Pukul 08.12 WIB
SMK PunggingPagi yang cukup terik dan berkeringat. Jika biasanya suasana Trawas begitu sejuk dan sedikit dingin, mengingat letaknya di dataran tinggi.
Berbanding terbalik dengan kecamatan lain, tepatnya di kecamatan Pungging. Kini ia mulai paham kenapa kulit adiknya mulai menggelap. Daerah ini merupakan dataran rendah terlihat dari Jovita yang meluncur menurun ketika mengantar adiknya ke sekolah, dan ia kembali menanjak saat menuju tempatnya bekerja.
Jovita baru mengetahui seberapa panas tempat Jihan menimba ilmu. Selama ini ia hanya mengantar dan menjemput tanpa berlama-lama. Di sebuah ruangan persegi panjang, dengan ditempeli 1 kipas dinding. Jendelanya besar, seharusnya sirkulasi udara cukup bagus dan segar, tapi karena cuaca di luar begitu panas, berada di dalam ruangan seperti terpanggang. Misalnya saat ini, ia baru duduk 12 menit namun sudah bermandikan keringat.
Jovita sedang menghadiri acara rapat wali murid untuk pengambilan rapor dan beberapa informasi penting. Ia izin pada bossnya untuk tidak bekerja hari ini, yang untungnya si boss dengan baik hati mengizinkannya libur sehari.
Biasanya sang bibi yang hadir untuk rapat wali murid. Karena Hestia sedang ada jadwal cek kesehatan bulanan, ia meminta Jovita yang menghadiri.
Seperti yang dikatakan sang adik beberapa waktu yang lalu. Pasti ada pembahasan mengenai pelunasan administrasi. Dan tepat! Saat ini wali kelas Jihan sedang menyampaikan biaya-biaya apa saja yang perlu mereka lunasi dan beberapa yang bisa dicicil.
Setidaknya Jovita masih bisa bernafas lega mendengar sedikit keringanan yang diberikan pihak sekolah. Anak yatim piatu seperti mereka berdua merasa sangat terbantu dengan adanya kebaikan ini.
"..... Itulah sedikitnya rincian administrasi untuk kenaikan kelas. Barangkali dari pihak wali murid ada yang ingin bertanya atau ingin diperjelas, saya persilahkan!" ucap wali kelas Jihan yang ia ketahui dari nametagnya bernama Ratna.
Para wali murid hanya melempar pandang ke bangku di samping-samping mereka. Memastikan jika ada yang ingin bertanya.
Mereka tampak tak lagi bersuara, menandakan sudah tak ada lagi yang ingin bertanya. Bu Ratna mengakhiri penyampaiannya dan ia melanjutkan acara penyerahan rapor serta mengumumkan peringkat kelas.
"Ranking 3 ditempati oleh ananda Silvana Aulia; Ranking 2 ditempati oleh ananda Rizky Ramadhan; dan Ranking pertama..." Bu Ratna menjeda ucapannya, membuat para wali murid dan siswa yang mengintip di luar kaca jendela kelas dilanda gugup sekaligus penasaran.
"Ranking pertama.... adalah Ananda Jihan Fitriyah... Selamat untuk ananda Jihan, semoga dapat mempertahankan prestasinya dan terus meningkat di tahun berikutnya" seru Bu Ratna dengan bangga di depan seluruh hadirin di ruang kelas.
Tepuk tangan meriah mengiringi saat Jovita menerima rapor adiknya. Matanya berbinar, mencerminkan rasa haru dan bangga. Dengan lembut, ia menjabat tangan Bu Ratna, lalu membungkuk sopan, menyampaikan terima kasih kepada sosok yang begitu berdedikasi bagi anak-anak didiknya. Sosok yang memang pantas disebut pahlawan tanpa tanda jasa.
------
Hatinya sangat senang sekaligus bangga, Jovita memutuskan untuk tak langsung pulang. Ia mentraktir Jihan menikmati mie ayam langganannya. Warung mie ayam sederhana namun rasanya bintang lima, kata Jovita.
Setelah memesan, mereka berdua memilih tempat duduk di paling ujung dekat sawah. Menikmati angin sepoi-sepoi dan gemericik air sungai yang mengaliri sawah terdengar menenangkan.
"Kuwi langganane sampeyan?" (Ini langganan kamu?) Tanya Jihan pada sang kakak, melirik sekeliling warung, ia belum pernah mengunjungi tempat itu.
"Iyo. Penak to suasanane? Cedak sawah kuwi ra marakne bosen" (Iya. Enak kan suasananya? Deket sawah ni nggak bikin bosan) jelas Jovita diakhiri dengan gummy smile khasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta & Jovita | Taegi Lokal
Teen FictionAda yang palsu tapi bukan duit. Yoongi GS Taehyung