Teman?

15 6 7
                                    

"Aku juga seorang manusia biasa.
Aku juga berhak menangis"
----

Suatu ketika saat aku naik kelas 11 di sekolah. Semuanya terasa asing dan berbeda. Teman baru lingkungan yang baru. Pasti orang lain akan berusaha ingin cepat mendapatkan seorang teman . Tapi tidak denganku.
Aku tidak terbiasa dengan lingkungan baru. Apalagi mempunyai pemikiran untuk menjalin pertemanan. Saat aku masih di kelas 10 banyak orang yang menghampiriku dan ingin berteman denganku. Tapi, kenapa di kelas 11 ini tidak ada seorang pun yang menghampiriku atau bahkan mengajakku bicara lebih dulu.
Pikiran macam apa itu?apakah aku mengharapkan seorang teman? padahal aku selalu merasa risih dengan kedatangan mereka. Jangan terlalu dipikirkan, aku akan baik" saja. Melewati masa masa sekolah yang damai seperti ini cukup menyenangkan.

Awalnya ku pikir akan mudah. Dan ternyata aku sekelas dengan anak berandal yang bernama Riki. Aku berusaha tidak terlibat dengan anak itu. Sampai di suatu ketika, aku malah melihat sosoknya yang tidak seharusnya aku lihat.

***

Di hari itu sedang turun hujan. Aku berjalan melewati sebuah gang asing karena jalan yang biasa ku lewati sedang di perbaiki. Di gang itu aku melihat seorang yang duduk sambil menangis. Karena penasaran, aku menghampirinya. Sebuah kata terucap dari mulutku "anak berandal kayak Lo bisa nangis juga ya".
Dia pun langsung melihatku dengan tatapan tidak senang dan sambil mengatakan unek-uneknya, "aku sedang tidak ingin berurusan dengan siapapun saat ini. Mumpung aku lagi baik hati, mending Lo pergi".

Aku Meninggalkan dia karena tidak ingin terus berhadapan dengannya. Salahku kenapa aku tiba-tiba bilang kayak gitu.

Keesokan harinya,,,
Saat jam istirahat ke dua, Riki menghampiriku dan mengatakan, "hei, siapa nama Lo?"
" Namaku Aksa" jawab ku dengan rasa penasaran.
"Oke Aksa, setelah pulang nanti jangan pulang dulu . Pergilah ke atap, ada yang ingin ku bicarakan denganmu".

Suasana dikelas menjadi ramai akibat para siswa berbisik membicarakan kami. Entah ada apa dia menyuruhku ke sana, tapi aku tidak akan pergi. Itu hanyalah jebakan , aku tidak akan tertipu.

Saat pulang sekolah aku melewati gang itu lagi, dan ternyata dari arah belakang suara langkah kaki yang sedang berlari menuju diriku dan saat aku menoleh ke belakang,,,,,,

Buakk,,,,

Ternyata itu Riki yang memukul dan mengenai wajahku yang membuat sudut bibirku berdarah.

"Apa maksud dengan seranganmu tadi" kata ku sambil marah.

"Bukankah aku sudah bilang denganmu secara baik-baik tapi kau mengkhianatiku" teriak Riki.

"Untuk apa aku harus mengikutimu kesana?dan siapa kau yang suka suka menyuruhku"

"Ya,, aku memang bukan siapa-siapa. Aku hanya ingin bilang terima kasih dan maaf" ucap Riki sambil perlahan meninggalkan Aksa.

Aku tidak menyangka apa yang baru saja ku dengar. Untuk apa dia mengucapkan terima kasih dan maaf bersamaan .

"Tunggu, jelaskan kata terima kasih dan maaf itu apa"

Riki berbalik dan tersenyum

"Terima kasih karena tidak menyebarkan diriku yang menangis saat itu kepada teman lainnya. Dan maaf untuk pukulan yang tadi" kata Riki dan meninggalkan Aksa pergi.

Apa-apaan itu aku sama sekali ga paham dengan pemikirannya.

***

Kembali di sekolah,,,,
Ada yang aneh, Riki Absen selama seminggu semenjak kejadian dia memukulku. Dan ada yang aneh selain itu, sejak tadi dia terus melihat ke arahku. Memangnya aku sudah salah apa?dia Shela, teman dekat Riki.
Sejak beberapa hari ini dia selalu saja melihatku. Ya,,, memang aku tampan sih, tapi aku merasa cemas karena dia adalah teman dekat Riki.
Tiba-tiba dia mendekatiku dan tanpa ragu-ragu dia mengatakan, "apa yang terjadi denganmu dan Riki seminggu yang lalu".

Semua pandangan siswa berpusat ke arahku dan Shela. Apakah yang terjadi setelah aku memberitahunya?akankah dia lebih kejam dari Riki?ahh,,, apa yang kupikirkan. Tapi sebenarnya, tidak ada yang begitu penting dari pertemuanku dengan Riki seminggu yang lalu. Dan kenapa Riki absen selama seminggu?.

"Tidak ada yang terjadi, jadi kau tidak perlu khawatir".

Brakk,,, Shela memukul meja dengan keras. Dan melirik sekitar.

"Huh,, jika Lo nggak nyaman bilang disini. Simpan nomerku , dan kita bisa bicara lagi nanti" ucap Shela sambil memberikan nomernya.

Hmm,,, dia memang memberikan nomernya sih. Apa yang ku lakukan seterusnya?hah,,, apa yang kupikirkan akhir-akhir ini.

Tring,,,,

*Cewek jahat*
Akhir pekan ini temui aku di cafe A pukul 8 pagi

*Aksa*
Oke


Apa yang terjadi setelahnya? Ikuti terus kisah mereka yah,,, ;)

It's not about me (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang