Spin-off (1)

766 43 9
                                        

"Hi, Jenny. Daddy, Mommy, dan Jaehee datang."

Jeno menyapa putri kecilnya yang sudah terkubur oleh tanah. Setelah mengumpulkan keberanian, ia akhirnya mampu datang untuk berkunjung. Tidak ada air mata yang jatuh karena ia sudah ikhlas.

"Mommy minta maaf gak bisa menyelamatkan Jenny. Jangan marah sama Mommy ya, karena cinta Mommy buat Jenny ternyata tidak bisa mengalahkan cinta Tuhan." Jeno mengusap lembut batu nisan makam putrinya.

"Jenny, terimakasih sudah berkorban untuk menyelamatkan Mommy dan saudaramu ya. Daddy janji akan menjaga mereka untukmu." Johnny mendekatkan Jaehee yang berada di dalam gendongannya pada batu nisan Jenny. Bayi mungil itu mengulurkan tangannya dan menyentuh batu nisan, seolah sedang menyapa saudara kembarnya.

"Baby, sebelum pulang kita menyapa Ten dulu boleh?"

Setelah mengirim doa, dan beranjak pulang. Johnny menyampaikan niatnya yang ingin datang mengunjungi makam Ten. Sudah lama ia tidak datang berkunjung, terakhir kali ketika Johnny meminta izin untuk menikah lagi pada bulan November lalu.

Jeno tersenyum, lalu mengangguk. Keduanya pun datang ke makam Ten yang tidak jauh dari makam Jenny.

"Hallo Ten, maaf baru datang. Saya tidak datang sendiri hari ini. Jeno dan Jaehee juga bersama saya, kami ingin mengirim doa untukmu." Johnny menatap sayu makam Ten. Satu-satunya yang ia sesali dalam hidup adalah tidak memberikan banyak cinta pada almarhumah istrinya. Johnny terlalu lama larut dalam kesedihannya setelah pernikahan Taeyong dengan Jaehyun.

"Mommy Ten, boleh kan Jeno memanggilmu seperti itu? Mommy Taeyong bercerita banyak tentangmu. Jeno mau berterimakasih pada Mommy Ten. Terimakasih karena pernah menjadi alasan Jo melanjutkan hidup sampai sekarang. Kalau bukan karena Mommy Ten, Jeno gak akan bertemu dengan Jo, apalagi menikah. Jeno juga mau minta izin, izinkan Jeno untuk menemani Jo sebagai istrinya dan izinkan Jo mencintai Jeno selamanya. Jeno janji akan mencintai Jo selamanya juga."

Johnny tersenyum simpul mendengar ucapan Jeno pada Ten. Suami kecilnya itu begitu lucu ketika menyebut dirinya sendiri istri. Pemandangan yang sangat manis.

Drrrtttt ....

"Baby, sebentar ya. Saya angkat telfon dulu, titip Jaehee." Johnny menyerahkan Jaehee pada Jeno.

Mengabaikan Johnny yang sedang telfon, Jeno kembali menatap makam Ten.

"Mommy Ten, lihatlah putraku mirip sekali dengan suami kita. Aku yang mengandungnya 8 bulan, tapi malah dia mirip Daddy-nya, menyebalkan sekali bukan?" Jeno mengadu, bibirnya mengerucut kesal sembari menatap Jaehee yang sibuk bermain dengan tali bajunya.

"Baby, kita harus ke rumah sakit sekarang. Donghyuck mau melahirkan."

Mata sipit itu menatap penuh binar ketika mendengar ucapan sang suami. Lalu, dengan cepat ia menengok makam Ten lagi untuk terakhir kalinya.

"Mommy Ten dengar bukan? Mommy Ten akan punya cucu sebentar lagi, Jeno akan punya keponakan. Selamat untuk Mommy Ten dan Jeno." serunya ceria, bahagia bukan main.

Johnny hanya mampu tersenyum simpul, melihat kelakuan Jeno. Tentu saja ia tidak panik, karena ia mendapatkan kabar kalau Haechan akan lahiran normal. Jadi tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan.

"Ayo ke rumah sakit sekarang, Jo."

| | |

"He's boy!"

Jeno tersenyum begitu lebar ketika melihat putra Haechan terlahir sehat tanpa kurang sedikitpun. Sebenarnya Jeno merasa iri karena Haechan melahirkan bayinya dengan normal tidak seperti dirinya. Tapi, perasaan itu langsung ia buang jauh-jauh. Jeno bersyukur, Haechan tidak mengalami apa yang dialaminya.

𝐘𝐨𝐮𝐧𝐠 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang