Hari-hari berlalu tanpa Sean, dan Gracia berusaha menjalani rutinitas barunya. Ia kembali ke pekerjaannya di kafe sambil terus menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan. Namun, di setiap sudut hatinya, selalu ada ruang kosong yang hanya bisa diisi oleh kehadiran Sean.
Suatu malam, saat Gracia pulang dari kerja, ia menemukan surat di depan pintu rumahnya. Dengan rasa ingin tahu, ia membuka surat tersebut. Di dalamnya, terdapat pesan dari Sean.
"Sayangku, aku harap kamu baik-baik saja. Saat kamu membaca ini, aku mungkin sudah jauh. Namun, aku ingin kamu tahu bahwa setiap detik yang aku lewati disini, aku hanya memikirkan mu. Jaga diri baik-baik. Aku akan segera kembali."
Air mata haru mengalir di pipi Gracia. Ia menyimpan surat itu dengan hati-hati, merasa seolah Sean sedang berada di sampingnya. Kecil, namun memiliki kekuatan besar untuk memberikan harapan.
Selama minggu-minggu berikutnya, Gracia mulai mengalami perubahan. Ia merasa lebih kuat, lebih mampu menghadapi hari-harinya tanpa Sean. Dia berlatih memasak, berusaha untuk menyiapkan makanan yang lebih baik saat Sean kembali. Ia juga mulai berolahraga, menjaga tubuhnya agar tetap bugar dan sehat.
Suatu pagi, saat ia sedang berlari di taman, Gracia bertemu dengan Flora yang sedang jogging. Mereka pun bertegur sapa dan bergabung dalam olahraga bersama. Flora segera merasakan adanya perubahan dalam diri Gracia.
"Hey, kamu terlihat lebih ceria belakangan ini. Ada yang baru?" tanya Flora dengan senyum lebar.
Gracia tersenyum. "Aku berusaha untuk tetap positif. Sean mengirimi surat, dan itu membuatku merasa lebih baik. Aku ingin mempersiapkan banyak hal untuk saat ia kembali."
Flora mengangguk dengan penuh pengertian. "Itu hebat! Kekuatanmu sangat menginspirasi. Kita semua menunggu kepulangan Sean suami mu dan Ferrel suami ku."
Mendengar kata-kata Flora memberikan semangat baru bagi Gracia. Ia mulai membagikan rencananya untuk mengejutkan Sean dengan masakan favoritnya dan menyiapkan rumah untuk menyambutnya. Flora pun menawarkan bantuannya untuk mempersiapkan semuanya.
Dalam minggu-minggu berikutnya, Gracia dan Flora bekerja sama. Mereka berbelanja bahan makanan, berlatih memasak, dan mendekorasi rumah dengan nuansa yang lebih hangat. Keduanya berbagi tawa, cerita, dan mimpi mereka, saling mendukung satu sama lain.
Namun, di balik senyuman itu, Gracia tidak bisa sepenuhnya menghilangkan kerinduan yang mendalam. Setiap malam, saat ia menatap bintang di langit, ia teringat akan Sean dan merindukan suaranya.
Suatu malam, saat Gracia sedang memasak di dapur, ponselnya berbunyi. Ia segera berlari untuk melihat siapa yang menelepon. Jantungnya berdebar ketika melihat nama Sean di layar. "Ini dia!" serunya dengan penuh semangat.
"Sayang! Aku sangat merindukanmu!" suara Sean terdengar cerah di ujung telepon.
"Aku juga merindukanmu, Sean! Bagaimana keadaanmu di sana?" tanya Gracia, suara penuh haru.
"Semua berjalan baik, meskipun misi ini lebih menantang dari yang aku perkirakan. Namun, aku baik-baik saja. Yang paling penting, aku sedang menghitung hari untuk kembali kepadamu," jawab Sean.
"Semua persiapan sudah hampir selesai. Aku berjanji, kamu akan terkejut dengan sambutan yang aku siapkan," Gracia mengatakan dengan penuh semangat.
"Aku tidak sabar untuk melihatnya. Terima kasih telah selalu mendukungku, Gracia. Cintamu membuatku kuat di sini," Sean menjawab, suaranya lembut dan penuh kasih.
Setelah berbicara selama beberapa menit, mereka akhirnya mengucapkan selamat tinggal. Gracia merasa lebih bersemangat dan yakin bahwa semua usaha dan pengorbanan mereka tidak sia-sia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Uniform (Greshan)
General FictionDi balik seragam yang rapi dan disiplin militer yang ketat, ada kisah cinta yang berkembang dalam diam. Sean Nathaniel Valerio, seorang prajurit muda yang berani, telah mengabdikan hidupnya untuk melindungi tanah air. Setiap hari, dia berlatih denga...