8 - Kegelisahan Zara

5 2 0
                                    

Bab 8 -  Kegelisahan Zara

"Saya bilang bayi kita?" Arya seolah bertanya balik, dia tersenyum tipis.

"Apa maksudmu? Kenapa juga aku harus bilang begitu? Ck cK. Kamu pasti salah dengar." Arya memang pandai berkelit, jadinya kan seolah Zara yang kegeeran atau kepedean.

"Eh. Seperti tadi aku beneran mendengarnya ko." Zara berkata pelan, dia berusaha mengingat kejadian barusan.

Zara sangat yakin dengan pendengaranya.

Akhirnya Zara memilih diam karena memikirkan hal itu.

Arya melirik nya sekilas. "Untunglah!" gumamnya.

Arya menghentikan mobilnya di depan sebuah warung nasi.

"Ayo kita makan dulu," menatap Zara sekilas, lalu segera memalingkan wajahnya.

"Iya." Zara menganggukkan kepalanya pelan.

Lalu turun dari mobil mengikuti langkah kaki Arya.

Mereka kini sudah duduk di dalam rumah makan lesehan.

Mereka menikmati makanannya dengan lahap.

Sesekali Arya melirik ke arah Zara. "Kamu mau ini?" Arya bertanya kepada Zara.

"Enggak, kan saya sudah pesan sendiri pak." jawab Zara bohong, sebenarnya dia merasa ingin makanan Arya.

Melihat Arya menyuap, sepertinya makanan itu terlihat enak. Tapi mana mungkin dia ngaku, kan malu.

Tapi Arya yang memang suka melirik Zara sesekali, bisa melihat kalau Zara ingin makanan nya.

Tanpa banyak bicara lagi, Arya mengambil ikan bakar miliknya yang masih ada setengah itu, lalu di simpannya di atas piring Zara.

"Eh apa ini pak?" Zara bingung dan merasa malu.

"Makanlah aku tahu kamu ingin ini!" Arya mencomot ikan bakar itu sedikit beserta nasinya lalu menyodorkannya ke mulut Zara.

Zara diam, dia bingung dengan perlakuan Arya.

"Makanlah!" tangan Arya masih menggantung di udara.

Dengan terpaksa akhirnya Zara membuka mulutnya. " Terimakasih," ujarnya setelah menelan makanannya.

Arya mengangguk, lalu melanjutkan makannya.

"Lain kali jangan lakukan hal itu, nanti bisa menimbulkan fitnah." Zara berkata pelan.

"Hemm, iya. Maaf," ucap Arya, dia paham perlakuannya pada Zara memang salah.

Tapi, dia tadi repleks. "Aaah dasar! Hatiku memang tak bisa dibohongi!" Arya menghela nafasnya dalam.

Setelah makanan habis, dan bersantai sebentar, mereka pun segera melanjutkan perjalanan.

Cuaca sepertinya kurang mendukung. Langit terlihat mendung. Lalu tak berapa lama kemudian hujan pun turun begitu derasnya.

"Zara sepertinya kita harus istirahat dulu, hujan begitu deras. Lihatlah jalanan licin dan jalanan terlihat gelap tertutup hujan," ujar Arya lembut, sambil menepikan mobilnya.

Zara menghela nafasnya dalam. Hatinya gelisah. "Ada apa ini? Kenapa alam seolah ingin menghalangiku untuk menemui suamiku sendiri." Zara bergumam dalam hati, tiba-tiba saja dia teringat Angga.

Hatinya sakit, saat teringat pertemuan terakhir mereka.

"Iya gak apa, daripada kita celaka." Zara tersenyum lembut. Dia menoleh kearah Arya. Lalu kembali menatap jalanan sambil memikirkan suaminya.

Deg

Hati Arya berdegup kencang saat tanpa sengaja bersitatap dengan Zara.

Sedangkan Zara tadi biasa saja.

Ternyata Aku DimaduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang