Abian Cakrawala adalah mahasiswa yang cerdas dan cukup pemalu. Di kampus, ia termasuk tipe yang lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan atau menyendiri, namun dia juga memiliki lingkaran teman yang akrab dengannya. Suatu hari, dosen baru mata kuliah yang diambilnya masuk ke kelasNamanya Athalia Aldara, seorang dosen muda yang memiliki penampilan tenang namun sangat cerdas. Saat itu, Abian merasa ada sesuatu yang berbeda, rasa kagum dan kekaguman yang perlahan berubah menjadi ketertarikan.
Athalia bukan hanya pintar, tetapi juga sangat memperhatikan mahasiswanya. Ia selalu membuat suasana kelas hidup, mengajukan pertanyaan yang mendorong diskusi, dan cara mengajarnya yang ramah membuatnya dekat dengan para mahasiswa. Abian pun mulai lebih semangat menghadiri kelas, mencari kesempatan untuk terlibat dalam diskusi agar mendapat perhatian lebih dari Athalia.
Suatu hari, Abian mendapat kesempatan berbicara dengan Athalia secara pribadi ketika ia meminta bantuan mengenai tugasnya. Saat itu, ia mulai mengenal Athalia lebih dekat. Mereka berbicara tentang topik akademis, tapi Abian juga diam-diam mencari tahu tentang minat dan kesukaan dosennya itu. Sering kali, ia merasa kikuk dan gugup di hadapan Athalia, namun senyuman hangat sang dosen membuatnya merasa dihargai.
Namun, Abian sadar bahwa perasaannya rumit. Ia paham bahwa dosen dan mahasiswa memiliki batasan tertentu, dan ia tidak ingin perasaannya mengganggu hubungan profesional di antara mereka. Meski begitu, perasaannya kepada Athalia justru membuatnya semakin giat dalam belajar dan termotivasi untuk meraih nilai terbaik. Ia bertekad untuk menjadi mahasiswa yang menonjol di mata Athalia bukan hanya karena ketertarikannya, tetapi juga karena prestasinya.
Di sisi lain, Athalia mulai menyadari bahwa Abian sering mencarinya untuk bertanya atau berbicara di luar jam kuliah. Ia menganggap hal itu sebagai tanda dari mahasiswa yang serius dalam studinya, tetapi kadang ia juga merasa bahwa Abian memiliki ketertarikan lebih. Meski begitu, sebagai dosen, Athalia tetap menjaga profesionalitasnya.
(Di kelas, Abian duduk di barisan tengah, sesekali memperhatikan Athalia yang sedang menjelaskan materi di papan tulis. Abian berpikir dalam hati, merasa terpesona dengan cara Athalia berbicara dengan penuh antusias dan kedewasaan.)
Abian (berbisik pada dirinya sendiri): "Kenapa aku jadi nggak fokus, sih? Padahal cuma dosen... tapi caranya menjelaskan beda banget. Kayaknya semua jadi lebih menarik."
(Athalia tiba-tiba menoleh ke arah Abian dan tersenyum hangat, membuat Abian tersadar dari lamunannya. Jantungnya berdebar.)
Athalia: "Abian, kamu sudah paham sampai sini? Atau ada yang ingin ditanyakan?"
Abian (gugup): "Eh... iya, Bu. Eh, maksudnya, paham, Bu. Terima kasih."
Athalia (tersenyum lembut): "Baiklah, kalau ada yang kurang jelas, jangan ragu untuk bertanya, ya."
(Abian mengangguk kikuk. Ketika Athalia kembali menghadap papan tulis, Abian kembali termenung.)
Abian (dalam hati): "Kenapa senyumnya bisa bikin deg-degan gini? Padahal cuma nanya biasa... Ah, nggak mungkin, ini cuma kekaguman biasa."
Abian dan Athalia bertemu di perpustakaan, dan Abian memanfaatkan kesempatan untuk bertanya sekaligus berbicara lebih dekat dengan Athalia
Abian (dalam hati): "Ini kesempatan bagus buat tanya soal tugas... tapi gimana caranya nggak keliatan aneh?"
(Abian menarik napas, memberanikan diri untuk mendekati meja Athalia.)
Abian: "Permisi, Bu Athalia. Maaf mengganggu, saya cuma mau tanya soal referensi untuk tugas minggu depan."
Athalia (terkejut sebentar, lalu tersenyum ramah): "Oh, Abian! Tentu saja, nggak mengganggu kok. Duduk saja di sini."
(Abian duduk di depan Athalia dengan perasaan gugup namun berusaha terlihat santai.)
KAMU SEDANG MEMBACA
obsessed with my lecturer
Teen FictionAbian Cakrawala salah satu mahasiswa Athalia, adalah sosok yang sangat berbeda dari rekan-rekannya. Ia pendiam, misterius, tetapi pandai dan sering memiliki pandangan yang unik saat diskusi di kelas. Abian sering mendapatkan nilai tinggi, bukan hany...