20 : Markas
Jika anda terlahir seperti tidak di anggap oleh mereka,maka terlahirlah menjadi menjadi pribadi yang tak menganggap bahwa mereka ada
-Alvaro-
•••🌷•••
Sesampainya kami di depan rumah ku, Xaendra turun dari mobil,tanpa menunggunya berkata-kata lagi,aku sudah kembali melajukan mobilku.
Aku melirik jam tangan yang ku pakai sebelum mengucapkan " 5 menit lagi"
Aku melajukan mobilku ugal-ugalan lebih cepat dari biasanya.
Tak lama kemudian aku sudah sampai di mansion yang besar dan modern yang ku sebut markas itu.
Aku sengaja membangunya jauh dari permukiman warga,karna jika aku membangunnya di sekitar permukiman warga seperti markas dan sirkuit tempat kami bertemu tentu saja warga akan curiga jika mendengar suara tembakan.
Mansion besar dan juga modern,aku berjalan masuk menuju mansion ku,baru saja di depan gerbang para Bodyguard yang ku tugasku untuk menjaga mansion itu sudah menyambutku.
"Selamat datang Mrs'Alexandria"ucap bodyguard itu
"Dimana yang lainnya?"tanyaku
"Di ruang introgasi Mrs'Alexandria"
"It is, Thank you"
Aku berjalan masuk ke dalam mansion yang ku sebut markas itu,lalu aku berjalan menuruni tangga menuju ruangan bawah tanah.
Sesampainya aku di ruangan itu,El sedang duduk mengawasi pria itu,aku berjalan mendekat ke sebuah meja di mana di atas meja itu sudah tergeletak berbagai macam pisau.
Aku memilih pisau yang agak sedang dan berjalan mendekat kepada pria yang sudah duduk pasrah dengan tangan dan kakinya yang terborgol di kursi khusus introgasi yang ku rancang.
"Well,jadi Lo salah satu orang yang mau bunuh gue?"tanyaku
"Maafkan saya nyonya Alexandria,saya hanya menjalankan tugas"
Aku menatap pria itu kesal,malam ini emosimu meledak-ledak seperti gunung berapi yang baru saja pecah.
Aku melirik ke jari-jari tangan pria itu yang sudah berdarah-darah, sepertinya El sudah mencabut kuku-kukunya.
Aku tersenyum smirk kembali menatap pria itu Dengan tatapan membunuh.
"Ampuni saya nyo---arghhh"
Ucapannya terpotong ketika aku menusuk pisau itu ke pergelangan tangan kirinya hingga menembus ke kursi.
"Kau bajingan!pantas saja tuan menyuruhku membunuhmu, ternyata kau sebajingan ini!"pekik pria itu
"Well,ketua slayer Girls tidak bisa lemah"jawabku lalu kembali menuju meja yang penuh pisau itu.
Kali ini aku mengambil pisau yang cukup besar.dan basa-basi lagi aku kembali berjalan menuju pria itu.
"Jika Lo mau bunuh gue itu mustahil, mengingat gue udah 4kali lolos dalam percobaan pembunuhan, dan kali ini gue yang bakal bunuh Lo"ucapku lalu menusuk kembali pisau itu ke tangan kanan pria itu
"Arghh,Bangsadd"umpat pria itu
Aku tertawa puas mendengar suara-suara kesakitan itu atas siksaan ku, setidaknya amarahku ingin membunuh Xaendra sudah terlampiaskan kepada pria ini.
Tanpa aba-aba aku menarik kedua pisau itu membuat pria itu kembali Meringis kesakitan dan juga darahnya sudah semakin deras turun berceceran di lantai.
Tanpa menunggunya berkata-kata,aku sudah mengarahkan pistolku di dahinya membuat matanya membulat sempurna.
Aku tidak ingin mendengar umpatannya lagi, akhirnya aku menarik pelatuknya dan kini peluru itu berhasil mendarat tapat di dahinya dan mungkin saja sudah sampai ke otaknya.
Pria itu Langsung mati di dempat,aku tertawa puas melihat hal itu walaupun ada sedikit percikan darah di pakaianku.
Ell berjalan mendekatiku dan tiba-tiba merangkul pinggangku membuat ku terkekeh akan hal itu,dan tanpa izin ia menarik rahangku dan menciumku singkat.
Aku ingin memberontak saat itu juga,tapi entah kenapa ini terasa sangat nyaman dan begitu nikmat hingga aku tidak bisa menolaknya.
Setelah Ell melepaskan ciumannya,bibirku sudah terlihat basah dan sedikit membengkak atas ciumannya yang cukup panas dan nikmat tadi.
Ia kembali mengecup pipiku gemash dan membisikkan "Good Girll"Dengan nada rendah
Tbc
🌷🌷🌷Follow Ig :
@Liliaww_prilzyy
![](https://img.wattpad.com/cover/380123428-288-k893074.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VANIA (End)
RomanceHii WillLove 👋 Kita bertemu lagi dengan ceritaku kali ini,aku gak berharap kalian akan suka sama cerita ini.so.aku hanya ingin mengabadikan tulisanku