Prolog

21 3 1
                                    

Yvitraburg, orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan Kerajaan Matahari. Bukan tanpa alasan, konon katanya kerajaan ini pernah didatangi oleh Dewi Matahari, Omi. Namun nyatanya, tempat itu adalah tempatku pertama kali turun ke bumi ini.

Kurang lebih sekitar 3000 tahun yang lalu, Dewi Omi membuangku ke bumi atas tuduhan bersekutu dengan iblis. Tentu saja semua itu hanya fitnah, aku tidak bersekutu dengan iblis, aku hanya senang berteman dengan mereka.

Lagi pula, entah itu iblis atau malaikat, mereka semua adalah makhluk yang sama menurutku. Kenapa harus berselisih jika terdapat kesamaan? Benar-benar membuang waktu.

"Nyonya, kita sebentar lagi akan sampai di Yvitraburg," ujar pria yang tengah mengendari kereta kuda ini.

Aku bangun dari posisiku yang sebelumnya tengah berbaring, angin yang bertiup dari arah sungai Yvitraburg membuat helaian-helaian rambutku tertiup seperti ombak. Tapi, angin itu sepertinya tidak terlalu berdampak pada pria di depanku, seolah-olah angin menolak kehadirannya.

"Bahkan angin saja masih menolak keberadaanmu, Gabriel," ujarku diakhiri tawa, "Kenapa kau tidak mencoba melepaskan jati dirimu sebagai malaikat maut dan hidup seperti manusia pada umumnya?" tambahku.

"Anda sangat senang bergurau, Nyonya." Aku dapat melihat ujung bibirnya yang sedikit terangkat, dia tersenyum tipis.

"Sebentar lagi aku akan kembali ke surga, apa kamu akan tetap tinggal di bumi atau berkeliaran di langit tanpa memiliki tujuan akhir?" tanyaku.

"Kita masih memiliki banyak waktu, Nyonya, tidak perlu terburu-buru untuk memikirkan hal tersebut."

"Jawabanmu bahkan sama seperti jawabanmu seribu tahun yang lalu, apa kamu tidak takut jika aku pergi selamanya? Kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi."

"Itu tidak mungkin, Anda adalah seorang malaikat, Anda tidak akan pernah pergi selamanya atau meninggalkan saya," tegas Gabriel.

"Baiklah, aku tidak akan kemana-mana, jangan menangis, anak manja!" Aku mengusap kepalanya dengan sedikit kasar.

Kereta kami kini berada tepat di depan gerbang timur Yvitraburg, Gabriel segera menunjukkan plakatnya supaya diperbolehkan masuk ke kerajaan. Plakat itu bukanlah plakat biasa, itu adalah plakat yang diberikan padaku sekitar 500 tahun yang lalu oleh Kaisar Aloycius, Sang Penyihir Terhebat di Seluruh Benua yang mungkin masih hidup saat ini.

"Tempat ini banyak berubah sejak terakhir kali aku kemari, dulu ini hanyalah sebuah padang rumput yang dikelilingi oleh hutan," tuturku.

"Itu adalah ingatan Anda saat pertama kali datang ke bumi, tempat ini sudah maju sejak kedatangan manusia," sahut Gabriel.

"Apa begitu? Sepertinya aku pernah kemari beberapa tahun lalu."

"Jika begitu, seharusnya saya berada di sini dan mengingatnya, bukan?"

"Benar juga, mungkin aku terlalu banyak melamun."

Aku mulai menatap ke segala arah, pemandangan dan kerumunan orang-orang di kerajaan ini benar-benar terlihat damai. Terlalu damai sampai aku penasaran, akan seperti apa jika aku membakar mereka semua saat ini.

"Rasanya aneh, biasanya aku menerima banyak sambutan dari kerajaan-kerajaan yang aku kunjungi," keluhku

"Anda tidak ingin saya mengabari Yvitraburg bahwa Anda akan datang, itu alasan kenapa Anda tidak memiliki sambutan saat ini," tegas Gabriel.

"Habisnya, sambutan-sambutan itu sangat meropatkanku, aku kemari untuk bersantai," ujarku.

Gabriel menghentikan kudanya tepat di depan sebuah bangunan tua, itu adalah rumah yang telah dipesan oleh Gabriel untuk kami. Tidak jauh dari pusat kerajaan, namun jauh dari keramaian dan kehidupan sosialita para bangsawan. Benar-benar tempat yang damai untuk ditinggali.

