01. About Karina

255 154 15
                                    

━━━━━━━━━━━━━━━

Happy Reading !

• Turn on the dark mode

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Turn on the dark mode

Don't copy anything here dear, pick ur own style.

Disebuah kamar, terdapat gadis yang masih menyelam di alam mimpinya.

Sinar sang mentari tiba dan mulai memasuki kamar gadis itu, karena merasa risih ia mulai terbangun dari alam mimpi.

Setelah terbangun dia tak langsung memulai aktivitas nya, ia duduk sebentar di pinggir ranjang sekedar untuk mengumpulkan nyawa. Lebih tepatnya niat untuk memulai hari sih.

Setelah dirasa cukup, ia mulai melakukan aktivitasnya.

Mulai dari menata kasur, mandi lalu menggunakan seragam. 

Ia bercermin sebentar untuk mengecek penampilan. Dan menurutnya penampilannya sudah perfect. Lalu ia melihat ke nametagnya.

Yu Karina, tertulis nama itu di nametag nya, Yu adalah marganya dan Karina adalah namanya.

Melihat marganya, ia jadi teringat seseorang. Seseorang yang sangat berharga bagi Karina.

Tak lama dia tersadar dan mulai pergi dari kamarnya untuk menuju ruang makan untuk sarapan dengan ibunya.

Di ruang makan terdapat seorang wanita yang sedang menata makanan. Wanita itu adalah ibu Karina, nyonya Yu.

"Eh, Karin? Sini ayo makan, udah bunda siapin." Ibu Karina menyambut Karina dengan senyumannya.

"Iya bun" Karina hanya mengiyakan permintaan ibunya, toh udah lama dia ga makan bareng bundanya.

Bunda nya Karina sibuk kerja, makanya dia jarang ada di rumah dan Karina its okey sama hal itu. Walau sibuk ibu Karina masih sempatin buat bikin sarapan atau makan malam buat Karina. Dia ga lupa sama tugasnya sebagai ibu.

Kalau kalian tanya dimana ayah Karina, jawabannya ayah Karina sudah dijemput oleh sang pencipta dari Karina umur 13 tahun.

Alhasil bundanya Karina jadi single parent buat Karina. Dan ya, Karina menjadi anak tanpa ayah sejak kecil.

Bunda Karina ikhlas kok kalau suami dan ayah dari anaknya kembali ke pelukan pencipta, dia tau kalau semisal dia ga ikhlas, terus yang jaga Karina siapa?

Walau harus jadi tulang punggung dan ibu rumah tangga sekaligus. Bunda Karina ga pernah ngeluh, dia harus kuat buat anak semata wayang nya, Karina.

"Bunda! Karina berangkat dulu ya!" ujar Karina sembari memakai sepatu miliknya. Karina berbicara agak keras supaya bunda nya bisa dengar dari dapur.

"Iya, hati-hati di jalan Karin!" Setelah mendengar itu Karina mulai pergi berangkat ke sekolah atau SMAnya, Kwangya High School.

Karina POV. 

Aku mulai berjalan keluar selepas memakai sepatu, dari rumah ke sekolah tuh ga jauh. Paling 10 menitan juga sampe, karena itu aku sering telat.

Soalnya aku sering ga sadar waktu mentang-mentang rumah paling dekat sekolah.

"AYAH!" Aku denger suara anak kecil lagi manggil ayah nya, dan ayahnya langsung noleh. Dia nyambut teriakan anaknya dengan pelukan. 

Kadang aku iri liat anak-anak kecil lagi bermain atau pergi sama ayahnya, dulu sebelum ayahku meninggal, ayah jarang di rumah seringnya kerja lembur berangkat gelap pulang gelap.

Dulu pas ayah meninggal, perasaan ku langsung campur aduk, mau cerita tapi ya gimana?

Ayahku dulu workaholic, soalnya ayah ku larang bunda buat kerja ya walau sekarang bunda ketularan workaholic nya ayah.

Tapi gitu-gitu ayah selalu nyisihin waktu di akhir pekan buat ajak aku dan bunda jalan-jalan. Yah, walau ga terlalu sering.

Setiap kali ayah ada waktu, dia selalu ajak aku sama bunda ke jurassic park, taman, pantai, banyak lah!.

Aku jadi kangen sama ayah, udah lama juga aku ga ke tempat peristirahatan terakhir ayah.

Ya.. Masuk akal sih, makam ayah di Jogja, sedangkan aku sama bunda ada di Jakarta. 

Kok di Jogja? Ayah sama bunda ketemu dan nikah di Jogja sebelum pindah ke Jakarta, makanya di wasiat ayah nulis pengen di kubur di Jogja. 

Karena Jogja dan Jakarta jauh, aku jarang ke makam ayah. 

Kalau kalian tanya aku bisa bahasa jawa atau ga, jawabannya tentu tidak.

Aku emang lahir di Jogja, tapi aku besar di Jakarta.

Jadi yah, ga bisa sama sekali aku tuh!

Paling cuma bisa jawab nggih, mboten, matur nuwun, nyuwun sewu, udah itu doang. Itu aja diajarin sama bunda. 

Katanya sih, biar nanti pas pulang ke Jogja ga dinyinyir sama tetangga. You know lah.

Dulu juga aku ga ada temen, sebenernya ada tapi pas tau aku anak tanpa ayah, mereka langsung jauhin aku. Apa salahnya sih?

Kalo aku inget masa SMP tuh bawaannya pengen nangis aja, makanya aku nyoba cuma liat ke masa depan.

Kadang aku masih trust issue sama orang asing.

Tapi.. Pas aku masuk SMA, aku ketemu sama orang yang bener-bener mau nerima aku apa adanya...

"YO RINAA!" Ini salah satunya, Kim Winter.

"Morning my friends! Mau sarapan bareng ga? Iya? Okey gas!" Tanpa menunggu jawaban ku, Winter menarik tanganku dan langsung menyeretku ke kantin.

Pas di kantin, sudah ada Ningning sama Giselle juga ternyata.

Mereka ajak aku buat makan sarapan bareng, yah.. Aku aslinya udah makan sih, tapi gapapalah mayan gratis.

Aku kadang heran, kok mau ya mereka temenan ma aku? 

Emang apa kelebihan ku? Apa yang mereka liat dariku?

Aku pinter? Ga juga. Nilaiku ya rata-rata.

Baik? Ga juga..

Cantik? Eum.. Kadang sih aku ngerasa cantik..

"Rin? Lu kenapa?" tanya Giselle 

"Ga ada kok sel" sahut Karina

Setelah itu kita lanjut makan diiringi canda tawa dan jokes dari Winter.

Tapi aku bersyukur mereka mau menerimaku, setidaknya mereka rumahku untuk pulang dan istirahat dari realita dunia yang kejam.

━━━━━━━━━━━━━━━

To be continue..

Holaa! Aku kaget ternyata ada yang baca book ini ternyata, tysm udah mau baca all! TT

Janlup votment !  See ya!

-author

[✔] About Them | æspaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang