Setelah malam pesta kemarin, Alika tak henti-hentinya menerima pesan dari Andrew. Pria tampan dengan senyum khas itu ternyata langsung tertarik sejak pertemuan pertama mereka di pesta.
Pagi, Alika. Udah sarapan belum? Andrew mengirim pesan pagi ini, diikuti emoji senyum.
Alika mendengus sambil mengusap matanya yang masih mengantuk. Dia memang merasa Andrew menyenangkan untuk diajak bicara dan bersenang-senang. Tapi, perasaannya hanya sebatas itu, tidak lebih.
Aku udah sarapan. Makasih. Balas Alika dengan senyum simpul.
Dingin banget sih? Aku sampe gemetaran nih, Sayang. Pesan dari Andrew.
Alika hanya tersenyum sinis. Gak tertarik balas pesan lagi dari Andrew. Tanpa berlama-lama, pesan kembali masuk.
Kapan kita ketemuan lagi? Aku gak bisa berhenti kepikiran kamu, jujur aja.
Alika tetap cuek dan menaruh hapenya di meja. Saat ini Alika sedang berada di studio untuk sesi pemotretan bersama Vallen, salah satu rekan kerjanya yang juga seorang model populer. Jeno, yang tak lain adalah pacar Vallen, sibuk mengarahkan lighting dan menyesuaikan set untuk pengambilan foto.
Alika memperhatikan Jeno dalam diam. Ada sesuatu dalam cara Jeno bergerak yang selalu menarik perhatiannya. Mungkin, caranya yang tenang namun penuh kendali. Sekilas, Jeno melirik ke arah Alika dan memberikan senyum kecil. Alika merasa jantungnya berdetak lebih cepat, namun ia berusaha tetap tenang.
Namun, di tengah sesi pemotretan itu, Vallen tampaknya memperhatikan bahwa Alika terlalu sering memandang Jeno. Setelah selesai, ia mengajak Alika ke sudut studio yang sepi.
"Alika, aku tahu apa yang ada di pikiran kamu," ucap Vallen dengan nada dingin.
Alika menelan ludah, tak menyangka Vallen akan mengajaknya bicara dengan nada seperti itu. "Apa maksud kamu, Len?" tanya Alika hati-hati.
Vallen menatap Alika tajam, lalu mencengkeram tangannya.
"Kamu naksir Jeno, kan? Tapi dengerin baik-baik, Alika, aku nggak akan biarkan kamu ngerebut dia dari aku."
Alika sedikit kaget. "Val, kamu salah paham," elak Alika, berusaha menahan rasa tidak nyaman.
Namun, Vallen hanya semakin mencengkeram tangan Alika lebih erat, membuat Alika mengernyit kesakitan.
"Jangan main-main sama aku, Alika. Aku bisa pecat kamu kapan aja," bisik Vallen sebelum merusak lipstik yang sudah dipoles dengan rapi di bibir Alika.
***
Setelah photoshoot Vallen hari itu selesai, Alika kembali ngantar Vallen pulang ke rumahnya. Mereka tiba di rumah Vallen, Vallen menyadari sesuatu.
"Oh, cincinku ketinggalan di studio! Alika, kamu balik ambil itu ya."
"Kok aku, sih?" protes Alika.
Vallen meliriknya tajam. "Please, kamu kan tahu cincin itu penting buatku. Cincin itu hadiah dari Jeno. Lagian siapa lagi yang bisa aku andalkan? Ya, Alika ...."
Dengan berat hati, Alika bergegas pergi, tapi Vallen menahan tangan Alika.
"Apa lagi?" tanya Alika sudah bete.
Vallen menyeringai. "Gak ada orang di studio. Jeno juga gak ada di sana. Mereka baru berangkat ke Bandung ada kerjaan. Jadi jangan harap kamu bisa lampiasin nafsu binal kamu di sana. Kalau pun kamu kebelet sange banget, yang ada Cuma Abang Security perumahan. Kamu ajak dia main aja." Vallen kasi kunci studio ke Alika.
Alik terdiam agak kaget. "A-apa maksud kamu, Len?"
Vallen tertawa geli. "Oalah, Alika. Kamu pikir aku gak tau waktu itu kamu ngintipin aku lagi ngewe sama Jeno sampai kamu halu, terus kamu akhirnya ngewe sama Zeyn."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Spinjam Rela Diewe
SonstigesAlika cewek cantik yang kuliah di Jakarta, sementara ibunya ada di kota kecil. Karena terbelit hutang akibat diberhentikan kerja di pabrik, sedangkan dia harus membantu ibunya yang sakit dan membiayai kuliahnya, Alika terpaksa meminjam pada renteni...