"Anda bisa beristirahat, saya akan membereskan barang-barang Anda secepat mungkin." Tanpa menunggu jawabanku, pria bersurai panjang segera membawa barang-barangku ke dalam rumah.

"Apa aku boleh berjalan-jalan di pusat kota?" tanyaku.

"Tentu, saya akan menyusul Anda nanti," jawab Gabriel, "Tapi tolong, Anda harus menepati ucapan Anda dengan tidak menarik perhatian di pusat kota, saya akan sangat kerepotan," tambahnya.

"Tentu, aku akan berusaha untuk tidak menarik perhatian mereka dengan kecantikanku ini!" Aku turun dari gerobak dan berjalan dengan riang ke arah pusat kota.

Kerumunan orang yang berjalan ke arah pusat kota semakin banyak, sepertinya terdapat sesuatu yang menarik terjadi di sana. Ketika aku sampai di pusat kota, orang-orang tengah berkumpul untuk merayakan kepulangan pangeran-pangeran Yvitraburg, sepertinya mereka baru memenangkan sebuah perang.

Musik mulai mengiringi kedatangan mereka, ini memang hanya kesenangan sesaat, tapi menikmati kehidupan di dunia fana dan mengikuti semua kegiatan manusia telah membuatku terbiasa. Sangat disayangkan aku akan meninggalkan tempat ini dalam 100 tahun.

Terdengar teriakan dari gadis-gadis saat para pangeran berkuda berjalan melewati kerumunan ini. Mereka melambaikan tangan dan tersenyum senang, seolah-olah ini adalah sebuah panggung dan mereka berada di puncak kehidupan. Namun, ada seorang pangeran yang berwajah datar di antara mereka. Dia menoleh ke arahku ketika aku tengah memperhatikannya dari kejauhan.

Dia berkedip beberapa kali sebelum akhirnya tersenyum tipis. Tunggu! Apa dia baru saja tersenyum padaku? Tapi kenapa? Untuk apa? Apa dia mengenaliku? Apa menyembunyikan energi sihir tidak cukup untuk terlihat seperti orang biasa?

Aku segera pergi meninggalkan pusat kota dan kembali ke rumah dengan tergesa-gesa, namun langkahku segera terhenti saat aku menabrak dada seorang pria yang sangat keras.

"Hidungku ... sakit sekali," keluhku.

"Kenapa Anda kembali sangat cepat? Apa terjadi sesuatu?" tanya Gabriel khawatir.

"Sepertinya seseorang mengenaliku," jawabku yang masih terengah-engah.

"Apa yang Anda lakukan sampai bisa menarik perhatian orang-orang?"

"Tidak, aku hanya melihat kedatangan para pangeran, aku menatap seorang pangeran yang berwajah datar dan sepertinya ... dia mengenaliku."

"Anda tidak perlu sekhawatir ini, bukan? Saya yakin dia tidak mengenali Anda, mereka tidak akan tiba-tiba mengirimkan surat undangan kepada Anda hanya karena tatapan kecil."

Gabriel benar, aku terlalu khawatir. Aku tidak ingin liburanku terganggu oleh urusan politik kerajaan yang memusingkan, aku hanya ingin segera pensiun sebagai peramal dan hidup damai hingga Dewi Matahari menjemputku kembali ke surga.

Tatapan kecil tidak akan menyakiti siapa-siapa, aku tidak perlu khawatir! Begitulah pikirku, sampai sepucuk surat sialan datang dari kerajaan Yvitraburg.

"Kalau begitu, saya harap Anda segera datang ke istana untuk menemui Yang Mulia Raja," pinta seorang prajurit kerajaan.

"Baik, terima kasih, aku akan segera menanggapi surat ini." Aku menutup pintu dan memberikan surat itu kepada Gabriel dengan sedikit kasar.

"Ternyata firasat saya salah," ujar Gabriel dengan nada mengejek.

"Apa sebaiknya aku bakar saja kerajaan ini? Seharusnya tidak akan lama."

"Anda bisa mendapatkan hukuman dari surga jika melakukan perbuatan keji terhadap manusia."

"Kalau begitu, bagaimana jika kau saja yang aku bakar?"

"Jika begitu, maka tidak akan ada kematian lagi di dunia ini."

"Pergi sana!" Aku menendang kaki Gabriel sebagai bentuk rasa kesal.

End of the Prolog

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wings of Night, Love's Lost LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang