“Semua orang egois. Termasuk aku. Jadi terbiasa lah untuk selalu mengandalkan dirimu sendiri.”
- Alona Zealinne Artharendra
•••
Alona menatap kotak berwarna merah dengan hiasan pita berwarna kuning diatasnya. Perpaduan yang sempurna memang. Alona tau sang pengirim adalah Devano. Namanya tertera jelas di samping pita itu. Mungkin ini kali pertama bagi lelaki itu mengirim sesuatu pada seorang gadis, oleh karena itu hiasannya bisa terbilang sedikit berlebihan. Tapi Alona suka!
Tangan kecil itu bergerak membuka kotak tersebut. Matanya membulat sempurna. Sebuah gaun berwarna hitam lengkap dengan sepatu dan tas tampak indah disana. Walaupun tampilan kotak yang di kirimkan Devano terlihat berlebihan, namun isinya berhasil membuat Alona tercengang. Tidak hanya indah, namun kesan yang di tampilkan dari gaun berwarna gelap itu cukup untuk membuat Alona menjadi sosok yang elegant.
Setelah mengeluarkan gaun dan sepatu serta tas dari dalam sana, sebuah kertas kecil lagi-lagi berhasil mengambil atensinya. Kepenulisan yang rapi benar-benar menggambarkan seorang Devano.
Senyum kecil terbit kala membaca sebaris kalimat manis yang di tuliskan Devano. Padahal lelaki itu hanya menulis ‘Pakai gaun yang gue kasih. Jangan lupa make up yang cantik.’ namun berhasil membuat Alona hampir berguling-guling. Sayangnya sekarang bukan waktunya untuk hal itu, saat ini dirinya harus segera bersiap-siap mengingat hari sudah hampir malam.
Alona segera berjalan ke kamar mandi guna menjalankan ritual mandinya. Hanya butuh waktu beberapa menit hingga dirinya keluar dan langsung menggunakan gaun pemberian Devano. Pantulan dirinya di kaca tanpa sengaja tertangkap oleh matanya. Kembali sudut bibir itu tertarik membentuk senyum tipis namun terlihat begitu manis.
Kini waktunya bagi Alona untuk berdandan sesuai permintaan Devano. Walaupun hanya menggunakan make up tipis, namun kecantikan yang berada dalam wajahnya tidak juga menghilang. Bahkan tampak lebih cantik daripada menggunakan make up tebal. Usia dan situasi juga tidak memungkinkan untuk berdandan berlebihan bak pergi ke kondangan.
“Lona! Ada temen kamu di luar!” Itu teriakan Rafael yang sepertinya baru pulang dari kampus.
Alona tersenyum, lantas segera menggunakan sepatu high heels dan tasnya. Tidak lupa merapikan rambutnya yang sedikit berantakan entah sebab apa. Pasti yang di maksud kakaknya adalah Devano. Tidak mungkin ada orang lain yang mencarinya. Mengingat fakta menyakitkan jika dirinya tidak memiliki teman seorangpun.
Baru saja gadis itu hendak keluar kamar, Rafael sudah terlebih dahulu membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci dengan tatapan mengintimidasi. Alona meneguk salivanya dengan susah payah. Rafael memang tidak melarangnya untuk pacaran, namun jika ketahuan maka dirinya akan di tanya habis-habisan. Rafael sama seperti kakak lainnya yang tidak ingin adiknya di miliki oleh pria sembarangan. Oleh karena itu Rafael terkesan possesive.
“Siapa? Beneran cuma temen?” Nah kan. Suara Rafael terdengar dingin. Sama persis dengan tatapannya yang berhasil membuat nyali Alona menciut.
“Nanti gue jelasin!”
Alona langsung ngacir keluar melewati Rafael. Kakaknya itu terlalu menakutkan. Jantungnya sudah berdebar kencang kala mengetahui jika kakek Devano ingin menemuinya, dan sekarang Rafael malah membuat jantungnya semakin tidak aman.
“Jangan kemaleman pulangnya! Awas Lo gak ceritain dia sama gue!” teriak Rafael kelewat keras. Untungnya kedua orang tua mereka sedang tidak berada di rumah.
“Iya!” balas Alona tak kalah keras.
Alona berhenti sebentar di depan pintu. Gadis itu menarik dan menghembuskan nafasnya beberapa kali guna menetralkan detak jantungnya sebelum menemui Devano di luar sana. Tidak lupa melatih bibirnya untuk tersenyum saat bertemu lelaki itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/374170082-288-k412199.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (HIATUS)
Acak"Mengharapkan orang yang tidak pernah menginginkan kehadiran kita terkadang memang melelahkan." - Alona Zealinne Artharendra