Malam pertama

17 8 5
                                    

Langit sudah menjadi warna jingga. Semua orang bergegas menuju ke kamar asramanya masing-masing. Pintu kamar asrama mereka terbuka, Artha mulai melangkahkan kakinya masuk dan menutup pintu kembali serta menguncinya.

Artha bergegas membersihkan dirinya, sedangkan yang lainnya bikin makan malam. Selesai Artha mandi dia menghampiri temannya dan duduk di meja makan.

"Habis ada eskul kah?" Tanya Furita menoleh ke arah artha. "Iyaa, ada eskul karate," jawab Artha sembari mengupas kulit pisang.

"Oiyah kalian udah tau peraturan disini belum?" Ucap Artha sambil mengunyah pisang.

"Udah, habis diberitahu sama Valerie dan Zora. Tapi gue masih bingung sama peraturan yang ke 5,7,8,9."

"Gak lu doang kok yang bingung, semua orang juga bingung tapi yaa mau gimana lagi turutin peraturan aja lah," ucap Artha.

Masakan telah jadi, kini mereka makan bersama. Sebelum itu Valerie menutup semua jendela, dan mengunci pintu rapat-rapat karena hari sudah terlihat gelap.

Mereka makan malam sembari menonton televisi. Selesai makan malam kini gantian Artha dan furita yang mencuci piring, Valerie,Zora dan Vanya kini duduk di sofa melihat televisi.

Selesai mencuci piring, mereka berkumpul. Vanya menyalakan laptopnya mencari informasi tentang sekolahnya. Setelah mencari-cari akhirnya dia mendapatkannya.

"Lu percaya gak sama berita itu?"

"Hm... kayanya iya deh," jawab Furita.

"Lu salah, berita ini palsu kalau lu percaya sama berita ini hahhaa berarti lu kemakan informasi palsu." Artha, Valerie dan Azora tertawa bersama.

Hal itu membuat Vanya dan furita kebingungan apa yang dimaksud dengan mereka. Mereka menatap satu sama lain.

"Gue bakal kasih tau kalian, mau kalian percaya atau enggak itu terserah tapi itu fakta sebenarnya." Valerie menatap serius Vanya dan furita. Artha dan Azora juga menatap mereka.

"Disekolah ini ada sebuah sosok yang Dimana sosok itu akan berkeliaran pada malam hari. Sosok itu adalah "hantu tanpa wajah". Sosok ini itu sering menganggu semua orang yang berkeliaran di malam hari nah makanya itu kita dilarang keluar saat malam hari."

"Konon katanya kalau kita bertemu dengan sosok itu akan mengalami kecelakaan/kejadian buruk seperti bunuh diri,gangguan mental,dll. Intinya setelah kejadian itu terjadi keesokan harinya kita udah meninggal dunia. Setelah meninggal jasad/mayat kita itu dijadikan Tumbal."

Vanya dan furita terdiam setelah mendengarkan cerita dari valerie dan Artha. Tiba-tiba terdengar suara teriakan, mereka menengang lalu memegang tangan satu sama lain. Mereka mematikan lampu dan pergi ke tempat tidur sembari menenangkan diri.

"itu suara apa? Kenapa ada orang yang berteriak? Kita gak nolong orang itu?" Tanya Vanya. "Yaa itu suara orang yang sedang dikejar sama sosok itu, enggak!!! Kita masih sayang sama nyawa kita nanti kalau kita tolongin kita juga kena imbasnya." Jawab Azora.

"Gue ingetin sama kalian buat jangan mudah percaya sama orang lain karena  sosok itu juga bisa menyamar sebagai orang."

"Okee," jawab all. Mereka mulai mengantuk dan hampir menutup matanya tetapi mereka mendengar suara yang membuat mereka membuka matanya kembali.

"Siapa itu yang ketok jendela sama pintu? Gak dibukain?" Tanya Furita. "Furita gak usah dihiraukan suara itu, mending sekarang kita tidur yaa." Artha menarik tubuh Furita lalu memeluknya.

"Tapi–" mulut Furita dibungkam sama Artha, lalu Artha mengajaknya untuk memejamkan matanya untuk tidur. Furita akhirnya menuruti perintah Artha lalu memejamkan matanya.

_______________________________________________________

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penghuni Tanpa WajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang