Chapter 1: Kilau Kesuksesan

6 0 0
                                    


Pagi itu, sinar matahari menembus tirai jendela kaca besar yang menghadap ke kota, memancarkan cahaya keemasan yang menciptakan suasana hangat di dalam ruang kerja Adrian Hartono. Dia duduk di belakang meja kayu mahoni yang megah, dikelilingi oleh deretan buku-buku tentang bisnis dan strategi yang teratur rapi. Dinding-dinding ruang kerjanya dihiasi dengan lukisan modern yang memancarkan kesan elegan dan berkelas. Dalam setiap detail, Adrian memperlihatkan citra seorang pebisnis sukses.

Adrian adalah sosok yang karismatik. Dengan tinggi badan 180 cm, tubuhnya tegap dan berotot, seolah setiap serat ototnya bercerita tentang disiplin dan kerja keras. Wajahnya tampan dengan rahang tegas dan mata cokelat yang tajam, mampu menyampaikan banyak hal tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun. Penampilannya selalu rapi; saat itu, ia mengenakan setelan jas biru navy yang dipadu dengan dasi berwarna merah marun. Aroma parfum yang khas, segar dan maskulin, mengisi ruangan. Namun, di balik penampilannya yang sempurna, ada satu hal yang paling berharga: cintanya kepada Aisyah.

Ketika jarum jam menunjukkan pukul sepuluh, Adrian mengambil napas dalam-dalam dan berdiri. Hari ini adalah hari yang penting bagi Aisyah; presentasi tentang proyek barunya di hadapan dewan direksi perusahaan. Dia tahu betapa Aisyah mempersiapkan diri dengan matang dan ingin memberikan yang terbaik. Adrian merasa bangga, tidak hanya sebagai suami tetapi juga sebagai seseorang yang mengagumi talenta dan dedikasi Aisyah.

Ia melangkah keluar dari ruang kerjanya menuju ruang presentasi yang terletak di lantai bawah. Dengan setiap langkah, pikirannya melayang pada sosok Aisyah. Dalam benaknya, Aisyah bukan hanya seorang istri; dia adalah kekuatan dan inspirasi. Wanita keturunan Melayu Sumatera ini memiliki daya tarik yang tak tertandingi. Dengan tinggi badan sekitar 165 cm, Aisyah memiliki tubuh proporsional yang anggun. Rambutnya yang panjang dan gelap mengalir lembut, dibiarkan tergerai alami. Matanya yang besar, berwarna cokelat keemasan, memancarkan kecerdasan dan semangat. Senyum manisnya bisa mencairkan hati siapa pun yang melihatnya.

Ketika Adrian memasuki ruang presentasi, dia melihat Aisyah berdiri di depan layar besar, menyampaikan idenya dengan penuh percaya diri. Dia berbicara dengan suara yang tegas, tetapi lembut, mengalir seperti aliran sungai. Adrian terpesona oleh kehadirannya. Dia memperhatikan cara Aisyah menjelaskan setiap poin dengan detail, membawakan data dan fakta dengan sangat meyakinkan. Tatapan mata Aisyah yang tajam menunjukkan bahwa dia menguasai materi, dan Adrian merasa bangga dapat menyaksikan momen tersebut.

Seiring Aisyah menjelaskan, Adrian merasakan gelombang kasih sayang mengalir dalam dirinya. Dia ingat bagaimana Aisyah pernah bercerita tentang masa lalunya yang penuh luka; tentang ketidakpastian dan trauma yang harus dia hadapi seorang diri. Namun di balik semua itu, Aisyah adalah sosok yang tidak pernah menyerah, selalu berjuang untuk mencapai impian-impian besarnya.

Adrian mendekat dan berdiri di sisi Aisyah, mengamati wajahnya yang bersinar penuh semangat. Saat Aisyah mengalihkan pandangannya ke arah Adrian, seakan waktu berhenti. Senyumnya merekah, membuat Adrian merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Di dalam hatinya, dia tahu bahwa cinta yang mereka miliki adalah cahaya yang akan menghapus semua bayangan masa lalu.

Di akhir presentasi, Aisyah mendapat tepuk tangan meriah dari para hadirin. Adrian tak bisa menahan rasa bangganya. Dia melangkah maju dan merangkul Aisyah, membisikkan, "Kamu luar biasa, Sayang."

Aisyah menatapnya dengan mata berbinar, dan untuk sesaat, semua kesulitan dan trauma seakan sirna. Dalam pelukan itu, Adrian merasa dunia di sekelilingnya menghilang, hanya ada mereka berdua, terhubung oleh cinta yang tulus dan abadi.

Arunika CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang