkara sudah nakal.

"Ahaha!! Yii!!" Nih, bocah bukannya merasa bersalah, malah kegelian sama gigitan gue.

Akhirnya, perkara capek. Gue memutuskan buat langsung pulang aja. Bentar lagi juga jam kepulangan Asa dari kantornya. Gue udah beliin ayam geprek buat dia juga.

Sampai di basement parkiran mobil, gue cari-cari mobilnya Asa. Ketemu di pojokan sana, gue langsung masuk sambil dudukin Nene di kursi khusus bayi. Mulai tancap gas, beberapa detik nih mesinnya kagak mau hidup-hidup.

Ah, gue tau. Mogok nih pasti. Sialan, mana panas lagi di dalam mobil. Nene juga mulai nangis kenceng perkara kepanasan. Akhirnya, gue keluar dari mobil dan ambil Nene buat dikeluarin dari mobil juga.

"Duh, gimana pulangnya ini?" heran gue celingak-celinguk, siapa tau ada orang yang gue kenal di sekitar sini.

Masalahnya jarak dari Mall ini sama apartemen Asa lumayan jauh. Harus naik bis atau kereta kalau mau naik angkutan umum.

"Yi ... antuk ... Ayo puyang ..." rengek Nene menduselkan wajahnya di leher ini.

"Ya sama, Ne. Mana panas banget lagi." Gue mulai rogoh saku celana mencari HP. Detik kedua gue tekan kontak nomornya Asa buat hubungi dia minta jemput.

Beberapa detik gue telpon tapi gak diangkat, lebih tepatnya nomor diluar jangkauan. Biasanya meskipun dia kerja, HP selalu aktif. Kadang kita video call bareng kalau pas jam makan siang. Mungkin sekarang lagi rapat atau apalah.

Yah, perkara gak bisa minta jemput, akhirnya gue memutuskn buat naik kereta aja. Ini Nene dari tadi udah tantrum minta pulang juga.

"Yaudah, kita pulang naik MRT aja, ya."

Finalnya, gue mulai berjalan keluar dari mall sambil gendong Nene dan nenteng tas bayi yang isinya pampers, botol, sama bekalnya dia. Agak berat, tapi mau gimana lagi.

Kami sampai di stasiun, tangan ini full semua sama barang bawaan plus si bayi badung ini satu. Parahnya lagi, di waktu gue masuk ke dalam gerbong keretanya, ini lautan manusia dari Sabang sampai Merauke keknya ngumpul di sini semua, gue sampai keseret arus, kedorong kuat hingga menabrak kaca pintu gerbong kereta yang ada di sisi sebelahnya.

Gerbong ini sudah overload sama manusia di dalamnya. Nene nangis gak karuan, gue kegencet sama makhluk-makhluk yang gak ada otak jumlahnya. Pipi gue sampai nempel sama kaca pintu gerbong.

"Anjing!" Umpatan di dalam hati sampai keluar dari mulut ini. Nyesel banget gue naik kereta. Dan gue lupa kalau sekarang jamnya orang pulang dari kantor. Pantes ramenya gak wajar.

Gue memilih fokus nenangin Nene yang gak berhenti nangis, sambil tahan-tahan bau parfum nyong-nyong, keringet, kentut, jigong orang-orang yang ada di sekitar gue. Asli, semua bau nyampur jadi satu di sini. Hidung gue sampai layu. Hoek.

Nene aja sudah tidur perkara capek sendiri. Atau dia pingsan ya, perkara bebabuan ajaib di sekitarnya? Panik gue asli.

Jujur, ini berat banget bawaan gue. Mana gak dapat tempat duduk lagi. Cuma bisa berdiri meratapi nasib.

Di saat gue nangis dalam batin. Gue merasa ada sesuatu yang ganjal.

Sebuah sentuhan.

Yah, ada sebuah tangan yang mulai menentuh bagian bawah gue. Tepatnya di bokong. Rasa kejutan itu seketika membuat merinding sekujur tubuh ini.

AsaOki (Kapal Hantu S2) END☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang