Hari yang melelahkan, tugas yang tidak ada habisnya, teman sekelas yang menyebalkan, membuat Aiza mengeluh sepanjang perjalanan dari sekolah menuju rumah.
Saat sampai di halaman rumah, Aiza melihat banyak teman-teman kuliah Kakaknya sedang asik bercanda gurau, Aiza mengintip dari balik pagar karena suara tawa yang cukup keras itu terdengar sampai keluar, ia mengenal hampir semua teman Kakaknya kecuali pria yang sedang memainkan laptopnya itu.
"Hei, bagaimana denganmu, kau juga sama saja," seorang pria dengan postur tubuh sedikit berisi berkata, David.
"Benar-benar, aku bahkan masih ingat bagaimana ekpresi Zio ketika dia di tolak oleh seorang gadis," Theo tertawa.
"Bukan di tolak," jelas Zio, mereka menatap Zio dengan penuh pertanyaan. "Belum di terima."
"Sama saja," mereka kemudian tertawa semua, pria yang tampak sibuk dengan laptopnya pun ikut tertawa mendengar lontaran-lontaran yang memojokkan Zio.
Saat Abian menatap ke samping, ia melihat seorang gadis kecil yang tengah mengintip dari pagar, Abian menyikut Zio lalu memberi kode untuk melihat ke pagar, "bukankah itu adikmu?" Ucapnya.
Zio dengan tatapan jahil melangkah perlahan ke arah pagar, lalu membuka pagar itu, membuat Aiza yang menyenderkan tubuhnya kepagar ikut terdorong ke dalam, Aiza yang menempel pada pagar melempar senyum lalu melambai ke semua teman Kakaknya sebelum akhirnya berlari masuk ke dalam rumah setelah memberikan tonjokan ke perut Kakaknya hingga Zio meringis sakit.
"Hei, Awas kau tupai kecill!"
Saat sampai di dalam rumah, Aiza membuka gorden jendela lalu menjulurkan lidah pada Zio.
"Adikmu lucu sekali," Theo tertawa.
"Apa kau buta? Tupai itu kau bilang lucu?" Zio berdecak lalu kembali duduk bergabung bersama mereka.
♡●♡
Lelah mengerjakan tugas kuliah mereka, mereka pergi ke dalam untuk memasak bersama, di pinggir kolam Aiza sedang mengerjakan tugas sekolahnya, Abian yang pergi ke belakang untuk melihat kolam renang melihat Aiza yang malah tertidur di pinggir kolam dengan buku bukunya.
"Aiza" Zio memanggil Aiza karena ia tidak mendapati Aiza di kamarnya, "hei, bukannya mengerjakan tugas kau malah tidur?" Zio berdecak, tadinya ia meminta Aiza untuk bergabung dengan teman-temannya, karena Aiza suka sekali memasak, namun ia malah melihat Aiza sedang terlelap bersama buku-bukunya.
Aiza membuka matanya perlahan, "kalau bisa juga sudah aku kerjakan, aku tidak bisa mengerjakannya, jadi lebih baik aku tidur," Aiza berceloteh namun Zio menatap marah.
"Tugas apa itu?"
"Fisika, kenapa? Mau membantuku? Nilai mu saja lebih jelek dariku saat kau menduduki bangku SMP!" Aiza ganti posisi menjadi duduk.
"Bukan aku yang akan membantumu, tapi.." Zio menatap sekeliling lalu melihat Abian yang menyender di dekat kaca kolam, "Abi, ya Abi," tunjuknya pada Abian.
Abian menunjuk dirinya dan Zio mengangguk, "nilai fisikamu sangat bagus bukan? Jadi maukah kamu membantu adikku?" Zio dengan tatapan memelas.
Aiza menatap Abian, begitupun sebaliknya, lalu Abian menatap Zio, "baiklah."
Abian duduk di samping Aiza, lalu mulai mengajari Aiza, Aiza memperhatikan dan mulai mengerti satu persatu soal yang di berikan guru kepadanya. "Kau kerjakan dulu tugasmu, aku akan makan dulu."
Aiza mulai mengerjakan sesuai yang di ajarkan Abian kepadanya, dan saat selesai Aiza membawa buku tugas itu dan melihat teman-teman Zio yang sedang makan.
"Tupai, sini, makan dulu," Zio memanggil Aiza untuk makan, Aiza menyimpan buku tugasnya lalu duduk di samping Zio dan di hadapan Abian.
Aiza makan dengan lahap, "gadis kecil, enak bukan masakannya?" David berbangga diri karena dirinya yang memasak.
Aiza dengan mulut penuh mengangguk tersenyum hingga terbentuk bulan sabit dimatanya lalu memberi jempol pada David. "Coba ini juga, ini minuman segar buatanku," Theo memberikan minuman yang ia buat pada Aiza.
"Enak," Aiza kembali memberi jempol. Aiza mengetahui semua teman Kakaknya yaitu Theo dan David yang satu SMA dengan Kakaknya, tapi yang tidak ia tahu hanyalah Abian, sepertinya itu teman baru Kakaknya di kampus.
Selesai makan, Aiza berdiri di samping Abian yang sedang mencuci piring, "Kak, aku tidak tahu namamu," ucap Aiza
"Abian," Abian menoleh pada gadis kecil yang tingginya hanya sampai sikutnya.
"Baiklah Kak Abi, aku akan menunggumu di sofa, aku sudah menyelesaikan semuanya," Aiza memperlihatkan buku tugasnya lalu berlari kecil ke ruang tamu nenunggu Abian.
Saat Abian selesai dan duduk di hadapannya, Aiza menyerahkan tugasnya kepada Abian, "bagus, betul semua, kamu sangat pandai apa yang membuat kamu malas mengerjakan?"
"Aku tidak suka, marena fisika itu rumit harus mengetahui rumus padahal matematika saja sudah banyak rumus," Aiza mengeluh, Abian mengangguk mengerti apa yang di keluhkan Aiza.
"Semuanya rumit saat kita tidak benar-benar tahu, tapi saat tahu, bukankah mudah mengerjakannya?"
Aiza mengangguk, "benar," Abian kemudian mengembalikan buku tugas Aiza, lalu berdiri dan mengusap kepala Aiza sebelum akhirnya bergabung kembali ke halaman depan bersama teman-temannya.
Aiza memegang kepalanya yang di usap oleh Abian, lalu tersenyum manis dan berlari-lari kecil berjalan menuju kamarnya di lantai atas.
♡●♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen FictionAiza jatuh cinta pada Abian, namun Abian sama sekali tidak menyadarinya, perbedaan umur mereka yang terbilang jauh membuat Abian menganggap semua perhatian Aiza kepadanya sebagai seorang adik kepada Kakaknya. Setelah kelulusan Abian, mereka di pisah...