Elkath.01

398 52 7
                                    

Dug!
"Orang gila," umpat seseorang seraya menendang kaki temannya yang tepar karena mabuk itu lumayan keras.

"Kenapa lagi, Git?" tanya seseorang yang baru saja tiba pulang kuliah.

Seseorang itu yang tak lain adalah Gita, Sekar Yupi Nagita. Ia mendengus kasar, "Biasa," sahutnya dengan kesal.

Dheara Seraphina - gadis itu terkekeh pelan. "Gara - gara si blue dress, lagi?" tanyanya yang langsung di acungi jempol oleh Gita.

Blue dress. Yap! Sudah 3 tahun lamanya seseorang yang mabuk itu - Eli, lebih tepatnya Helisma Izora Meghavini. Tergila - gila dengan si blue dress. Itu sama sekali bukan nama samaran yang memang sengaja disematkan.

Sebut saja Eli itu gila.
Tepat 3 tahun yang lalu, acara anniversary disalah satu kolega teman bisnis Papa-nya Eli. Saat itu Eli melihat sosok yang memakai dress berwarna biru, dan ia mencintai sosok itu pada pandangan pertama.

Namun, naasnya saat akan berkenalan tiba - tiba seseorang itu pergi dengan terburu - buru sepertinya sudah ditunggu oleh keluarganya. Dan karena itu juga yang membuat Eli hanya bisa menyebutnya dengan panggilan blue dress.

"Blue dress," gumamnya dengan mata terpejam.

Gita memandang Eli yang terpejam di sofa ruang tamu dengan mulut yang terus menyebut sosok blue dress itu dengan kesal, "Lo kemarin tidur dimana?" tanyanya mengabaikan gumamam yang keluar dari mulut Eli, ia menatap Dhea yang sedang pokus pada laptopnya.

Dhea, Gita, dan Eli adalah sahabat sedari kecil. Seperti saat ini mereka bertiga memutuskan untuk tinggal di kota Jakarta, dengan syarat dan ketentuan harus tinggal 1 rumah.

Dhea menatap Gita dengan sekilas, lalu kembali mempokuskan dirinya dengan laptop. "Dirumah Jinan."

"Awas aja kalo sampe lo sama si Jinan - Jinan itu pacarannya kelewat batas. Gue hajar sampe mampus tu orang," ujar Gita dengan menggebu - gebu seraya menatap Dhea dengan tatapan memberi peringatan.

Dhea tertawa ringan, "Calm, Nagita. Lagian selama gue sama Jinan pacaran, mentok - mentok cuman pelukan. Lo lupa, kalo gue suka risih disentuh sama sembarang orang? Event, dia orang terpenting dihidup gue."

Gita memutar bola matanya malas, "Ya, ya, ya, gue ga mungkin lupa sama itu. Tapi, tetep aja. Kalo lagi berduaan sama pacar, 'kan kadang nafsu agak susah buat dikendalikan."

"Arghhh," seru seseorang seraya memegang kepalanya yang pening akibat kebanyakan minum, siapa lagi jikalau bukan Eli.

"Mampus. Pusing 'kan pala lu?!" sungut Gita seraya memandang Eli dengan jengah.

Dhea menggeleng 'kan kepalanya pelan, ia bangkit dan memberikan Vitamin B6 kepada Eli.

"Thank you, Dey." ujar Eli yang langsung di angguki oleh Dhea. Lantas, ia menatap Gita dengan kesal, "Heh, kutu kupret! Kayanya lo benci banget, ada masalah apa lo sama gue, hah?!" nada yang dikeluarkan dengan lembut kepada Dhea berganti dengan nada yang sedikit keras karena emosi.

"Ya, lo mikir goblog. Lulus duluan diantara kita bertiga, sekarang udah punya perusahaan sendiri. Tapi, lo masih aja demen mabuk semenjak ketemu si blue dress itu," jelas Gita panjang lebar dengan emosi yang membara.

Eli mendengus pelan, ia tak lagi menyauti ucapan Gita, karena itu memang benar adanya.

"Lo masih butuh asisten pribadi ga, El?" tanya Dhea setelah beberapa menit hening.

Eli langsung memusatkan perhatiannya kepada teman yang lebih dewasa itu, "Butuh. Pake banget. Soalnya si Gito kagak bisa di andelin," ujarnya sedikit menyindir Gita yang memang kadang cosplay menjadi asisten pribadinya.

"Kena lagi gue," ujar Gita seraya mendesah lelah. "Btw, siapa yang mau jadi asisten pribadi si Eli, Dey?" tanyanya karena penasaran.

"Dia fresh graduete. Namanya-" Dhea sengaja menggantungkan ucapannya, ingin melihat reaksi Eli dan Gita.

"Deyyy," rengek Eli dan Gita yang memang sudah terlampau penasaran.

Dhea terkekeh geli, "Namanya-" ia menghembuskan nafasnya secara perlahan. "Arabella Kathrina,"

'Ginela.' sambungnya dalam hati.

●●●

Blue DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang